Suami Misterius - Bab 276 Tidak Semudah Itu

“Aku ke sini karena ditipu oleh Yunita, dia masih menaruh obat dalam makanan.” Clara berkata.

Rudy mengerti dan mengangguk kepala, “Nalan Qi mengatakan ada kejutan untukku, tidak menyangka ternyata kamu. Kelihatannya, penampilanmu saat jamuan malam Hari Nasional, sudah menarik perhatiannya.”

“Mereka begitu suka menjadi perantara hubungan, tidak menjadi mucikari sungguh sayang sekali.” Clara berkata dengan tidak senang. Sekalian melepaskan telapak tangan Rudy yang melingkar di pinggangnya.

Clara berbalik dan berjalan keluar dari kamar tidur, pergi ke ruang tamu, baru saja mau menyalakan lampu, pandangan mata ditarik oleh pemandangan indah yang ada di luar jendela Perancis.

Tadi dia hanya tahu berurusan dengan Yunita, sama sekali tidak menyadarinya, ternyata, jendela di kamar kebetulan menghadap ke sungai Lanjiang.

Pada waktu ini, bertepatan datangnya pemandangan kota malam, penuh suasana ramai dan senang. Sungai diterangi oleh lampu-lampu yang ada di tepi sungai, permukaan air dengan ombak bersinar yang mempesona, pemandangan sungguh indah sekali.

Clara tanpa sadar berjalan ke depan jendela Perancis, menikmati pemandangan sungai yang indah.

“Pemandangan cukup indah.” Rudy berjalan dari belakang ke sini, dan berdiri di sampingnya, meletakkan kedua tangan dengan santai di pagar depan jendela.

Tadi saat dia masuk sudah melihat pemandangan sungai di luar jendela, juga berhenti sebentar di depan jendela.

Kemudian, Rudy berjalan ke samping meja, melirik hidangan yang ada di atas meja, “Cukup beragam juga.”

“Sayang sekali sudah ditambah bahan lain, tidak bisa dimakan. Tapi, tidak tahu ditambah di mana, aku tebak kemungkinan besar ada di…….”

Rudy tidak menunggu Clara selesai bicara, mengambil decanter anggur, menuang setengah gelas anggur merah ke gelas kosong, setelah di goyang-goyang, diletakkan di ujung hidung dan menciumnya, anggur merah yang cukup bagus.

Kemudian, mencicipi seteguk.

Clara melihat dia meminum anggur, panik dan lanjut mengatakan, “Obat kemungkinan besar ada di dalam anggur!”

“Apa?” Rudy tidak menganggapnya serius dan mengangkat alis, di antara kedua alis terlihat sedikit mempermainkan, “Lihat apakah akan bereaksi atau tidak, maka bisa tahu sebenarnya obat ada di dalam anggur atau tidak.”

“Kamu tidak khawatir?” Clara mengerutkan kening.

Rudy meletakkan gelas anggur, tersenyum, “Palingan juga obat penambah gairah saja, jika kekerasan tanpa takut hukum, Nalan Qi sungguh tidak memiliki keberanian itu. Hanya bisa melakukan beberapa cara murahan.”

Karena dia sudah berkata begini, Clara juga tidak merasa khawatir lagi. Berbalik dan lanjut melihat keluar jendela.

Tepian sungai di luar jendela bersinar terang, perahu nelayan memasuki pelabuhan, hiruk-pikuk, malah memberi orang keheningan yang aneh.

Clara baru ingin mengekspresikan perasaan, tubuh Rudy yang tinggi tiba-tiba memeluk dari belakang, sepasang lengan kekar melingkari pinggangnya, dan semakin erat.

“Lepaskan, kamu membuatku kesulitan bernafas.” Clara tidak terlalu keras menepuk lengannya yang melingkari pinggangnya.

Rudy bukan hanya tidak bermaksud melonggarkan lengan, bibir dingin malah mengikuti lekuk lehernya terus bermain.

“Obat ini, cepat juga reaksinya.” Suaranya pelan, semakin berat dan serak.

“Ah?” Clara terkejut sekali, terkejut karena ciumannya yang tak terduga membuatnya terus mundur, punggung belakang langsung menabrak kaca jendela Perancis yang dingin.

Dia terus melangkah mundur, langkah Rudy terus mendesak, hingga menekan seluruh tubuhnya di jendela Perancis, mencium sampai melupakan diri, dan semakin cium semakin bergairah.

Di belakang adalah sungai yang penuh cahaya kembang api, mereka seperti terbingkai dalam lukisan.

Clara kesulitan bernafas karena ciumannya, memberontak secara paksa.

“Rudy, kamu, kamu tahan dulu, kita pulang dulu baru……”

Kata-kata Clara yang terputus-putus malah dihisapnya ke dalam mulut. Dia mencium bibir merahnya yang lembut, mencium tulang selangkanya yang cantik, kemudian, mendekat ke samping telinga dengan suara mesra bergumam: “Jarang sekali Nalan Qi bisa sesuai keinginanku, tidak sopan jika aku tidak menerimanya.”

Di bawah bayangan cahaya kedip-kedip, Clara mengangkat matanya, melototinya sambil berpura-pura marah.

Pria ini pasti sudah tahu ada masalah dengan anggur merah itu, masih sengaja meminumnya, hanya ingin menindasnya.

“Kamu meniduriku di sini, bukankah sama saja dengan masuk ke dalam perangkap Nalan Qi?”

Rudy melengkungkan sudut bibirnya, tersenyum menghina, “Dia ingin mengendalikanku tidak semudah itu.”

Rudy selesai bicara, langsung menggendong Clara, berjalan ke kamar tidur dengan langkah cepat……

……

Saat ini, dalam kamar suite terpisah, Nalan Qi sedang menemani Raymond dan lainnya bermain mahjong.

Dalam waktu dekat ini Raymond berpacaran dengan seorang gadis muda, seorang mahasiswi di sebuah universitas, katanya gadis tercantik di kampus, parasnya sangat cantik dan lincah.

Gadis kecil bukan hanya berparas cantik, pandai bermain mahjong juga, Raymond duduk berhadapan dengan pacar kecilnya, secara terbuka mulai merajut cinta.

“Tuan Raymond, pacar kecilmu ini lulusan mahjong ya.” Nalan Qi kalah banyak, berkata sambil bercanda.

Raymond tersenyum sambil mengangkat alis, dengan mesra melihat gadis yang duduk di hadapannya, “Tuan muda Nalan sedang bertanya padamu, jawab sendiri.”

“Aku orang Chengdu, anak kecil di tempat kami juga sudah bisa main mahjong.” Pipi gadis itu merah, sangat pemalu, suara juga lembut sekali, kata-kata lembut yang sangat standar.

Aldio juga kalah tidak sedikit, dan, merasa agak kesal karena kalah, kaki ramping yang sedang bersilang di bawah meja diulurkan keluar, tidak pelan juga tidak kuat menendang Raymond.

“Jangan keterlaluan ya, ingin menyenangkan pacar juga jangan menggunakan uang kami.” Aldio selesai bicara, menoleh ke arah Johan yang duduk di samping sambil bermain ponsel.

“Johan, Tuan Raymond kalian kebelet mau ke toilet, kamu gantikan dia main kartunya.”

Johan tidak memperhatikan apa yang mereka katakan tadi, tanpa merasa ragu langsung mengiyakan.

Raymond sambil tersenyum berdiri dari kursi, pada saat bersamaan mengambil ponsel yang ada di atas meja, “Kebetulan, aku mau keluar untuk merokok, lalu pergi melihat apa yang dilakukan Tuan Sutedja, kejutan yang diberikan oleh tuan muda Nalan, kami juga ikut berbagi bersama.”

Mendengarnya Nalan Qi terkejut, langsung berdiri dari kursi, mengedipkan mata pada Raymond, “Kejutan ini tidak boleh saling berbagi, jika Tuan Raymond menyukainya, aku akan siapkan yang lain untukmu?”

Raymond adalah orang yang cepat tanggap, segera mengerti maksud Nalan Qi.

Raymond hanya merasa sedikit tidak paham, orang yang diatur oleh Nalan Qi, Rudy bisa menidurinya?

“Baik, kalau begitu aku tidak ikut pergi meramaikannya.” Raymond berjalan ke sofa kecil yang ada di depan jendela dan duduk, menyilangkan kedua kaki, perlahan-lahan mulai menyalakan rokok.

Nalan Qi duduk lagi ke tempatnya, baru saja duduk, ponsel yang diletakkan di atas meja mulai berdengung dan bergetar.

Di layar muncul nomor telepon Yunita.

Nalan Qi sambil mengulurkan tangan memegang kartu, sambil menerima panggilan telepon.

“Nalan, kamu, kamu cepat kemari, aku menderita.….” Dalam suara serak Yunita juga terdapat erangan.

“Kenapa?” Nalan Qi tidak tahan mengerutkan kening, setelah mengucapkan kata maaf pada orang-orang yang ada di depan meja, membuka pintu dan berjalan keluar dari kamar.

Kamar Yunita berada depan kamar mereka, Nalan Qi langsung membuka pintu dan masuk.

Dia baru saja masuk ke kamar, Yunita langsung menerobos ke depan. Sambil tergesa-gesa menciumnya, sambil merobek pakaian yang ada di tubuhnya.

“Ada apa ini? Sebelah sana berhasil tidak?” Nalan Qi melepaskan dia dari tubuhnya, bertanya sambil kerutkan alis.

“Eng, berhasil, sudah berhasil!” Yunita berusaha memaksakan diri menjawabnya.

“Lalu kamu kenapa?” Nalan Qi menatapnya, kemudian langsung mengerti, Yunita sudah minum obatnya. Wanita bodoh ini, mau menjebak orang, kenapa diri sendiri juga terlibat.

“Aku takut Clara curiga, setelah anggur dan hidangan aku cicipi baru diberikan pada Clara. Dia baru mau makan.” Yunita berusaha menahan diri baru menyelesaikan kata-kata ini. Kemudian, tidak tahu tenaga dari mana, bahkan Nalan Qi juga dijatuhkan olehnya.

Yunita menjerat Nalan Qi sepanjang malam.

Pagi hari berikutnya, Nalan Qi keluar dari kamar, Rudy dan rombongannya dari awal sudah pergi.

Novel Terkait

My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu