Suami Misterius - Bab 684 Fitnahan Yang Tidak Masuk Akal

Jika bukan kaki dan tangan terikat, Clara sungguh ingin mengulurkan tangan mengorek telinga.

Dia curiga jika bukan telinganya yang bermasalah, maka otak Rahma yang bermasalah.

Rudy tidak mengakui Bobo, karena Bobo bukan putranya.

Walaupun dia mati beratus kali, juga tidak akan mengubah kenyataan ini.

Terlebih lagi, membunuh orang juga harus dihukum mati?

“Rahma, kamu tenang sedikit, membunuh orang juga akan dihukum mati.

Kamu pikirkan putramu, jika kamu sampai mati, dia tidak akan memiliki mama lagi.”

Kedua tangan Rahma erat-erat memegang kerah baju Clara, sedang bertenaga mendorongnya keluar pagar.

Villa seperti kastil ini, seharusnya adalah milik dia.

Tapi pada akhirnya, Clara yang menjadi nyonya di villa ini.

Kalau begitu, biarkan Clara meninggal di sini saja.

“Bobo tidak butuh mama yang tidak berguna seperti aku, jika menarikmu mati bersama, maka dia akan bisa menjadi putra tuan muda keempat Sutedja, menjadi tuan muda yang mulia.

Bobo-Ku, dia akan memahami niat baik mamanya.”

Clara: “……” Dia merasa Rahma benar-benar sudah gila, kenapa bisa memiliki pemikiran radikal seperti itu.

Bobo memiliki seorang mama pembunuh, takutnya seumur hidup tidak akan bisa mengangkat kepalanya.

Clara tidak ingin menghabiskan tenaga untuk berdebat dengan wanita gila.

Tubuhnya terbaring erat di pagar, berusaha keras agar dirinya tidak kehilangan keseimbangan dan terjatuh, kedua tangan juga terus berjuang, mencoba membuka ikatan tali.

Rahma sudah bosan hidup, tapi dia masih belum mau mati, juga tidak boleh mati.

Wilsonnya tidak boleh tidak memiliki mama.

Jika dia mati, Rudy mencari seorang wanita muda dan cantik lagi, melahirkan dua anak kecil lagi, maka Wilsonnya akan berubah menjadi ‘Cinderella’ versi laki-laki.

Clara memikirkan semua ini, merasa ini lebih mengerikan dibandingkan harus mati.

Raut wajah Rahma mengerikan sekali, seperti kehilangan kontrol diri menyeret Clara, ingin mencoba mendorong dia terjatuh dari atas pagar.

Meskipun kaki dan tangan Clara terikat, tapi bagaimanapun dia adalah pemegang sabuk hitam taekwondo, tubuh sangat gesit, begitu tubuhnya menyamping dan menghindar, dengan sigap bisa menghindari dorongan Rahma, sebaliknya Rahma karena terlalu bertenaga, keseimbangan tubuhnya juga tidak stabil, seluruh tubuhnya langsung terbalik keluar dari pagar.

Dan pada saat ini, kebetulan Clara sudah melepaskan ikatan tali di tangannya, spontan langsung mengulurkan tangan menangkapnya.

“Rahma!”

Namun, tangan Clara hanya menangkap sudut rok Rahma, pakaian musim panas sangat tipis, sama sekali tidak bisa menahan berat badan seseorang.

Setelah satu suara srekk, rok Rahma dirobek oleh Clara, dirinya langsung terjatuh ke bawah.

Atap villa setinggi empat lantai, begitu jatuh ada kemungkinan akan cacat atau mati.

Clara hanya bisa melihat Rahma terjatuh ke bawah, jatuh ke tenda kanopi lantai satu, kemudian, dari tenda kanopi langsung jatuh ke halaman, terbaring di bawah dan tidak bergerak sama sekali.

Clara baru saja ingin turun ke bawah untuk melihatnya, langsung melihat dua pria tergesa-gesa masuk ke dalam, satu adalah Gevin, dan satu lagi Arima.

“Rahma!”

Gevin melihat Rahma yang terjatuh di halaman hingga kepala penuh darah, penuh kemarahan berteriak, kemudian, berlari ke sana dengan cepat.

Gevin memeluk Rahma ke dalam pelukan, mata Rahma setengah tertutup, bibir bergerak-gerak, "Clara, Clara bunuh, bunuh aku......" Rahma sangat sulit mengatakan beberapa patah kata ini, kemudian, langsung tidak sadarkan diri.

Gevin mendongak, langsung melihat Clara yang berdiri di atap lantai atas, tangannya masih memegang potongan rok Rahma.

"Kakek, panggil ambulans!"

Gevin berkata sambil memeluk erat Rahma.

Arima setelah menelepon 120, lalu menelepon 110 lapor polisi, mengatakan terjadi kasus pembunuhan di villa Marina.

Kemudian, terdengar sirine ambulans 120 ke sini, dokter dan perawat mengangkat Rahma ke atas mobil ambulans, bergegas mengantarnya ke rumah sakit.

Clara sudah turun dari atas atap villa, dia melihat Rahma diangkat ke atas mobil ambulans, juga bersiap mau pergi, tapi malah dihentikan oleh Gevin.

"Sekarang kamu tidak boleh pergi."

Gevin berkata.

"Berdasarkan apa?"

Clara mendongak, bertanya dengan suara dingin.

"Berencana pergi begini saja setelah membunuh orang, Clara, kamu anggap hukum hanya pajangan?

Atau, kamu mengira suamimu Rudy sungguh bisa mengandalkan kekuatannya melakukan segala hal, memandang remeh nyawa orang?"

Gevin menjawab dengan dingin dan sinis.

Clara melihatnya sambil mengernyit, "Gevin, kapan kamu lihat aku membunuh orang?

Dia jatuh sendiri ke bawah."

"Aku sudah melihatnya."

Arima tiba-tiba buka suara, nada bicara tegas dan nafas yang teratur.

"Aku melihat dengan mata kepala sendiri kamu mendorong Rahma dari atas atap ke bawah, di tanganmu masih memegang kain pakaiannya."

Arima tidak termasuk berbohong, ketika dia tiba di sana, kebetulan melihat Rahma terjatuh dari atas atap, dan Clara merobek sepotong kain ujung roknya.

Dilihat dari sudut pandang Arima, memang sulit membedakan Clara mendorong orang, atau menolong orang.

"Sebelum Rahma tidak sadarkan diri, mengatakan sendiri bahwa kamu ingin membunuhnya, tidak mungkin Rahma berbohong untuk menfitnahmu bukan."

Gevin berkata dengan tegas dan serius, "Kamu jangan berharap bisa melarikan diri, juga tidak perlu menjelaskan pada kami.

Kakek sudah lapor polisi, tunggu polisi datang, kamu jelaskan pada polisi saja."

Clara menyipitkan mata melihat mereka, tiba-tiba sangat ingin mencibir.

Rahma sudah diantar ke rumah sakit, masih tidak tahu hidup atau mati.

Arima dan Gevin kakek cucu tidak pergi mengkhawatirkan hidup dan mati Rahma, tapi menghadang di sini tidak membiarkan dia pergi, bersikeras mengatakan dia adalah pembunuh.

Dia tidak menuntut Rahma dengan kasus penculikan dan percobaan pembunuhan, tapi malah diserang balik oleh Rahma dan Gevin, sungguh sialan fitnahan yang tidak masuk akal ini.

"Aku katakan sekali lagi, dia jatuh sendiri, tidak ada hubungan denganku.

Minggir, jika tidak jangan salahkan aku bersikap kasar lagi."

Clara mengerutkan alis cantiknya, berkata dengan nada tidak sabar.

Hanya Gevin dan seorang Arima yang lemah itu, bagaimana bisa menghalanginya.

Clara hanya tidak ingin berbuat kasar saja.

Hanya saja, Clara masih belum sempat pergi, dua mobil polisi sudah melaju ke halaman.

Beberapa polisi keluar dari dalam mobil, pertama menutup tempat kejadian, kemudian, mengajukan pertanyaan pada pelapor.

Gevin dan Arima bukan hanya pelapor, tetapi juga saksi, menurut pengakuan dua orang, Clara tersangka ini harus ikut polisi kembali ke kantor polisi untuk membuat pernyataan.

Tidak mungkin Clara menunggu ditangkap, hanya bisa mengikuti polisi masuk ke dalam mobil polisi.

Duduk di dalam mobil polisi sebagai tersangka, ini pertama kalinya Clara memiliki pengalaman seperti ini dalam hidupnya.

Dia duduk di belakang posisi tengah, dua polisi penuh waspada duduk di dua sisinya.

Sepertinya takut dia melarikan diri.

Clara memiringkan kepala melihat pemandangan di luar jendela yang terus bergerak mundur, terdengar suara sirene keras yang memekakkan telinga.

Dia menghela nafas, saat ini benar-benar merasa kesal sekali.

Jika Rahma mati begini saja, maka dia tidak akan bisa mengungkap semua ini hingga jelas.

Mobil polisi berhenti di depan kantor polisi, polisi di samping lebih dulu turun dari mobil, masih termasuk sopan menyuruh Clara jalan sendiri.

Wajah Clara ini, di kota A hampir semua orang mengetahuinya.

Istri Rudy, sebelum ditetapkan bersalah, memang tidak ada orang yang berani mempersulitnya.

Polisi membawanya masuk ke ruang interogasi, seorang polisi wanita datang dengan membawa buku catatan untuk membuat catatan pernyataan padanya.

Ini adalah proses penanganan kasus yang normal.

Novel Terkait

Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu