Suami Misterius - Bab 708 Samara Bermasalah

Kamar di lantai 3.

Setelah pintu kamar perlahan tertutup, Clara langsung di tekan oleh Rudy di dinding, tangan dia yang lain menopang dinding, kepalanya menunduk, jarak antara keduanya kurang dari satu inci, jika dia bergerak maju sedikit lagi, sudah bisa menciumnya.

Tapi dia tidak mendekat, nafas hangatnya jatuh di dahi dia, hubungan yang familiar dan mudah.

“Tiba-tiba pulang, kenapa tidak memberitahuku sebelumnya.”

Dia bertanya dengan lembut.

“Kamu pulang juga tidak melapor kepadaku.”

Clara sedikit menaikkan dagunya, tangannya memeluk leher dia.

“Rindu padamu, jadi pulang.”

Rudy tersenyum tipis, mengulurkan jarinya, dengan ringan menyentuh hidung dia.

Dia sangat sulit bisa beristirahat sekali, kemarin malam masih sibuk sampai tengah malam, saat pulang ke rumah sudah jam 1 pagi.

Awalnya berencana untuk istirahat beberapa jam, lalu membawa Wilson ke lokasi syuting, memberi dia sebuah kejutan, tidak menyangka dia sendiri sudah pulang ke rumah.

Mata hitam Rudy memandang dia, perlahan mendekat, bibirnya yang sedikit dingin menempel pada bibir merah dia, mencium dengan dalam.

Ciumannya sangat agresif, bibir dan lidah saling berkait, tidak bisa dipisahkan.

Untuk Rudy, Clara adalah racun yang masuk ke tulang, sudah kecanduan, tidak bisa lepas.

Dia tidak pernah berpikir untuk melepaskan, lebih memilih racun tersebar ditubuh.

Mereka sudah berpisah hampir setengah bulan, sebuah ciuman ringan, untuk Rudy, tidak berbeda dengan meminum racun untuk mengatasi haus, sama sekali tidak bisa mendapatkan kepuasan.

Satu tangannya memeluk pinggang rampingnya, satu tangan lagi sudah masuk ke dalam pakaiannya, perlahan meraba ke atas.

Tangannya baru saja meraba sampai setengah, ditahan oleh Clara.

Rudy menyipit, ekspresi wajahnya terlihat tidak puas.

“Tidak mood.”

Mata indah Clara melebar, pandangan matanya terlihat licik.

Bocah ini menghentikan di tengah-tengah, sengaja.

“Tidak mood karena orang-orang tidak ada hubungan tadi?”

Rudy menaikkan alis, pandangan di antara kedua alis itu menjadi dalam.

“Bagaimana mereka tidak ada hubungan, semua adalah kerabat dekat keluarga Sunarya.”

Clara sedikit cemberut, wajahnya sedikit kesulitan, dan tidak tahan menghela nafas.

“Dulu, bagaimana keluarga Sutedja memperlakukanku, aku tidak akan sedih, juga tidak sakit hati, karena mereka adalah orang yang tidak ada hubungan. Tapi orang keluarga Sunarya tidak sama, kamu pernah bilang, orang keluarga Sunarya adalah keluargamu, jadi, aku ingin menganggap mereka menjadi keluargaku, malah tidak dihargai.”

“Syuting hari itu, Ruben melakukan kesalahan, membuat aku harus masuk lagi ke dalam air yang dingin itu sepanjang sore, karena dia adalah pacar Altria, aku baru tidak mempersulit dia. Akhirnya, malah menjadi aku yang salah.”

“Jika aku ingin mempersulit dia, Altria pasti akan datang ke rumah, mengatakan aku sengaja dan tidak bisa berdamai dengan dia. Pokoknya, bagaimanapun tetap aku yang salah.”

Rudy menatapnya dengan lembut, senyum di bibirnya ringan dan lembut.

Dia mendengarkan dengan sangat sabar, setelah selesai, baru berkata.

“Lihatlah dirimu yang kesulitan.”

Rudy memeluk dia, lalu duduk ke sofa setinggi jendela.

Clara duduk di pangkuannya, tangan Rudy dilingkarkan di pinggang dia, postur ini sangat intim.

“Cabang keluarga Sunarya terlalu banyak, merepotkan untuk diurus. Kira-kira hanya ada orang seperti nenek baru bisa mengatasinya, bahkan wanita kuat seperti mama tidak bisa menanganinya, apalagi kamu.”

“Kenapa denganku?” Clara bertanya dengan memajukan bibirnya.

“Pintar tapi kurang berpengalaman. Kamu ini, masih seorang bocah.” Rudy memajukan kepalanya, mencium dahi dia.

“Nenek, papa mama, masih ada kamu dan Wilson, baru keluargaku. Yang lain hanya kerabat saja. Mereka bergantung pada keluarga Sunarya untuk bertahan hidup, kamu bisa rendah hati, kadang-kadang bisa mengalah juga, tapi kamu tidak perlu takut pada mereka.” Bibir Clara tertutup rapat, melihat dia dengan pandangan tidak bisa dijelaskan.

Rudy mengulurkan telapak tangannya, meraba kepalanya, senyumnya penuh dengan memanjakan.

“Tidak buru-buru, wanit utamaku, masih ada waktu untuk pelan-pelan belajar. Ada nenek dan mama, sementara ini tidak perlu kamu khawatirkan. Orang-orang itu, jka kamu tidak ingin memperdulikan mereka, maka tidak usah pedulikan. Ingat, ada aku.”

“Oh.”Clara melengkungkan bibirnya, akhirnya tidak sedih lagi.

“Kamu tahu seberapa banyak tentang Samara ?” Rudy tiba-tiba bertanya.

“ Samara ? Pernah bertemu beberapa kali, tidak dekat. Wanita itu penuh perhitungan, penuh dengan niat jahat.” Clara mengatakan pendapatnya sendiri.

Rudy mengangguk, “Aku akan menyuruh Aldio menyelidiki baik-baik orang ini.”

“Kamu merasa ada masalah dengan dia?” Clara tidak mengerti.

“Ada masalah atau tidak, harus menyelidiki dulu baru bisa tahu.” Rudy tersenyum, kedua matanya tidak terkejut dan ada hawa dingin disana.

“Clara, apa kamu tidak merasa aneh? Samara mengatakan hal seperti itu kepada Altria, seperti tidak takut akan terjadi keributan.”

Clara : “...”

“Clara, kamu dan Milki adalah teman baik, jika, kamu melihat Vincent bermesraan dengan wanita lain, apakah akan melaporkan pada Milki dengan menambah-nambah cerita?” Rudy lanjut berkata.

Clara menggeleng, tentu saja tidak akan. Jika menemui masalah seperti ini, akan sangat kesulitan, mana ada pemikiran untuk menambah-nambahkan cerita.

“Jika begitu, Samara ini memang bermasalah. Dia mungkin sengaja memprovokasi Altria.”

“Em.”

Rudy mengangguk, “Aku tebak, mungkin dia menyukai Ruben. Atau, ingin menyerangmu. Aldio akan menyelidikinya.” Rudy berkata.

“Oh.”

Clara mengangguk menjawab, sepertinya mengerti.

Tangan Rudy di pinggangnya tiba-tiba menjadi erat, kedua matanya menatap dia begitu dalam dan panas.

“Yang harus dikatakan sudah dikatakan, apakah kita lebih baik melakukan sesuatu... Clara, aku rindu padamu...” Rudy mendekatinya, suaranya terdengar serak.

“Rudy, sebenarnya kamu rindu padaku, atau rindu melakukan denganku.” Clara melengkungkan sudut bibirnya, tersenyum menawan.

“Keduanya.”

Rudy seperti akan tenggelam dalam senyumannya, berbalik dan menekan dia di sofa, mencium dengan manja.

Setelah mencium, keduanya sedikit kehilangan kendali, pakaian ditubuh sudah ditarik berantakan.

Saat pertarungan sedang bergeser dari sofa ke ranjang, dan disaat paling penting, tiba-tiba terdengar ketukan pintu dari luar.

“Tuan.” terdengar suara Bibi Liu dari luar pintu.

Clara terkejut, buru-buru mendorong pria yang menekan di atas tubuhnya.

Rudy berbalik duduk di ranjang, tanpa tergesa-gesa mengancingkan kancing kemejanya, postur ini sangat elegan, hanya saja alisnya sedikit mengernyit, terlihat sedikit tidak senang.

Hal seperti terganggu di tengah-tengah, pria mana yang akan senang.

Setelah Rudy berpakaian rapi, mengulurkan tangan membuka pintu kamar.

Bibi Liu berdiri didepan pintu, berkata dengan hormat, “Tuan, Tuan Tang datang, sedang berada di ruang baca lantai dua menunggu kamu.”

“Baik, sudah tahu.” Selesai berbicara, Rudy menutup pintu lagi.

Pintu baru saja ditutup, Clara memeluknya dari belakang.

“Datang mengaku dosa?”

“Seharusnya datang untuk minta maaf. Jika orang keluarga paman kedua Tang tidak bisa menerima ini, kalau begitu kita keluarga Sunarya harus berada pada jarak yang terhormat.” Rudy tersenyum, mengulurkan tangan menyentuh hidung dia.

“Anak baik, tunggu aku di kamar.”

“Menunggu dikamar, atau menunggu di atas ranjang?” Clara berkata sambil tertawa.

Kata-katanya baru saja dikatakan, langsung ditekan oleh Rudy di dinding, memberikan ciuman dalam lagi.

Clara dengan sengaja menggigit bibir atasnya, menggigit cukup kuat, bibir Rudy digigit robek oleh dia.

Novel Terkait

Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu