Suami Misterius - Bab 34 Menghibur Dengan Sentuhan Lebih Baik Daripada Kata-Kata

Ketika pertama kali mulai berkarir, dia adalah manager Gusti. Pada saat itu, Gusti bukanlah sang maha bintang, mereka keduanya adalah orang baru, mereka berjuang bersama, Dapat dikatakan bahwa dialah yang membuat Gusti terkenal dengan kemampuannya, Popularitas Gusti jugalah yang membuatnya menjadi manager terkenal di industri film ini.

Namun, sedikit orang yang tahu bahwa dia dan Gusti pernah memiliki riwayat pernikahan yang singkat dan memiliki anak. Karena anak itu lahir setelah perceraian mereka, Gusti tidak mau mengakuinya, dan bahkan tunjangan buat dia juga terkesan asal-asalan.

Luna tidak ingin mempermalukan Gusti dan dirinya sendiri dengan membuat masalah besar, jadi dia terpaksa hanya bisa gigit jari dan menelan pahit-pahit masalah ini.

"Jangan khawatir, saudari Luna, Aku tidak bermaksud mengancammu, kalau aku ingin menggunakan jasa seseorang, tentu saja, aku perlu mengetahui detail orangnya terlebih dahulu."

"Tampaknya Nona Clara sangat bersikeras." Luna tersenyum dingin.

Clara mengangkat bahu, ujung-ujung jari lentiknya dengan lembut mengaduk kopinya dengan sendok porselen, tindakan anggun ini terlihat sangat santai.

"Bisa dikatakan kamu tidak mengenal aku dengan baik, Bagi aku, selama aku ingin melakukan sesuatu, aku pasti akan memberikan upayaku 100%. Jadi, tidak peduli apa tujuan akhir aku, aku akan berusaha keras untuk menjadi seorang artis yang baik dan bertanggung jawab. "

Luna mengerutkan kening agak lama, Dia sebenarnya tidak ingin menerima tawaran Clara, karena aka nada efek sampingnya, Begitu dia menjadi manager Clara, dia akan terlibat dalam pertempuran antara ibu tiri dan anak tiri, pada saat itu dia harus bersiap untuk menjaga diri sendiri agar tidak celaka.

Namun, kali ini Clara datang dengan persiapan yang lebih baik, tanpa ruang baginya untuk menolak. Luna telah berada di lingkaran hiburan selama bertahun-tahun, orang seperti apapun dia sudah pernah lihat, Clara bukanlah hanya seorang gadis kecil, dia sangat ambisius.

"Aku perlu waktu untuk memikirkannya." Luna akhirnya berkata.

Clara tersenyum dan mengangguk, tidak sombong dan terburu nafsu.

Clara meninggalkan kafe dan berkeliling sebentar di pusat perbelanjaan terdekat.

Dia ingin memilih beberapa pakaian bayi untuk Wilson. Si kecil tumbuh begitu cepat baru-baru ini, pakaian bayi yang dibelinya saat Wilson lahir sudah kekecilan sekarang.

Di lantai paling atas pusat perbelanjaan, ada banyak jenis pakaian untuk bayi. Clara memilih sampai pusing dan bingung, Jadi, ketika telepon berdering, dia memegang pakaian bayi di satu tangan, tangan satunya meraih ke dalam tas, mengambil telepon seluler, melihat ID penelepon, ternyata Rudy yang menelepon, dan kebetulan sekali Clara juga ingin mencari Rudy.

"Aku baru saja mau meneleponmu, Berapa ukuran baju yang dikenakan Wilson sekarang?"

"Clara." Suara serak Rudy terdengar dari sisi lain telepon, nadanya sangat dingin. "Wilson demam tinggi, Lebih dari 39 derajat, Kamu cepat datang sekarang."

Otak Clara langsung kosong saat itu juga, Kemudian, dia menjatuhkan pakaian yang dipegang dan berlari keluar dengan cepat.

Dia ngebut menuju apartemen di jalan Gatot Subroto.

Rudy dan Sus Rani sedang bersiap keluar dengan Wilson, Wilson dibungkus dengan selimut tebal, Wajahnya merah dan napasnya lemah.

"Ke rumah sakit?" Clara bertanya dengan tergesa-gesa.

"Ya." Rudy menanggapinya dengan tatapan serius.

Mobil Clara diparkir di depan gedung, Dalam perjalanan ke rumah sakit, tangannya gemetar tak terkendali memegang setir.

Sus Rani duduk di belakang dengan Wilson di lengannya, dan Rudy duduk di kursi samping pengemudi, tidak tahu kapan tangan hangatnya Rudy menutupi tangan dinginnya, sehingga dia tidak terlalu panik.

Mobil berhenti di depan rumah sakit ibu dan anak, dan mereka bertiga sambil menggendong seorang anak berjalan masuk lewat pintu depan rumah sakit.

Di depan loket pendaftaran penuh dengan orang-orang yang sedang mengantri, Clara hanya bisa mengerutkan kening.

"Langsung pergi ke bagian anak, aku kenal dokter di sini, kita tidak perlu mendaftar." Rudy mengajak mereka langsung menuju lift.

Clara mengangguk dan diam, dalam hatinya berpikir pengangguran ini tidak sia-sia, setidaknya berteman luas.

Bangsal anak berada di lantai tiga rumah sakit, Rudy membawa Wilson dan langsung ke kantor kepala bagian klinik anak rumah sakit, kepala bagian Kendel sendiri yang menerimanya.

Kendel seusia dengan Rudy, mengenakan mantel putih, memegang stetoskop, dan mendengarkan detak jantung dan paru-paru Wilson dengan hati-hati.

"Tidak ada suara di paru-paru, Demam tinggi seharusnya tidak disebabkan oleh pneumonia, kita lakukan tes darah untuk melihat apakah ada peradangan." Kendel meletakkan stetoskop di atas meja dan membuat catatan di komputer.

Clara mengambil alih daftar itu dan pergi membayar.

Rudy yang sedang menggendong Wilson dan hanya bisa menunggu di kantor.

Ketika Kendel menundukkan kepalanya untuk menulis catatan medis, dia bertanya dengan santai, "Istrimu?"

"Ibunya anak-anak." Rudy menjawab.

Sepintas, terdengar normal, tetapi pada kenyataannya, ada perbedaan mendasar, bedanya adalah antara ada akta nikah atau tidak.

Kendel juga pintar, secara alami, dia bisa mengerti. Dia menutup catatan medis yang sudah selesai dia tulis, dan dengan nada canda: "Kelihatannya masih sangat muda, kamu makan daun muda ya?"

Rudy menatapnya dengan dingin, tetapi tidak menjawab.

Kendel tersenyum dan berkata, "Cantik juga tuh? Kamu sangat beruntung."

Begitu Kendel selesai mengatakan itu, Clara sudah kembali, Dia terlihat hampir kehabisan napas, Ada keringat tipis di dahinya, Rupanya, dia lari dari lantai tiga ke bagian kasir lantai satu dan kembali lagi.

Untungnya, tempat untuk tes darah ada di lantai tiga, jadi anak tidak perlu begitu cape ke tempat yang lebih jauh.

Hasil tes darah hanya perlu sepuluh menit, sel darah putih terlalu tinggi, jelas ada peradangan.

"Suntik dulu, redakan demam, dan kemudian anti-inflamasi, seharusnya tidak menjadi masalah." Kendel menulis resep dan memberikannya kepada perawat.

Wilson diatur ke ruang infus VIP untuk observasi infus, Hanya ada satu tempat tidur di ruangan dengan ukuran sekitar sepuluh meter persegi, sangat bersih, dan tidak ada anak-anak lain, sehingga infeksi silang dapat dihindari.

Karena Wilson masih kecil dan pembuluh darahnya sulit ditemukan, jarum infus hanya bisa melalui kepala.

Wilson kecil terlihat lemah karena demam, tetapi ketika jarum masuk ke kulit kepalanya, terdengar suara erangan keluar dari tenggorokannya.

Ketika Wilson menangis, Clara ikut meneteskan air mata, Air matanya deras seperti air hujan yang jatuh, dia menangis lebih keras daripada Wilson, yang tidak tahu mungkin mengira jarum infusnya salah tempat.

Ini benar-benar ibaratnya sakit di badan anak, terasa sakit di hati ibu.

Kendel berdiri di samping dan melihat bahwa Clara menangis begitu keras dan deras seperti hujan. Dia tidak bisa menahan diri dan berkata kepada Rudy, "Ibunya anak menangis keras begitu, kamu tidak ada niat menghiburnya?"

Bibir Rudy mengerucut, dan matanya hanya menatap Wilson saja, seolah-olah dia tidak mendengar kata-kata Kendel.

Kendel merasa diabaikan, hanya tersenyum dan mengangkat bahu, menoleh ke Clara, dan berkata, "Dia suka berpura-pura cuek dan sok cool sejak kecil, tetapi biasanya menghibur dengan sentuhan lebih nyaman dibandingkan dengan kata-kata."

Pipi Clara masih tertutup air mata, tapi wajahnya merah karena malu. Dia sekarang memiliki keraguan, apakah dokter dan sekaligus kepala bagian klinik anak ini dapat diandalkan.

Rudy mendongak dan menatap Kendel dengan dingin saat ini, dan berkata. "Apakah kamu tidak ada kerjaan?"

Kendel menyentuh hidungnya dan berkata, "Baiklah, aku punya pasien lain, Aku akan kembali setelah infus Wilson habis."

Karena Wilson terlalu kecil, tetes infusnya tidak bisa disetel terlalu cepat, Infusnya digantung selama dua jam lebih. Ketika mereka datang dengan tergesa-gesa, mereka tidak membawa dot dan susu bubuk untuk Wilson. Sus Rani takut kalau Wilson nanti akan lapar, jadi dia mengambil kunci mobil Clara dan pulang untuk mengambilnya.

Hanya tersisa Rudy dan Clara yang menemani Wilson di ruang infus.

Novel Terkait

The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu