Suami Misterius - Bab 715 Mengadu Domba

“Dia sudah pergi?”

Clara bertanya.

“Belum, aku melihatnya masuk ke kamar mandi.”

Melanie berkata.

Clara ragu sejenak kemudian berkata: “Aku pergi lihat sebentar.”

“Untuk apa kamu mendekatinya.

Berdasarkan emosi Nona Sunarya, setelah melihatmu, dia pasti akan meledak seperti anjing gila, sembarang menggonggong dan menggigit orang, apakah kamu kurang kerjaan!”

Melanie berkata dengan tidak setuju.

“Aku hanya ingin memperingatkannya, dengar atau tidak tergantung padanya, aku tidak akan mengurusnya lagi.”

Clara menghela nafas tak berdaya.

Menurut perkataan Rudy, Samara seharusnya memusuhi keluarga Sunarya.

Dan Altria bermarga Sunarya, dia begitu dekat dengan Samara, sama seperti meletakkan sebuah bom waktu di sampingnya.

Begitu bom meledak, mungkin saja akan mengenai dirinya dan Rudy.

Clara bertemu Altria di luar toilet.

Hari ini Altria mengenakan gaun putih dan sepatu hak tinggi berwarna merah, terlihat sangat manis.

Tapi berpenampilan sombong, dan tidak ingin melihat Clara.

Clara benar-benar tidak ingin melayaninya, tapi tetap memperingatkannya.

“ Altria, banyak hal tidak sesederhana seperti yang kamu pikirkan, orang-orang di sekitarmu, belum tentu sepolos yang kamu lihat.

Kamu adalah Nona keluarga Sunarya, dalam Beijing, setiap keluarga memiliki hubungan yang rumit, kamu sendiri harus lebih waspada.”

Setelah mengatakan ini, Clara merasa dirinya sudah melakukan kewajiban, ketika akan pergi, Altria malah berkata dengan ironis, “Clara, apa maksud dari perkataanmu?

Jangan memarahi orang secara tidak langsung, emangnya kamu menganggapku bodoh dan tidak mengerti perkataanmu?”

Clara mengerutkan kening, tidak menahan diri memegang dahi, gadis ini tidak bodoh tapi benar-benar tidak pintar.

“Clara, jangan menyangka aku tidak tahu apa yang kamu pikirkan.

Samara adalah sahabat baikku, dan memberitahuku tentang dirimu menggodai Ruben, kamu membencinya dan ingin mengadu domba.”

Clara: “.......” Lupakan saja, kali ini dirinya benar-benar bertindak berlebihan.

“Pokoknya, aku sudah mengatakan apa yang ingin kukatakan, terserah kamu mau mendengarnya atau tidak.”

Selesai berkata, Clara berbalik dan pergi.

Melanie menunggunya di sisi lain koridor, melihatnya datang dengan wajah suram, dia menertawakannya berkata: “Bagaimana?

Terkena paku, kan? Dasar mencari penghinaan!”

“Sudahlah, jangan menyindir.”

Clara meliriknya, tanpa sadar dia melihat ke arah kepergian Altria.

“Jangan melihat lagi, dia sudah pergi.

Pergi bersama Samara.”

Melanie berkata.

“Apakah kamu tahu kemana dia pergi?”

Clara bertanya.

“Katanya pergi ke keluarga Sun.”

Melanie menjawab.

“Keluarga Sun ?”

Clara tanpa sadar mengerutkan kening.

Banyak keluarga bermarga Sun di Beijing, tapi keluarga Sun yang muncul di otak Clara saat ini hanya satu.

Yaitu ayah tiri Su Loran.

Dia pernah mendengar nenek Sunarya mengatakannya sekali.

nenek mengatakan: “Hal-hal di dunia ini tidak ada yang sempurna.

Keluarga Sun sangat mulus dan bebas hambatan dalam segala hal, tapi memiliki seorang putra yang ber-IQ rendah.

Katanya, anak itu sangat cerdas di waktu kecil, kemudian sakit, demam tinggi menyebabkan kerusakan otak.

“Untuk apa Samara membawa Altria ke keluarga Sun ?

Mengapa aku selalu merasa ada yang aneh.

Akankah terjadi sesuatu?”

Clara bergumam berkata.

“Kalau benar terjadi sesuatu juga tidak ada hubungannya denganmu.

Sudahlah, akan segera memulai proses syuting, jangan sembarang berpikir.”

Selesai berkata, Melanie mendesaknya masuk ke lokasi syuting.

....... Pada saat bersamaan.

Altria dan Samara sedang duduk bersama di mobil keluarga Liu.

Mobil melaju di jalan datar, tujuannya adalah keluarga Sun.

“ Samara tadi aku sudah meminta maaf pada Sutradara Wu, mungkinkah dia mengizinkan Ruben kembali ke kru?”

Altria bertanya dengan khawatir, dan berpenampilan sedih, “Kamu tidak tahu, tumbuh begitu besar, aku tidak pernah bersikap rendah diri seperti hari ini.”

“ Sutradara Wu sangat baik, bukannya tadi dia sudah menerima permintaan maafmu.

Dia pasti akan memaafkan Ruben dan kamu.”

Samara berkata.

Altria mencibir, dan mendesah, “Betapa baiknya kalau aku tidak ribut di lokasi syuting, Ruben juga tidak akan putus denganku.”

“Masalah ini bukan salahmu, ini semuanya harus salahkan Clara, dia menggodai Ruben, berita internet menyebarkan skandal mereka, kamu sebagai pacarnya, bagaimana mungkin tidak keberatan.

Kalau gantian aku, pasti akan lebih marah.”

Samara berkata dengan tegas.

Selesai berkata, wajah Altria membaik, “ Samara kamu lebih mengertiku.

Betapa baiknya kalau Ruben juga bisa begitu mengertiku.”

“ Ruben sedang marah, tunggu dia tenang kembali, pasti akan memaafkanmu.”

Samara menghiburnya.

“Ya.”

Selesai berkata, Altria akhirnya tersenyum.

Pada saat ini, mobil perlahan-lahan masuk ke sebuah halaman, dalam halaman adalah sebuah vila yang indah.

Di sinilah keluarga Sun berada.

Mobil keluarga Liu berhenti di depan vila, Altria mengikuti Samara turun dari mobil.

Pembantu keluarga Liu sudah menunggu di luar pintu, Ketika melihat Samara, dia langsung tersenyum menyambutnya.

"Tuan Liu dan Nyonya telah tiba, aku akan membawamu masuk."

Samara tersenyum mengangguk, tapi Altria agak ragu-ragu.

" Samara aku datang tanpa menyapa, dan langsung berkunjung begitu saja, sepertinya tidak terlalu cocok?"

"Kamu adalah sahabat baikku, ikut datang bersamaku, bagaimana mungkin tidak cocok?

Kamu juga kenal dengan bibi Sun, dia paling ramah, dia pasti sangat senang kalau tahu kamu datang."

Samara merangkul lengan Altria dan menyeretnya masuk ke vila.

Di aula lantai pertama, sebuah sofa berbentuk lingkar diletakkan di tengah, pasangan suami istri Paki Sun dan Sulastri, serta pasangan suami istri keluarga Liu sedang duduk mengobrol di sofa.

" Samara telah datang!"

Melihat Samara memasuki rumah, Sulastri tersenyum dan berdiri, memegang tangannya dengan antusias.

" Samara semakin cantik.

Film yang kamu bintangi, paman Sun dan aku sengaja pergi tonton, sangat seru."

"Terima kasih bibi atas pujiannya."

Samara tersenyum merespons dengan sangat sopan.

Tidak terlihat keengganan.

"Bibi."

Altria juga memanggil dengan sopan.

" Tria juga datang, ayo duduk, aku menyuruh pembantu menyiapkan teh susu blueberry terbaik untukmu."

Sulastri tersenyum berkata.

Memperlakukan Nona keluarga Sunarya, Sulastri tentu tidak akan lalai.

"Bibi, di mana kakak Loran ?"

Altria bertanya.

" Loran tidak ada di rumah, baru-baru ini dia tampil dan selalu tinggal di klub dansa."

Sulastri menjawab.

Sebenarnya, Paki dan Sulastri merupakan pernikahan kedua kali, dan keberadaan Su Loran di keluarga Sun agak canggung.

Oleh karena itu, di masa kecil Su Loran kebanyakan tinggal di keluarga Sunarya.

Kemudian, dia memasuki sekolah tari dan memasuki rombongan tari, selain tahun baru, dia jarang kembali ke keluarga Sun.

Sulastri tentu tidak akan memberitahu Altria tentang ini.

Kalau Altria cukup pintar, dia seharusnya akan tahu betapa canggung status Su Loran di keluarga Sun, dan tidak akan mengajukan pertanyaan tadi.

"Sayang sekali Kakak Loran tidak ada di sini, tidak ada yang menemani kami berjalan-jalan.

Aku mendengar Bibi memiliki ruang kaca konservatori, dan dalamnya menanam bunga empat musim dan memelihara kupu-kupu, sangat indah."

Sambil berkata, Samara berpenampilan terpesona.

"Tidak sulit bagimu untuk pergi ke konservatori, aku menyuruh pembantu menemanimu pergi melihatnya.

Tapi jangan memetik bungaku ya."

Sulastri tersenyum berkata, dan tidak lupa bercanda.

"Tria, ayolah pergi bersamaku."

Samara merangkul lengan Altria, di pandangan orang luar, keduanya seperti bayi Siam.

Novel Terkait

Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu