Suami Misterius - Bab 744 Yanto Santoso Meninggal Dunia

nenek Sunarya tertawa dan mengelus kepala Wilson, lalu memesan pembantu untuk mengeluarkan cake ulang tahun.

Cake ulang tahun yang bertingkat tiga dengan motif kartun, lilin juga sudah tertusuk rapi pada permukaan cake.

Dua puluhan orang ikut merayakan dan menyanyikan lagu ulang tahun untuk Wilson, keadaannya sangat ramai.

nenek Sunarya menyuruh Wilson mendoakan harapannya, sementara Wilson terus menghebohkan untuk menjadi seorang penembak jitu.

Semua hadirin ikut tertawa lagi karena tindakannya.

“Sudahlah, sudahlah, potong cake saja.”

nenek Sunarya tersenyum dan berkata, lalu menyerahkan pisau yang telah terikat pita kepada Rudy, “Ayo, kalian ayah dan anak potong sama-sama.”

Rudy langsung menggenggam tangan kecil Wilson, ketika mereka ingin memotong cake, tiba-tiba terdengar suara langkahan kaki yang mendesakkan pada luar pintu. Setelah itu ajudan Rudy berjalan masuk, wajahnya perlu dengan reaksi panik dan buru-buru.

Ajudan Jiang bukan orang yang tergesa-gesa, Rudy langsung mengerutkan alis setelah melihat reaksinya.

“Ada apa ?”

Ajudan Jiang melirik sekilas kepada semua hadirin, lalu berbisik ringan pada telinga Rudy, setelah itu tatapan Rudy menjadi semakin dingin.

Dia mengulur tangan dan mengelus kepala Wilson, tatapannya penuh dengan rasa tidak berdaya.

Setelah itu Rudy menoleh ke arah Clara, Clara juga sedang menatap dirinya, Clara sangat mengerti sekali dengan tatapan Rudy yang penuh dengan perasaan bersalah.

Clara telah mengetahuinya, Rudy akan pergi meninggalkannya lagi.

“Sibuk saja seandainya ada urusan di pasukan, banyak orang yang menemani ulang tahun anak kecil ini.”

Bahron berkata padanya.

Rudy mengangguk, namun tatapannya tetap melekat pada wajah Clara.

Clara berjalan menghampirinya, dia menggenggam telapak tangannya yang hangat, lalu menganggukkan kepala sendiri.

Dikarenakan berada di tempat umum, Rudy tidak dapat memperlihatkan tindakan yang terlalu mesra, sehingga hanya mengulur satu lengannya dan memeluk ringan pada tubuh Clara, setelah itu dia mendekati telinga Clara dan berbisik dengan ringan :”Clara, maaf.”

Rudy melepaskannya, lalu melangkah dengan cepat ke arah pintu.

“Papa, Papa !”

Wilson melihat ayahnya yang akan pergi meninggalkannya, langsung mengejarnya dan memeluk pada paha Rudy.

Rudy membungkuk pinggang dan memeluk anaknya, lalu mengecup ringan pada satu pipinya dan berkata, “Sayang, kamu seorang pria kecil, harus menuruti kata-kata Mama dan melindungi Mama, mengerti ?”

“Iya.”

Wilson terus mengangguk, namun air matanya telah bergenang di dalam matanya, dia sudah lama tidak pernah melihat ayahnya, sejak kembali ke keluarga Sunarya, waktu bertemu dengan ayahnya menjadi semakin sedikit.

Setelah itu, Clara dan nenek Sunarya juga mengejar keluar, Rudy menyerahkan Wilson kepada Clara, lalu meninggalkan rumahnya dengan buru-buru.

Clara memeluk anak yang sedang menangis di dalam pelukannya, dia menatap bayangan kepergian Rudy, hatinya menjadi semakin sakit, air matanya juga mulai bergenang di dalam matanya.

Clara tidak tahu kapan berakhirnya kehidupan seperti ini.

“Sudahlah, jangan sedih lagi.

Lelaki ada karir kesibukan sendiri.”

nenek menepuk ringan pada pundak Clara, lalu menggandeng Wilson dan berjalan masuk ke dalam villa, bagaimanapun di dalam villa masih ada sekumpulan saudara yang membutuhkan pelayanannya.

Clara terus melayani saudara keluarga Sunarya yang memusingkan kepalanya.

Setelah bubar semuanya, Clara harus menahan kelelahan dan menidurkan Wilson.

Bagaimanapun tidak ada ayah yang menemani ulang tahunnya, Wilson terus meminta Clara untuk membacakan dongeng sebelum tidur, meskipun tubuh Clara telah terasa lemas, namun dia tetap tidak tega untuk menolak permintaan anaknya.

Setelah Wilson mulai ketiduran, Clara baru kembali ke kamar sendiri.

Clara berbaring di atas kasur, dia tidak ingin menggerakkan tubuhnya terlalu kelelahan, tangannya sedang menggenggam ponsel, namun dia tetap saja tidak menerima kabar apapun dari Rudy.

Rudy meninggalkannya dengan buru-buru, reaksi wajahnya juga sangat serius, Clara tidak bisa mengabaikan rasa kecemasan di hatinya.

Namun ponsel pribadi Rudy selalu dalam keadaan tidak aktif, Clara menelepon ke ajudan dirinya, namun hanya mendapatkan jawaban bahwa Rudy sedang sibuk, dan akan menghubungi dirinya apabila ada waktu luang.

Setelah itu, Clara hanya terus menanti teleponnya, namun tetap saja tidak mendapatkan balasan apapun.

Sebenarnya Clara memang mengidap gejala insomnia, apalagi dikarenakan merasa khawatir dengan Rudy, sehingga dia sama sekali tidak bisa ketiduran dan terus begadang hingga pagi hari, akhirnya dia ketiduran juga setelah memakan beberapa obat tidurnya.

Pada saat Clara tertidur dengan nyenyak, tiba-tiba dibangunkan oleh deringan ponsel yang mendesak.

Dia terduduk dari kasur dengan otomatis, lalu buru-buru mengambil ponsel dan menerima teleponnya, dia terus mengira bahwa Rudy yang menelepon dirinya.

Akan tetapi, setelah Clara menerima teleponnya, ponselnya perlahan-lahan meluncur dari telapak tangannya dan jatuh ke permukaan kasur, wajah Clara menjadi sedikit pucat, setelah itu dia termenung lama di atas kasur sendiri.

“Clara, kamu sudah bangun ?”

Setelah itu, terdengar suara ketukan pintu yang berasal dari luar pintu.

Sarapan telah selesai disiapkan, bibi Liu datang memanggil dirinya untuk sarapan di bawah.

Clara menggerakkan tubuhnya dan turun dari kasur, dia menggantikan baju tidur di badannya dan membersihkan diri di kamar mandi, setelah itu baru keluar dari kamar dan turun ke lantai bawah.

Dalam ruang makan di lantai dasar, nenek Sunarya dan Su Loran sedang sarapan bersama.

Sebenarnya, Clara sangat salut kepada Su Loran, Su Loran berkunjung ke rumah Sunarya pada setiap pagi buta hanya untuk sarapan bersama nenek Sunarya.

Tindakan ini malah mencerminkan bahwa Clara adalah menantu yang malas yang tidak berbakti.

“Nenek, Loran, pagi.”

Clara masuk ke dalam ruang makan, lalu duduk di tempat khususnya.

nenek Sunarya menyerahkan semangkuk bubur hangat untuknya, lalu tersenyum dan berkata :” Loran bilang malam ini ada sebuah acara, kalian anak muda ikut meramaikan saja di sana.”

“Nenek, aku tidak pergi.”

Clara menunduk dan makan buburnya, bola matanya yang cantik terus menatap ke bawah.

“Clara, banyak anggota keluarga pejabat yang menghadiri acara malam ini, seharusnya kamu juga banyak berkenalan dengan mereka, ke depannya apabila abang Rendy mulai naik jabatan, kamu pastinya harus banyak berinteraksi dengan para nyonya pejabat itu.

Daripada dianggap sombong atau sengaja menjauh.”

Su Loran menggenggam tangan Clara, lalu tersenyum dan menasihatinya.

Clara melepaskan tangannya dengan sopan, suasana hatinya sangat murung.

“Aku tidak bisa pergi.”

“Clara….” nenek Sunarya baru saja ingin menasihatinya, namun Clara sudah membuka mulut dan berkata, “Nenek, aku sore ini mau pulang dulu ke kota A, ayahku meninggal dunia.”

Telepon barusan berasal dari Rina Muray, katanya Yanto Santoso tiba-tiba terjadi perdarahan otak di dalam penjara, namun tetap tidak berhasil diselamatkan meskipun telah melakukan pertolongan di rumah sakit, dan akhirnya meninggal dunia pada malam tadi.

Di dalam telepon itu, Rina Muray hanya sekedar memberitahukan kepada Clara saja, dia tidak meminta Clara untuk pulang dan berduka, sepertinya sudah merasa bahwa Clara tidak mungkin pulang dan berduka di rumah.

“Ayahmu… kenapa begitu tiba-tiba.”

Mata nenek Sunarya penuh dengan tatapan kaget.

Reaksi wajah Clara sangat tidak baik, dia menggigit bibir dan berkata, “Aku mungkin harus pergi untuk beberapa harinya, Wilson harus minta tolong sama nenek dan ibu yang bantu menjaganya.”

nenek Sunarya mengangguk, “Kamu tenang saja, dulu kamu syuting di luar, Wilson juga sering ikut denganku.”

Clara tidak berkata apapun lagi, dia hanya makan sedikit buburnya, setelah itu langsung merasa tidak berselera lagi.

nenek Sunarya hampir selesai makan, dikarenakan nenek Xie masih belum bangun, sehingga dia menyuruh pembantu untuk mengantarkan sarapan ke dalam kamar nenek Xie.

Akan tetapi, tidak lama setelah pembantu masuk ke kamar nenek Xie, pembantu tersebut langsung menjerit kaget dan berlari ke lantai dasar.

“Tolong, nenek Xie pingsan di dalam kamarnya !”

Jeritan pembantu mengejutkan semua orang di dalam villa, nenek Sunarya membawa Su Loran dan Clara berlari ke kamar tamu dengan buru-buru.

Di dalam kamar tersebut, nenek Xie sedang berbaring di lantai pada pertengahan ruangan, orangnya juga dalam keadaan pingsan.

“Apa yang terjadi, kenapa bisa pingsan ?”

Bagaimanapun nenek Sunarya telah banyak berpengalaman, sehingga masih bisa mempertahankan ketenangan di dalam kepanikan.

“Cepat, cepat paling ambulans.”

Su Loran mengangguk, lalu mengeluarkan ponsel dan menghubungi ambulans, setelah itu langsung memerintah, “Jangan bergerak sembarangan, jangan ada yang mendekati nenek, dan jangan ada yang menyentuhnya.”

Akan tetapi, Su Loran masih belum sempat menyelesaikan kata-katanya, sudah langsung didorong oleh Clara.

Clara berjongkok di samping nenek Xie, lalu melakukan pemeriksaan awal terhadap kondisinya.

Dia menyadari bahwa seharusnya gejala nenek Xie adalah serangan jantung secara mendadak, sepertinya tidak sanggup untuk menanti kedatangan ambulans lagi.

Dikarenakan Evi Pipin pernah mengidap penyakit jantung, sehingga Clara pernah mempelajari berbagai ilmu pertolongan mengenai penyakit jantung.

Dia meraba saku baju nenek Xie untuk terlebih dahulu, apabila nenek Xie mengidap penyakit jantung, seharusnya akan terus membawa obatnya.

Clara mengeluarkan obat dan menyuap ke dalam mulut nenek Xie, setelah itu, Clara terus menekan bagian jantung nenek Xie.

“Clara, kamu buat apa !”

Su Loran menjerit ketakutan, setelah itu dia mengulurkan tangannya dan mendorong Clara.

Clara jatuh terhuyung karena dorongannya, bagian dahinya langsung luka berdarah karena terbentur dengan sudut meja.

Novel Terkait

Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu