Suami Misterius - Bab 539 Tidak Semua Orang Sanggup Menerima Berkat Poligami

“Revaldo, kamu kenapa ? Tidak enak badan ya ?” Nenek Sutedja bertanya dengan panik.

“Hah.”

Nalan Vi melihat demikian, tidak bisa bertahan dan tertawa keceplosan, “Revaldo, setiap kali selalu pakai strategi ini, menurutmu seru ya !”

Revaldo setiap kalinya selalu memanfaatkan strategi ini untuk menyerang Rudy, Nalan Vi telah bosan menyaksikannya.

“Kamu, kamu…” Revaldo mengulurkan tangan untuk menunjuknya, lalu membalikkan bola matanya karena emosi, akhirnya langsung pingsan di tempat.

“Ketagihan pura-pura pingsan ya.”

Nalan Vi tetap saja dengan tampang tidak percaya.

Memang membuktikan dongeng anak penggembala dan serigala, ketika terlalu banyak berbohong, sehingga tidak ada yang mempercayainya meskipun telah mengatakan yang sebenarnya.

“Revaldo, Revaldo !” Nenek Sutedja berteriak setengah mati, namun Revaldo sama sekali tidak bereaksi apapun dan juga nafasnya semakin lemah, wajahnya juga mulai pucat.

Gevin dan Nalan Vi baru merasakan kejanggalan, berteriak memanggil pembantu dengan panik, lalu buru-buru memanggil supir, setelah merasa panik dan sibuk beberapa saat, baru berhasil mengantarkan Revaldo ke rumah sakit.

Pada saat Revaldo di dalam mobil, dia terbangun dan sadar sejenak, namun mulutnya masih berbisikan nama Wanda, membuat Nalan Vi emosi sampai ingin langsung mencekik mati dirinya saja.

Ketika Revaldo sampai di rumah sakit, orangnya sudah tidak bernafas lagi, tidak berhasil diselamatkan dan akhirnya meninggal dunia.

……

Ketika Rudy menerima kabarnya, Revaldo sudah di dorong masuk ke kamar mayat.

Setelah itu, menjalankan prosedur mengatur acara dan upacara pemakaman dan juga kremasi.

Pada hari pemakaman Revaldo, cuaca sangat cerah dan indah, seolah-olah tidak terpengaruh apapun dengan meninggalnya Revaldo.

Rudy dan Clara sama-sama memakai pakaian berwarna hitam, Rudy mengenakan setelah jas dan celana berwarna hitam, sementara Clara mengenakan rok hitam sepanjang lutut, rambut panjangnya terurai rapi, dari ujung ke ujung sama sekali tidak ada aksesoris berlebihan.

Semua ini menandakan rasa menghormati terhadap almarhum. Bagaimanapun juga, orang yang telah meninggal patut dihargai.

Kuburan Revaldo di bukit pinggiran kota, mobil mengiringi jalan yang penuh belokan, perlahan-lahan berkendara ke atas gunung.

Clara duduk di kursi samping pengemudi, kedua tangannya terus menyeret pada sabuk pengaman di badannya, lalu bertanya, “Revaldo selalu dijaga dengan penuh perhatian, sudah bertahan begitu lama, kenapa tiba-tiba meninggal dunia ?”

Satu tangan Rudy sedang memegang stir mobil, bola mata hitamnya yang jernih menatap ke arah dengan tatapan datar, sudut bibirnya mengaitkan sebuah senyuman sindir.

“Revaldo memberikan semua harta atas namanya untuk Wanda dan anak perempuannya, saat Nalan Vi tahu, tentu saja tidak akan memberi ampun

Tubuh Revaldo sebenarnya tidak bisa bertahan lama lagi, setelah emosi besar, tiba-tiba sesak nafas, jadinya meninggal dunia.”

“Wanda ?”

Satu tangan Clara menopang pipi, lalu berkata dengan penuh renungan, “Bukannya masalah dia sama anak perempuannya sudah diselesaikan dengan Nalan Vi, kenapa tiba-tiba muncul lagi ?

Rudy, jangan-jangan ini ulah dirimu ya ?”

Rudy selesai mendengarnya, sedikit mengangkat alis.

Wanita kecilnya ini sudah semakin pintar, pemikirannya semakin tajam.

“Aku hanya suruh orang mengingatkan Wanda saja, agar dia mengerti, apabila Revaldo meninggal dunia, dia sama anak perempuannya akan kehilangan segalanya.

Wanda juga orang pintar, tentu saja tahu apa yang harus dilakukannya.”

“Makanya, Wanda kebetulan menjadi serangan terakhir.”

Clara mengeluh dan berkata.

“Pemikiran Revaldo begitu licik, selama hidupnya terus mempermainkan kekuasaan, tetapi akhirnya malah mati diserang oleh seorang wanita.”

Nada pembicaraan Rudy penuh dengan sindiran.

Clara menggeleng kepala dan menghela nafas, lalu berkata dengan serius :”Kelihatannya, tidak semua orang sanggup menerima keinginan poligami.”

Rudy selesai mendengarnya, lalu tertawa ringan, “Terima kasih istri tersayang yang sudah mengingatkan.

Kekuasaan kamu begitu besar, aku mana berani.”

“Baguslah kalau ada kesadaran, pelayan Sutedja, memang penurut sekali.”

Clara berkata sambil tertawa terbahak-bahak.

Mobilnya berhenti di tempat parkir pertengahan bukit.

Rudy dan Clara berjalan kaki untuk naik ke atas tangga, baru saja masuk ke kawasan kuburan, sudah mendengar suara kebisingan yang berasal dari jalan di depannya.

Acara pemakaman Revaldo sangat ramai, lebih kacau dan heboh dibandingkan acara pernikahan orang biasanya.

Wanda dan anak perempuannya sedang memeluk batu nisan kuburan dan menangis tragis, dengan gaya seperti itu, seolah-olah akan langsung mati dengan berbenturan kepalanya pada batu nisan dan mati sebagai martir cinta.

“Rencanamu ?”

Clara bertanya.

“Bukan.”

Rudy berkata dengan tanpa emosional.

Dia tidak sampai melakukan hal tidak senonoh seperti ini demi mengganggu orang yang telah meninggal dunia.

Seandainya bukan rencana Rudy, bertanya hanya tindakan Wanda secara pribadi.

“Bisa ketemu tempat ini, Wanda juga bukan orang yang mudah diatasi.”

Clara berkata.

“Sayangnya, wawasan terbatas. Dapat dikatakan kalau Revaldo mati secara tidak langsung di tangannya, seharusnya dia sudah buru-buru bersembunyi, tetapi dia malahan cari mati sendiri, nenek tidak mungkin mengampuninya.”

“Semua mala petaka datang karena rakus dan tamak.

Seandainya terjadi padaku, aku hanya akan meminta uang sama Revaldo, atau aset yang bisa langsung balik nama pada namaku, lalu membawa anakku pergi sejauh mungkin.

Namun Wanda malah memperhitungkan saham perusahaan, dengan surat wasiat dari Revaldo ini, kelihatannya memang memberikan segalanya untuknya, namun kalau keluarga Sutedja tidak mau mengakui, surat wasiat di tangan Wanda sama saja seperti kertas buram.”

Clara menggeleng kepala sambil mengeluh.

Wanda ini, meskipun memiliki sedikit kehebatan, namun tetap saja salah melangkah.

Rudy sedikit memejamkan matanya, lalu melirik wanita kecil yang berdiri di sampingnya, sudut bibirnya menarik sebuah senyuman yang tipis.

Umur Clara tidak terlalu besar, namun isi pemikirannya sangat jelas.

Dia selalu tahu apa yang dia inginkan, dan apa yang bisa dia dapatkan, serta apa yang harus dia menjaga dan mempertahankan.

Seandainya sebelumnya Rahma ada setengah saja kehebatan dirinya, mungkin saja tidak akan mendapatkan hasil seperti ini lagi.

Pada saat ini, di depan batu nisan kuburan Revaldo, tetap saja sangat menghebohkan.

Wanda dan anaknya sedang menangis tragis.

“Revaldo, kenapa kamu pergi begitu saja.

Kenapa kamu begitu tega melepaskan kami berdua, Revaldo, Revaldo…tanpa dirimu, bagaimana kami melanjutkan hidup !”

“Ayah, ayah, ayah jangan tinggalkan Lili. Aku mau ayah…” Gevin memegang guci kremasi, wajahnya sangat suram.

Namun Nalan Vi dan Viona tidak begitu sanggup menahan amarah, langsung beranjak ke depan untuk berkelahi dengan Wanda dan anaknya.

“Dasar wanita sialan, kamu masih berani datang, kamu yang merenggut nyawa suamiku !”

Kekuatan Nalan Vi dalam berkelahi naik drastis, dia menarik rambut Wanda, lalu menampar kedua pipinya, membuat wajah Wanda menjadi bengkak karena tamparan.

Tangisan Wanda terkesan sangat tragis dan kasihan, seandainya Revaldo masih ada, pasti akan datang untuk melindunginya dengan penuh rasa tidak tega.

Namun sayangnya, Revaldo telah meninggal dunia, orang keluarga Sutedja yang berada di tempat sama sekali tidak ada rasa simpati.

Viona membantu ibunya, dia menendang dan memukul Wanda, bahkan Lili juga tidak bisa lolos dari serangannya, tentu saja juga menerima beberapa tamparan dari Viona.

”Sudahlah, sudah cukup pertengkaran ini !”

Nenek Sutedja membentak dengan penuh amarah.

Setelah Nalan Vi memukul Wanda dan anaknya menjadi penuh luka dan memar, malahan bereaksi bagaikan korban, dia langsung berlutut di bawah kaki Nenek Sutedja sambil menangis dengan kasihan.

“Nenek, wanita ini, wanita ini yang membunuh Revaldo.

Penyakit Revaldo sudah begitu parah, dia masih mengajak Revaldo kencan di tengah malam, aku hanya khawatir dengan kondisi kesehatan Revaldo, makanya menyuruh orang pergi selidiki.

Makanya baru tahu kalau wanita ini bahkan menghasut Revaldo menerbitkan surat wasiat…”

“Bukan, Revaldo yang nekat menerbitkan surat wasiat itu, dia hanya merasa kasihan dengan kami berdua…” Wanda buru-buru merangkak menghampiri dan berkata dengan panik.

Nenek Sutedja berdiri dan menatapnya dengan penuh wibawa, lalu tersenyum sinis, “Revaldo yang nekat ! Kalau kamu, jangan-jangan kamu tidak mau saham Sutedja Group ya ?”

Wanda tentu saja tidak mungkin menjawab dengan penolakan.

Dia membawa anaknya datang membuat heboh, tujuannya memang demi surat wasiat itu.

Novel Terkait

More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
3 tahun yang lalu