Suami Misterius - Bab 827 Orang Yang Berdiri Di Belakang Su Loran

Wajah Loran tidak berubah, benar-benar berpura-pura tetap tenang, dan lengan yang disembunyikan di belakangnya sudah sedikit gemetar.

"Imajinasimu benar-benar hebat." Katanya dengan tenang.

Ahmed tersenyum dan meniup asap rokok ke arahnya, kabut tipis itu disemprot ke wajah Loran, dan dia langsung terbatuk beberapa kali.

"Di depanku, kamu tidak perlu gugup. Aku tidak akan melakukan apa-apa kepadamu, dan tidak akan melemparkan masalah Altria ke kepalamu. Adikku ini sangat bodoh sampai membuat orang sakit kepala, juga tidak ada salahnya jika dia mendapatkan sedikit pelajaran."

"Jadi apa gunanya kamu mengatakan semua ini kepadaku?" Loran mengerutkan kening.

"Tentu saja aku ingin mengingatkanmu, untuk menyimpan semua niat burukmu itu. Orang-orang Rendi terus memperhatikan, selama kamu berani mengulurkan tangan membantu Samara, maka, orang yang masuk penjara adalah kamu." Kata Ahmed dengan santai.

"Aku tidak membantu Samara, tapi jika dia menyebutkan namaku, aku tetap akan mendapat masalah." Kata Loran menggertakkan gigi, melihat tidak ada yang perlu disembunyikan lagi.

"Samara harus masuk penjara, jika tidak, Rendi dan Clara berdua tidak akan menyerah. Terhadap Samara, aku akan membantumu untuk menutup mulutnya."

Kata Ahmed dengan sebatang rokok di mulutnya, cahaya api rokok yang seperti nyala dan mati di dalam lift yang redup itu.

"Atas dasar apa kamu membantuku?"

Loran tertegun dan menatapnya dengan waspada.

Dia tidak percaya di dunia ini ada hal yang cuma-cuma.

Ahmed menarik tangannya tanpa jejak, dan meletakkan sebuah kartu kamar di tangannya.

Loran melihat kartu kamar di tangannya itu, wajahnya memucat.

"Ahmed, mengapa kamu bertindak begitu sewenang-wenang, apa kamu tidak takut Talia akan menceraikanmu?"

"Demi putri kesayangannya, dia tidak akan menceraikanku. Dia tidak pernah peduli denganku yang tidur dengan wanita mana pun di luar, selama wanita itu tidak penyakitan."

Nada suara Ahmed yang sembrono, dan berkata dengan acuh tak acuh.

"Bagaimana kamu tahu jika aku tidak penyakitan." Kata Loran menggertakkan gigi dan sedikit kesal.

Ahmed tertawa, tiba-tiba mengulurkan tangan dan memegang dagunya, lalu menariknya ke depan matanya.

Loran adalah seorang wanita yang lemah, tentu saja tidak bisa menahan kekuatannya, dan hanya bisa membiarkan dagunya ditekan sakit oleh Ahmed.

"Bukankah kamu sangat bersih ketika tidur denganku. Aku selalu ingat dengan rasa tubuhmu."

Begitu kata-kata Ahmed dikeluarkan, lift pun berdering dan kedua pintu lift terbuka dengan perlahan.

Di luar pintu lift, dikelilingi banyak orang yang sedang menunggu.

Ahmed langsung melepaskan Loran tepat sebelum pintu lift terbuka, keduanya yang berdiri di satu tempat, dan di tengah-tengah mereka dipisahkan oleh jarak yang jelas.

Setelah lift terbuka, Ahmed keluar dari lift terlebih dahulu, dia bahkan tidak melihat Loran sedikit pun.

Seolah-olah keduanya hanya orang asing saja.

Loran berjalan keluar dari lift dengan tertegun, dengan kaku melangkahkan kakinya yang panjang, dan akhirnya jatuh terduduk dengan lemah di atas kursi.

Dia meremas tangannya, dan pembuluh darah berwarna hijau di punggung tangannya sudah menimbul.

Banyak sekali potongan-potongan yang terus muncul di dalam pikirannya seperti film saja, dan dia merasa otaknya sakit seperti sedang dihancurkan.

Dia dan Markal satu sama lain adalah cinta pertama, saat dia masih muda, dia sangat menjaga diri, mereka berpelukan, berciuman, tetapi mereka tidak pernah melakukan sampai tahap terakhir.

Kemudian, Keluarga Chen bangkrut, dia pun putus dengan Markal.

Pada saat itu, Rendi telah kembali ke keluarganya, tetapi Keluarga Sunarya malah tidak pernah mengungkit pernikahan dengan Keluarga Su.

Jadi, dia sedikit panik.

Dia bernegosiasi dengan Ibunya, berencana langsung hamil di luar nikah, dan dia masih seorang perawan, Keluarga Sunarya yang menekankan tradisi, jika dia dan Rendi telah mengalami hubungan, Keluarga Sunarya harus memberikan pertanggung jawaban.

Jika nasibnya lebih beruntung, karena hamil, Rendi mau tidak mau harus menikahinya.

Rencananya diperhitungkan dengan baik, tetapi tidak tahu kesalahan apa yang terjadi di dalamnya, dan akhirnya orang yang tidur bersamanya adalah Ahmed Sunarya.

Ahmed mungkin tidak menyangka jika dia juga pertama kali, dan sesudah itu berjanji untuk menikahinya.

Tapi dia bahkan tidak memandang Ahmed di matanya sama sekali.

Jika Ahmed dapat mewarisi kekayaan Bahron, dan mewarisi bisnis Keluarga Sunarya di masa depan, dia mungkin masih bisa mempertimbangkannya, tetapi dengan adanya Rendi, Ahmed tidak berharga sedikit pun.

Loran sangat menyesal, tetapi terus tidak mau menikah dengan Ahmed.

Dia berkata kepadanya: "Aku akan menganggap kejadian tadi malam itu digigit seekor anjing, juga tidak bercermin melihat perilaku diri sendiri, kamu punya keahlian apa menikahiku?"

Ahmed mungkin terpukul karena ini, dan tidak lama pun menikah dengan Keluarga Sae, menikahi Talia Sae.

Loran terus sengaja menghindari Ahmed, tapi terkadang, dia tidak bisa menghindarinya selayaknya yang dia inginkan.

Ahmed memberikannya sebuah kartu kamar, jika dia tidak pergi.

Kemudian, Ahmed tidak akan menyelesaikan masalah untuknya, tetapi akan secara langsung mengungkapkan kesalahannya.

Loran duduk kaku di kursi, dan merasa sedikit pusing.

Sampai ketika sepasang sepatu kulit hitam tiba-tiba muncul di depannya, tanpa sadar dia mengikuti kaki itu melihat ke arah atas, melihat Markal yang sedang melihatnya dengan mengekerutkan kening, Loran terkejut dan langsung sadar.

Loran yang pergi mengurus prosedur pemulangan, tetapi terus tidak kembali, Ibu Chen sangat cemas lalu meminta Markal untuk pergi mencari orang.

"Apa yang kamu lakukan duduk di sini?" Markal bertanya dengan acuh tak acuh.

Loran tanpa sadar langsung memegang erat kartu kamar di tangannya, dan menggelengkan kepala dengan panik, "Aku …."

"Apa prosedur pemulangan sudah selesai diurus?"

Markal memotong kata-katanya, seperti tidak membutuhkan penjelasannya.

"Be, belum." Kata Loran.

"Berikan padaku surat pemberitahuan keluar rumah sakit itu, aku pergi mengurusnya. Tampaknya kondisimu tidak terlalu baik, pulang dan istirahatlah."

Markal membuka telapak tangannya.

Kali ini, Loran malah dengan patuh menyerahkan surat pemberitahuan keluar rumah sakit itu kepadanya.

Markal mengambil surat pemberitahuan keluar rumah sakit, berbalik dan pergi.

… waktu yang berlalu begitu cepat, satu minggu kemudian, Altria keluar dari rumah sakit, dan kasus Samara yang melepaskan kuda untuk mencelakakan orang juga sudah diselesaikan.

Di ruang membaca Keluarga Sunarya.

Rudy berdiri di depan jendela, alis yang sedikit dikerutkan, mendengarkan laporan ajudan.

Ajudannya berdiri dua langkah darinya, setelah berbicara, dia pun langsung menutup mulutnya, dan ruangan itu pun menjadi sunyi senyap.

"Dihukum lima tahun?"

Setelah hening sejenak, Rudy baru berbicara.

"Ya, lima tahun tiga bulan. Nona Liu tidak mengajukan naik banding, sekarang, orangnya sudah dipindahkan ke penjara wanita." Jawab Ajudan Jiang.

Rudy sedikit terkejut terhadap Samara yang mengaku salah begitu saja.

Rudy tidak terlalu mengerti seperti apa Samara ini.

Tetapi ada beberapa orang yang tidak perlu mengerti terlalu banyak, dan mereka dapat langsung menilai temperamen seseorang hanya dari hal yang pernah dilakukannya.

Menurut penilaian Rudy, Samara sama sekali bukan orang yang berlapang dada dengan dirinya yang masuk penjara dan tidak melibatkan rekan-rekannya.

Rudy menduga, seharusnya Samara disuap atau diancam oleh seseorang.

Rudy selalu berpikir orang yang ada di belakang Samara adalah Loran, tetapi jika dilihat sekarang, Loran sama sekali tidak memiliki kemampuan yang begitu besar, di bawah matanya melakukan tindakan yang begitu besar malah tidak diketahui olehnya.

Tampaknya ada seseorang yang berdiri di belakang Loran, terhadap siapa orang ini, sedikit banyak Rudy juga bisa menebaknya.

Sepasang alis pedang yang indah mengerut dalam, lalu dia pun menghela nafas pelan.

Air di Keluarga Sunarya ini semakin lama semakin kacau.

"Rumah yang aku minta untuk didekorasi, sudah sampai tahap mana?" tanya Rudy lagi.

Sangat jelas dia tidak ingin melanjutkan pembicaraan tadi.

"Sudah selesai. Ini kuncinya."

Ajudan Jiang dengan hormat meletakkan seikat kunci di sebagian besar meja di depannya.

"Ya. kamu sudah bekerja keras, pulang dan istirahatlah." Kata Rudy.

Setelah Ajudan Jiang pergi, Rudy baru melangkahkan kakinya, berjalan ke samping meja, mengulurkan tangan dan mengambil kunci di atas meja itu, dan kemudian keluar.

Novel Terkait

Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu