Suami Misterius - Bab 780 Seketika Masuk Dalam Kondisi Yang Berat

Kue itu sangat manis, mungkin karena sudah kelaparan cukup lama, tiba-tiba Clara merasa kue yang sangat manis ini terasa sangat enak.

Dia langsung memakan tiga potong, begitu mengangkat kepala, dia baru menyadari kalau Markal sedang menatap dirinya dengan tatapan penuh kehangatan.

Wajah Clara memerah, dia mengangkat kantung sambil berkata dengan tersipu : “Aku sudah mencobanya, lumayan enak, Kak Markal, kamu juga makanlah.”

Markal tersenyum sambil mengulurkan tangan, mengambil sepotong kue dalam kantung untuk memakannya.

Tapi, dia hanya makan satu potong, biasanya pria tidak suka makan makanan manis, Markal juga sama.

Lalu, mereka berdua lanjut berjalan ke hotel, Clara berjalan sambil makan, ketika tiba didepan hotel, satu kantung kue sudah habis setengah, bahkan makan makan sampai terasa agak kenyang.

Markal menyerahkan kartu identitas mereka untuk mengurus administrasi hotel, lalu berkata pada Clara : “Aku sudah bertanya pada resepsionis, restoran hotel ada di lantai dua, kita pergi makan dulu.”

Clara sudah kenyang sampai hampir bersendawa, ia segera menggeleng.

“Naik pesawat seharian, aku merasa agak lelah, aku kembali ke kamar untuk istirahat dulu.”

Markal sempat tercengang, lalu tatapannya menyapu kearah kantong kue yang dipegangnya.

Lalu dia berkata sambil tersenyum penuh pengertian : “Kalau begitu kamu istirahatlah lebih awal.”

Clara dan Markal kembali ke kamar masing-masing.

Setelah Clara berjalan masuk ke dalam kamar, dia meletakkan kopernya disamping, lalu langsung berbaring di ranjang karena lelah.

Setelah berbaring, yang pertama kali ia lakukan adalah mengambil ponsel dan menelfon nomor Rudy.

Telfon berdering cukup lama, namun sama sekali tidak ada yang mengangkat.

Clara menebak, mungkin dia sedang bertugas sehingga tidak bisa mengangkat telfon.

Dan karena ini, ketika Clara meletakkan ponsel, ada rasa kecewa yang muncul di wajahnya.

Clara merasa sangat lelah, tubuh dan hatinya terasa sangat lelah.

Setelah mandi singkat, Clara berbaring di ranjang, awalnya mengira ia akan tertidur dengan cepat, siapa yang menyangka amnesia kembali mendera.

Dia berbaring di ranjang, bolak balik diatas ranjang namun tetap tidak bisa tidur, kepalannya terasa begitu kacau.

Sebentar teringat ucapan Nyonya besar Sunarya yang diucapkan untuknya.

Sebentar teringat kondisi Ezra yang terbaring tidak berdaya di ranjang.

Bergumul selama berjam-jam, Clara sungguh merasa lelah juga mengantuk namun tidak bisa tidur, itu sungguh menyiksa.

Dia terbiasa bangun dari ranjang untuk meminum obat, dia baru ingat sejak dia pergi ke psikolog, Rudy tidak mengijinkannya menyentuh obat tidur lagi, kali ini dia juga tidak membawa obatnya.

Clara menghela nafas dengan tidak berdaya, dia ganti baju dan keluar terburu-buru.

Untungnya diseberang hotel ada sebuah toko obat yang masih belum tutup.

Karena termasuk obat keras, dia harus menyerahkan kartu identitas baru bisa membeli obat itu.

Clara berdiskusi cukup lama dengan penjaga toko obat, berusaha membujuk dengan keras, akhirnya penjaga itu membiarkannya meninggalkan identitas dan nomor telfon sebelum memberinya satu kotak obat.

Clara membawa kantung berisi obat, dan begitu kebetulan bertemu dengan Markal didepan pintu hotel.

Tangan Markal memegang kantung belanja mini market 24 jam, didalamnya ada bird an kacang.

Ketika Markal melihat Clara, dai juga sempat tercengang.

“Clara? Tengah malam begini, kenapa kamu keluar?”

Clara merasa canggung, dia refleks memegang wajahnya.

Jelas-jelas dia sudah menggunakan masker dan topi, membungkus dirinya seperti lemper, dan dia masih bisa mengenalinya, matanya sungguh tajam.

Dan mata Markal memang sangat tajam, hanya dengan satu lirikkan saja dia sudah bisa melihat kotak obat didalam kantung plastic.

“Kenapa kamu minum obat seperti ini, karena mengkhawatirkan kondisi paman sehingga tidak bisa tidur?” Markal bertanya sambil mengkerutkan alisnya.

“Uhmm, hmm.” Clara mengangguk, sedikit banyak merasa canggung dan bersalah.

“Obat seperti ini memiliki efek ketergantungan, sebaiknya jangan minum.”

Setelah Markal mengatakannya, dia menariknya untuk duduk di kursi panjang di pinggir jalan.

Markal meletakkan kantung belanjanya diantara mereka, mengambil satu kaleng bir dan menyodorkannya pada Clara.

“Aku juga agak mencemaskan paman sehingga tidak bisa tidur. Sehingga membeli beberapa kaleng bir untuk mempermudah tidur. Alcohol cukup cocok kalau digunakan untuk menghilangan insomnia, cobalah.”

Mendengar Markal berkata demikian, Clara tersenyum sambil menerimanya.

Keduanya duduk di pinggir jalan, minum bir sambil mengobrol.

Pemandangan malam kebetulan pinggir laut di Kota A, meskipun sudah mendekati musim dingin, namun tidak sedingin di Jing.

Clara lahir dan besar di Kota A, dan dia jauh lebih cocok dengan lingkungan juga cara hidup disini.

Dia menceritakan sejarah dan juga jejak kebudayaan di Kota A kepadaMarkal.

Markal mendengarkan dengan serius, tanpa sadar, langit mulai terang.

Beberapa botol bir mereka habiskan sampai tidak bersisa, karena Clara jarang minum bir, begitu efek alcohol bekerja, kepalanya langsung menjadi agak pusing.

Markal mengantarnya kembali ke kamar dengan hati-hati, melihatnya berbaring diatas ranjang dan mengenakan selimut dengan baik, baru pergi meninggalkan kamarnya.

Kali ini Clara langsung tertidur sampai jam 10 keesokan harinya.

Begitu dia melihat jam, dia terkejut karena bangun begitu siang.

Lalu segera turun dari ranjang untuk mandi, setela berganti pakaian, ia segera menuju ke rumah sakit.

Ketika tiba di rumah sakit, dia menemukan kalau Ezra sudah sadar.

Aeris hampir menangis karena senang.

Pagi tadi dokter baru saja melakukan pemeriksaan secara keseluruhan, memastikan Ezra sudah sepenuhnya bebas dari masa kritis, kalau tidak ada masalah lain, dia bisa dipindahkan ke kamar rawat biasa besok.

Hasil ini membuat semua orang merasa lega.

Namun, ketika kondisi Ezra sudah membaik, anggota penyelidikan KPK akan segera datang untuk menyelidiki.

Dan yang sejauh ini, yang paling dikhawatirkan oleh Aeris adalah Ezra akan mengalami tekanan emosional lagi, tidak mungkin dia bisa lolos dari maut seperti ini.

Kondisi Ezra sudah lebih stabil, Clara diijinkan untuk masuk dan menengok.

Ezra menggunakan sebuah masker oksigen yang besar, hampir setengah wajahnya tertutup oleh masker.

Clara melihat kondisi pamannya yang begitu rapuh, kelopak matanya seketika menjadi basah, setelah menahan dengan cukup keras, akhirnya airmatanya bisa dia tahan.

Ezra malah mengulurkan tangannya yang dingin bagaikan es untuk menggenggam tangannya.

Tangan Ezra sangat besar, sama seperti ada dalam ingatannya, sangat menenangkan.

“Paman, masih ingatkan kamu selalu mengajariku apa, asalkan kita benar maka tidak perlu takut pada apapun. Kamu tidak membuat kesalahan, maka organisasi tidak akan memfitnahmu, kamu harus percaya pada organisasi.”

Setelah Ezra mendengarnya, matanya berbinar, terlihat begitu lega.

Jam besuk ada batasnya, dan batasnya akan segera habis.

Setelah Clara mengatakan beberapa ucapan yang menenangkannya, baru pergi dari ruang rawat Ezra.

Clara tinggal di Kota A selama hampir satu minggu, dan selama itu juga tidak mendapat kabar apapun dari Rudy.

Ia hanya pernah menerima sebuah telpon dari Ajudan Jiang, karena bahasanya terlalu kaku dan formal, Clara hanya menjawabnya beberapa patah kata saja.

Setelah kembali ke Kota A, dia tidak kembali ke lokasi syuting.

Masalah Ezra terus mengganjal hatinya, membuatnya tidak memiliki niat untuk bekerja.

Dan pihak berwajib memandang kasus korupsi Ezra sebagai kasus yang sangat penting, mereka terus memeriksanya dengan begitu gencar.

Meskipun Keluarga Sunarya terus menanyakannya, namun karena ini saudara dari pihak keluarga besan, sehingga tidak leluasa untuk ikut campur.

Masalah ini seketika masuk dalam kondisi yang berat.

Dan ketika Nyonya kedua Sunarya bertamu ke rumah Sunarya, tiba-tiba membicarakan ayah salah satu teman sekolah Altria yang kebetulan menangani kasus Ezra.

Novel Terkait

Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu