Suami Misterius - Bab 266 Kamu Yang Melahirkan, Aku Yang Menghidupi

Jari Clara yang putih dan sejuk sedang mencubit dagunya, sambil menggoda dirinya, “Pria ganteng, mau coba pertimbangkan ?”

Kata-katanya baru saja selesai, tubuhnya langsung dipeluk oleh Rudy, Rudy langsung melemparkan dia ke atas kasur besar di belakangnya. “Tidak perlu pertimbangkan, sepakat.”

Clara jerit kekagetan, dia berguling dari kasur untuk melarikan diri. Rudy melangkah cepat dan menindih di atas tubuhnya.

“Rudy, lepaskan aku dulu, aku masih ada urusan penting yang mau bahas sama kamu.” Kedua tangan Clara sedang menahan di atas dadanya.

Rudy menahannya dengan satu tangan, satu tangannya lagi sedang membuka kancing kemeja dengan elegan. “Selesai buat baru bahas lagi juga sama.”

Clara :”.......”

Dia memberontak sejenak, langsung pasrah di bawah wewenang mesum Rudy.

Clara mengetahui bahwa apapun yang dia katakan pada saat ini, Rudy juga tidak ada niat mendengarnya. Mendingan menuruti keinginannya, sekalian bisa mengurangi siksaan pada dirinya.

“Kalau hamil, melahirkan saja. Kamu yang melahirkan, aku yang menghidupi.” Nada Rudy sangat datar, namun Clara mengetahuinya, dia bukan sekedar bercanda.

“Tidak mau, melahirkan sangat sakit.” Clara menggeleng-geleng kepala, saat ini dia berpikir kembali situasi melahirkan Wilson, masih merasa ketakutan.

“Sebelumnya mau bilang apa denganku ?” Rudy bertanya.

“Apa ?” Otak Clara masih dalam kondisi bengong, dia berdiam sejenak, baru kepikiran sebelum mereka bermesraan, dia memang ingin membahas sesuatu dengan Rudy.

“Rudy, kamu boleh membantu aku ?”

“Membantu bagaimana ?” Rudy tersenyum dan bertanya.

Pada kondisi normal, pada saat lelaki dan wanita sedang berpelukan di atas ranjang, dan dipenuhi oleh rasa kasih sayang, meskipun meminta Rudy menerobos neraka, dia juga tidak akan menolaknya.

“Aku rasa sepertinya Nalan Qi terlalu santai, makanya suka sekali ikut campur urusanku. Aku ingin menambahkan pekerjaannya.” Clara berkata.

“Ini gampang, aku yang mengurus saja.” Rudy menjawab dengan nada datar.

Pada beberapa tahun lalu, saat Sutedja Group masih dikelola oleh Revaldo Sutedja, Nalan Qi juga sering mengambil untung lewat perusahaan, pada aliran dana Sutedja Group, sekarang masih ada catatan piutang Nalan Qi dengan nominal ratusan miliar, sekarang sudah membuat catatan kerugian.

Asalkan memberikan laporan aliran kas dan dokumen asli yang berhubungan kepada departemen legal, sudah cukup membuat Nalan Qi terjatuh kesakitan. Akan tetapi, dia tidak pernah memanfaatkan pegangan ini, karena dia ingin menghabisi keluarga Nalan beserta suami istri Revaldo Sutedja dengan sekaligus.

Akan tetapi, demi Clara,mengubah sedikit rencana awalnya, juga bukan masalah besar. Hanya saja Raymond dan Johan akan mulai bising lagi untuk beberapa saat. Telinganya pada sementara ini tidak dapat merasakan kesunyian lagi.

Namun Clara menggelengkan kepalanya, tidak ingin berterima niat baiknya.

“Aku sudah suruh Miko Mintani menggali informasinya, salah satu proyek Nalan Qi sedang bermasalah, sehingga perputaran dananya sedang macet, makanya, dia baru berusaha mencari investor. Kamu bantu aku menyebarkan informasi ini, melayani para pemegang saham itu sudah cukup membuat dia pusing beberapa lamanya.”

“Hanya begini ?” Rudy mengangkat alis, jelasnya merasa dirinya terlalu baik hati, Nalan Qi sudah hampir menjual dirinya.

Clara menarik jari tangan Rudy yang cantik untuk dipermainkan, tersenyum manis dan berkata, “Meskipun Nalan Qi berkepribadian busuk dan tidak ada perikemanusiaan, namun dosanya belum separah itu, lagi pula, dia masih bermanfaat bagiku.”

Rudy tidak bertanya niat apa yang sedang diperhitungkan Clara. Intinya, apa yang dipesankan, dia tinggal menurutinya, gampang sekali.

“Semalam, bibi Wulan bilang apa samamu ?” Clara bertanya lagi.

“Mau tahu ?” Rudy tersenyum sambil menunjuk pipi sendiri, maksudnya sangat jelas.

Clara mencibir bibir, lalu memberikan sebuah kecupan pada pipinya.

Rudy Suteda berbalik badanya, kedua wajah saling bertatapan, menatap dengan tatapan lembut.

“Bibi Wulan sangat peduli denganmu, dia memperingatkan aku, kalau aku berani menyakitimu, dia akan bertarung denganku.”

Clara selesai mendengarkan, melengkung bibirnya dan tersenyum, ada sedikit air mata yang sedang bergenang di dalam matanya.

Dia tiba-tiba kepikiran dengan ibunya, seandainya ibunya masih hidup, mereka sekeluarga dapat hidup dengan harmonis, akan betapa indahnya.

“Sedang memikirkan apa ?”Jari tangan Rudy sedang mengelus mata indahnya.

“Kangen sama ibuku, dia meninggal dengan kasihan. Hanya demi satu peran di film saja, Yunita tega merengut nyawa ibuku, sekarang kalau dipikir kembali rasanya tidak masuk akal sekali. Manusia bisa kejam sampai batasan seperti ini.”

Rudy selesai mendengarnya, tersenyum sinis, “Dalam pemikiran orang tertentu, nyawa orang lain tidak penting sama sekali. Pemikiran mereka hanya keuntungan di depan matanya.”

Clara mengeluhkan nafas, kepala kecilnya menyelip ke dalam pelukan Rudy.

Ketika mereka berdua sedang saling berpelukan, tiba-tiba ponselnya berdering.

Clara mengulurkan tangan untuk mengambil ponselnya dengan malas, menerima panggilan telepon, terdengar suara jeritan Luna yang sedang panik, “Clara, kirim alamatmu, aku menjemputmu sekarang. Tunggu bertemu baru bahas lagi.”

Memutuskan sambungan telepon, Clara membungkus badannya dengan selimut dan duduk di atas kasur, dia menyandar di kasurnya, sambil mengirimkan lokasi kepada Luna dengan aplikasi Wechat di ponselnya.

Setelah itu, dia turun dari kasur dengan tubuh yang masih dibungkus oleh selimut, bagaikan ngengat sutra, masuk ke kamar mandi dengan cara meloncat-loncat.

Clara mandi dengan buru-buru, ketika dia keluar dari kamar mandi, Rudy sudah selesai memakai kemejanya, dan duduk di atas kasur sambil merokok.

“Malam begini masih harus keluar, profesi kamu ini memang tidak seberapa.”

Clara duduk di depan cermin sambil mengikat rambutnya, setelah selesai membereskan rambutnya, dia menghampiri ke kasur, memberikan ciuman yang kuat pada satu pipinya Rudy.

“Baik-baik ya.”

Nada dia membujuk dirinya, bagaikan sedang membujuk anak kecil yang sedang merajuk, membuat Rudy merasa tidak berdaya dengannya.

Clara mengenakan jaket dan keluar dari pintu rumah, mobil Luna telah berhenti di depan villa.

Clara mengunci pintu dengan kunci elektrik, setelah itu, melangkah dengan cepat untuk menghampiri mobil Luna, dia membuka pintu mobil di tempat duduk depan, dan masuk ke dalamnya.

Pada saat Luna berputar steringnya, dia mengintip keluar dan menoleh ke arah villa.

“Villa milik Rudy ?”

Clara melototnya, Luna sudah tahu masih sengaja bertanya lagi.

Novel Terkait

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu