Suami Misterius - Bab 873 Menangis Pun Terlihat Sedang Berakting

Begitu Astrid memasuki pintu, dia mengeluarkan suara tersedak, "Ibu."

Kemudian, dia langsung menyergap ke arah Nenek Sunarya, menangis lepas.

Ibu dan putri yang berpisah selama lebih dari 20 tahun itu menangis tak karuan. Pemandangan itu benar-benar menyentuh. Akhirnya, mereka dibujuk oleh para kerabat untuk berhenti menangis.

Astrid memapah Nenek Sunarya, keduanya terus bergandengan. Mata Astrid merah, tenggorokan tercekat, menceritakan kerinduannya terhadap rumah dan ibu. Ceritanya itu bahkan membuat mata para kerabat berkaca-kaca.

Clara tidak tahan untuk memoncongkan bibir, berpikir dalam hati: Tidak peduli seberapa nyata aktingnya, itu tetap merupakan akting. Jika dia benar-benar merindukan ibu dan kampung asal, dia seharusnya sudah pulang sejak dulu, mengapa harus menghilang selama 20 tahun tanpa kabar.

Saat Clara menghamili Wilson, dia bersembunyi selama setengah tahun, dia tidak melihat ibunya selama setengah tahun. Walau dia dapat menelepon ibunya setiap beberapa hari, tetapi dia tetap tidak bisa menahan kerinduan. Selama periode itu, Evi sakit parah, dia bergegas ke rumah sakit dengan perutnya yang besar, bersembunyi di luar bangsal untuk menangis.

Dibandingkan dengan itu, Keluarga Sunarya tampak terlalu acuh tak acuh terhadap hubungan keluarga. Bahkan menangis pun terlihat seperti akting.

Astrid sepertinya kelelahan menangis, dia akhirnya berhenti meneteskan air mata, menarik dua gadis ke sisinya dan memperkenalkan mereka kepada Nenek Sunarya: "Ini adalah Petty, cucumu."

“Pe apa?” Nenek Sunarya sudah tua, sulit baginya untuk melafalkan bahasa Inggris.

"Nenek, namaku Petty." Ucap Petty. Dia agak kesulitan dalam berbahasa Mandarin, tetapi setidaknya masih cukup jelas.

Mungkin karena pelafalan Petty kurang akurat sehingga Nenek Sunarya masih sedikit bingung, tetapi Nenek Sunarya tersenyum sambil menarik tangan cucunya, kemudian memberi cucunya itu amplop merah besar.

Petty tidak segan-menyegan, menerimanya dengan gembira.

"Ibu, ini adalah Conan, asisten Petty. Sejak debut, Petty dijaga oleh Conan. Conan sangat pandai dan cakap, serta teliti dalam pekerjaan."

Nenek Sunarya sekilas memandangi Conan, mengangguk sambil tersenyum, berkata, "Semuanya merupakan anak yang baik, duduklah."

Astrid, Petty, serta Conan duduk bersebelahan. Astrid mulai memperkenalkan kerabat-kerabat kepada putrinya.

Meskipun dia sudah tidak pulang selama lebih dari 20 tahun, tetapi dia masih kenal dengan sebagian besar tetua dan kerabat keluarga. Ketika dia bertemu orang yang tidak dikenal, Nenek Sunarya akan memperkenalkannya.

"Ini adalah Talia, istri Ahmed, mereka juga punya seorang putri, tetapi putri mereka harus pergi ke sekolah hari ini, jadi mereka tidak membawanya." Kata Nenek Sunarya dengan diiringi senyuman, kemudian menarik Altria. "Ini Altria, putri bungsu kakak ipar keduamu. Ketika kamu pergi dari rumah, dia belum lahir."

Astrid mengangguk sambil tersenyum, memberikan hadiah kepada masing-masing dari mereka, hadiah yang diberikannya merupakan barang-barang yang terlihat indah tetapi tidak berharga.

Nyonya Kedua Sunarya dan Talia tentu juga memberi Petty hadiah, hadiah mereka merupakan perhiasan dan aksesoris, jika hadiah kedua belah pihak dibandingkan, Astrid dan putrinya kelihatan pelit.

Dalam hati Nenek Sunarya merasa agak tidak enak, dia tidak perlu bertanya untuk mengetahui bahwa kehidupan putrinya di luar negeri sepertinya tidak baik.

Nenek Sunarya menahan kesedihan sambil memperkenalkan keluarga Rudy dan lainnya kepada putri dan cucunya.

"Ini adalah Rendi, satu-satunya anak milik abang pertamamu dan Ardian. Ini adalah Clara, istri Rudy. Dan pria kecil ini." Nenek Sunarya menggendong Wilson dari lantai.

Kali ini, tanpa menunggu Nenek Sunarya berbicara, seseorang tersenyum sambil melanjutkan: "Ini Wilson, leluhur kecil Keluarga Sunarya, buah hati Nenek."

Lalu, semua orang di ruangan tertawa. Kelihatan harmoni.

Namun, dalam tawa yang harmonis, tiba-tiba terdengar teriakan, Petty menunjuk ke arah Clara sambil berkata dengan kaget, "Kamu!"

Petty juga bisa menerkam Lin, tetapi Astrid terpaksa menariknya.

“Petty, ada apa?” Pandangan Astrid berputar di sekitar Clara, kemudian beralih kembali ke putrinya.

Petty memasang ekspresi kesal, kembali berbahasa Inggris karena terlalu emosi, "Bu, dia adalah orang yang menabrakku di hotel dan mempermalukanku, lalu mengusir kami keluar dari hotel, juga mnyebabkan kami membayar banyak uang! "

Nenek Sunarya tidak mengerti apa yang dikatakan Petty, tetapi dia menyadari suasana yang janggal dan apa yang sedang dibicarakan Petty berhubungan dengan Clara. Jadi, dia pun bertanya pada Clara.

"Clara, apakah kamu kenal Petty?"

"Tidak kenal, kami hanya pernah bertemu sekali di Inggris. Sepupu menabrak kami dan menjatuhkan Wilson hingga terluka dan harus dirawat di rumah sakit." Ujar Clara.

Tidak akan ada bukti yang bisa memverifikasi kata-katanya, dia pun sengaja melebih-lebihkan cedera Wilson.

"Terluka hingga dirawat di rumah sakit? Apakah lukanya serius?" Nenek Sunarya langsung bertanya dengan tergesa-gesa, lalu memeriksa tubuh Wilson dari ujung kepala sampai ujung kaki.

“Pertumbuhan anak sangat cepat, dia sekarang sudah baik.” Jawab Clara.

"Nenek buyut, Wilson baik-baik saja. Meskipun lukanya menyakitkan, tetapi Wilson tidak menangis. Ayah mengatakan bahwa Wilson adalah pria kecil, harus kuat. " Kata Wilson sambil merangkul leher Nenek Sunarya.

Si bocah kecil cukup hebat dalam menambah tusukan pisau, Clara amat kagum.

Melihat situasi ini, Astrid pun tahu bahwa putrinya pasti tidak bisa menang.

Petty hanyalah cucu luar dari Keluarga Sunarya, apalagi dibesarkan di luar negeri dan tidak ada perasaan antara dia dan Keluarga Sunarya, terhitung orang luar. Sedangkan bocah kecil ini adalah cucu emas Keluarga Sunarya, buah hati.

"Emosi Petty agak impulsif, dia selalu sembrono. Namun, dia pasti tidak sengaja menabrak Wilson. Rudy, Clara, kedepannya kita adalah keluarga, kalian harus memaafkannya.”

Astrid berkata sambil tersenyum, tetapi tatapannya pada Clara tidak mengandung kebaikan.

Clara tidak pernah memiliki kebiasaan mengambil hati orang yang tidak baik padanya. Di bawah tatapan Astrid yang tampak tidak baik, Clara menjawab dengan memberi senyuman palsu: "Tante terlalu mengasingkan diri. Adik sepupu adalah kerabat, aku tentu tidak menyulitkannya, kami hanya menyuruh orang untuk ‘mempersilakannya’ meninggalkan hotel. Jika orang lain yang menggertak anakku, agaknya aku sudah memberinya tamparan keras."

Astrid: "..."

Suasananya jelas agak tegang, Bahron mendengus ringan, "Dapur sudah siap, mari pergi ke ruang makan."

Segera, sekelompok orang pergi ke ruang makan dan duduk sesuai dengan posisi masing-masing.

Astrid baru saja pulang ke rumah, jadi dia diberi pengecualian untuk duduk di sebelah Nenek Sunarya, sementara Petty ditempatkan di sebelah Astrid.

Keluarga Rudy yang terdiri dari tiga orang kebetulan duduk di hadapan mereka.

Astrid mengambil sumpit untuk menjepit lauk, tidak tahan untuk berkata, "Hidangan Bibi Liu paling lezat."

“Jika kedepannya kamu tinggal di rumah, kamu bisa makan sepuasnya.” Nenek Sunarya mengambil sumpit, menjepit makanan favorit Astrid dan meletakkannya di mangkuk Astrid.

"Terima kasih, Bu." Ujar Astrid sambil tersenyum, pandangannya berkeliling seputaran meja. Kemudian seolah teringat sesuatu, tiba-tiba bertanya: "Di mana Su Loran dan ibunya, mengapa mereka tidak datang?"

"Su Loran jatuh terluka saat menari. Kakak iparmu ada di rumah sakit." Jawab Nenek Sunarya. Ini adalah penjelasan resmi Su Loran terhadap dunia luar.

Astrid mengangguk, makan sambil berkata, "Aku tidak pulang selama bertahun-tahun, anak-anak telah tumbuh dewasa dalam sekejap mata. Dulu, orang-orang dalam keluarga tidak memenuhi meja, sekarang sudah hampir tidak muat."

Setelah Astrid selesai berbicara, dia melihat langsung ke arah Ardian. Alih-alih memanggil "kakak ipar", dia hanya memanggil namanya. "Ardian, aku tidak menyangka kamu benar-benar menjadi kakak iparku. Mengingat dulu, abangku selalu mencari berbagai alasan agar aku mengundangmu untuk bertamu ke rumah. Kamu menolak delapan kali dari sepuluh kali undanganku, aku amat terluka."

Ardian hanya tersenyum, wajahnya biasa saja, tetapi telinganya sedikit memerah.

Novel Terkait

Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu