Suami Misterius - Bab 730 Hanya Bisa Menghindar Dan Menjauh

Akan tetapi saat Tamtam baru meminumnya sesaat kemudian ia langsung menyemburnya keluar.

Dan kebetulan mengenai seluruh badan Samara yang sedang berada di depannya.

“Siapa yang begitu bodoh memasukkan mangga ke dalam sampanye.”

Tamtam berkata dengan marah.

Saat kecil ia hampir kehilangan nyawanya karena salah memakan mangga.

Setelah itu dia sangat sensitif terhadap rasa mangga, walaupun hanya sedikit saja dia dapat mengetahuinya.

Dengan buru-buru Clara memberikannya segelas air hangat.

Dengan segera Tamtam berkumur, sedangkan Samara yang berada di depannya tiba-tiba berteriak “Arrgghh”. Suaranya terdengar sangat menusuk telinga seperti dapat merobek gendang telinga.

Saat ini tampangnya kelihatan begitu menyedihkan, wajah dan rambutnya basah di penuhi sampanye yang lengket dan terlihat menetes-netes dari ujung rambutnya.

Riasan wajahnya menjadi rusak, sehingga membuat tampangnya terlihat ganas dan marah.

Dan yang paling parahnya adalah sampanye tersebut baru saja dimuntahkan dari mulut Tamtam, memikirkannya saja membuat orang merasa jijik.

Apabila saat itu dia tidak berteriak, mumpung saat tidak ada orang yang menyadarinya ia dapat segera kembali ke ruang rias untuk memperbaiki riasannya dan tidak akan membuat dirinya malu. Akan tetapi semua orang memiliki sikap refleks. Setelah ia berteriak, sorotan mata semua orang yang berada di tempat acara baik staf pemain maupun orang-orang dari media massa semua tertuju ke arahnya.

Warna wajah Samara menjadi pucat dan tubuhnya menjadi gemetar.

“Kamu, kamu….” Dia menunjuk ke arah Tamtam dengan rasa marah hingga tidak dapat berkata-kata.

“Aku, ada apa denganku? Aku kan tidak sengaja.” Tamtam menjawab dengan berani.

Saat ini Clara tidak mempedulikan apa yang terjadi kepada Samara, dia sedang sibuk memikirkan siapa dalang di balik semua ini.

Dengan gugup ia menarik lengan Tamtam dan menggulung lengan bajunya, tampak sisi dalam pergelangan tangannya sudah memerah.

“Melanie, cepat bawa mobil kemari dan segera ke rumah sakit. “

Setelah selesai berbicara ia langsung menarik Tamtam berjalan dengan cepat ke arah luar.

Melanie menyetir dengan kecepatan tinggi dan melampaui kendaraan-kendaraan yang berada di depannya, bahkan dua kali melanggar lampu merah dan akhirnya sampai di sebuah rumah sakit tingkat tiga terdekat.

Dokter dengan segera menyuntikkan cairan anti alergi kepada Tamtam, akan tetapi karena dia mempunyai kondisi khusus terhadap alergi, demi keamanannya maka dokter meminta ia menjalani rawat inap untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Clara membantu Tamtam mengurus prosedur rawat inap dan ia di alihkan ke kamar pasien pribadi.

Setelah di infus, bercak-bercak merah di badan tuan muda besar Qin sudah banyak menghilang dan ia juga sudah kelihatan lebih baik.

Dia duduk di atas ranjang pasien sambil memainkan permainan di ponselnya juga memperlakukan Melanie dan Clara seperti pembantu.

Melanie diperintahkan untuk pergi membeli makanan.

Sedangkan Clara diminta untuk pergi membeli bunga karena ia tidak senang melihat pot bunga yang kosong di dalam kamar pasien tersebut.

Clara menjadi marah, ia sangat ingin menamparnya hingga babak belur, sudah menjadi pasien masih begitu menyebalkan.

Akan tetapi itu hanya dalam pemikirannya saja, bagaimanapun sekarang Tamtam adalah orang yang sedang sakit, orang sakit seperti seorang raja.

Clara membeli beberapa bunga bakung dari toko bunga di sekitar rumah sakit.

Kemudian membawanya ke kamar pasien.

Tuan muda Qin kelihatan tidak begitu puas saat melihat bunga yang di bawa oleh Clara.

“Imut, kamu membeli bunga yang berwarna putih, apakah ingin mengutukku agar cepat mati.”

“Kamu berpikir terlalu banyak. Aku akan membeli bunga krisan apabila mengharapkan kamu mati. Benar-benar deh, sudah masuk rumah sakit masih begitu suka bertengkar.”

Clara menjawabnya dengan tenang, ia menundukkan kepala dengan serius memasukkan bunga yang dibelinya ke dalam vas bunga kristal yang terletak di dekat ambang jendela.

Kemudian memutar badannya dan bertanya, “Apakah bagus?”

“Biasa saja.”

Tamtam Qin berkata sambil menyilangkan kakinya.

Itulah pemandangan yang dilihat oleh Markal Chen saat ia mengetuk pintu dan masuk ke kamar pasien.

Clara sedang berdiri di depan jendela dengan tangannya yang sedang memegang vas bunga yang berisikan bunga bakung yang harum.

Cahaya matahari yang hangat masuk melalui jendela yang berada di belakangnya menyinari bahu dan rambutnya membuat pemandangan tersebut begitu indah.

Terdapat senyuman tipis di wajahnya dan dua buah lesung pipi, sehingga saat ia tersenyum lebih indah dari bunga yang berada dalam tangannya tersebut.

Markal yang sedang berada di depan pintu tanpa sadar menghentikan langkah kakinya.

Pemandangan di depannya tersebut begitu indah seperti sebuah lukisan minyak.

Dengan kuat ia mengedipkan matanya baru dapat mengalihkan pandangannya dari Clara dan melihat ke arah Tamtam yang berada di ranjang pasien.

Melihat tampang Tamtam yang sedang menyilangkan kakinya dan terlihat baik-baik saja, sama sekali tidak seperti orang yang sedang sakit.

“Abang sepupu, mengapa kamu bisa kemari?”

Tamtam berkata dengan sedikit tersenyum segan, di depan Markal ia terlihat lebih menahan diri.

Markal berjalan ke samping ranjang, dengan sedikit mengernyitkan alisnya berkata, “Aku dengar kamu masuk rumah sakit karena alergi, kebetulan aku sedang berada di dekat sini jadi sekalian datang untuk menjenguk. Jelas-jelas tahu bahwa alergi terhadap mangga, kenapa masih memakannya, apa yang sedang kamu pikirkan?”

“Abang sepupu, apakah kamu sudah terbiasa melatih orang di ketentaraan. Bisa tidak mengetahui kondisi yang sebenarnya dulu baru menceramahiku.”

Tamtam memperlihatkan tampang tertindas dan menunjuk ke arah Clara, “Ini semua salah dia.”

Markal melihat ke arah yang ditunjuk oleh Tamtam yang mengarah kepada Clara, namun sorotan matanya tampak ragu.

Dia tidak tahu kenapa dirinya tidak berani menatap Clara, mungkin karena takut akan kehilangan kendali.

Tekad seseorang sebenarnya tidak sebaik yang dipikirkan.

Kalau begitu hanya bisa menghindar dan menjauh.

Dia mengakui bahwa dirinya tidak mempunyai keberanian untuk melakukan sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan.

Kelebihan terbesar orang sepertinya adalah mengerti untuk pasrah.

Ada beberapa hal apabila tidak akan menjadi milikmu apabila berusaha untuk merebutnya dan menyebabkan luka, lebih baik dengan damai berada di satu sisi untuk melindunginya secara diam-diam.

“Bang Markal, kamu tidak usah mendengarkan dia berbicara sembarangan, salahnya sendiri suka mencampuri urusan orang lain, dia pantas mendapatkannya.”

Clara meletakkan kembali vas bunga kristal tersebut ke ambang jendela, ia berjalan ke samping ranjang dengan sepatu hak tingginya, membuka laci di samping tempat tidur dan mengambil keluar botol obat untuk diberikan kepada Tamtam.

Tamtam memakan obatnya.

“Aku lihat kamu tidak berani meminum segelas anggur itu dan mengira di dalamnya terdapat obat perangsang, bukankah di lingkaran orang-orang seperti kalian sering memainkan trik ini. Kebetulan aku belum pernah merasakan, jadi ingin mencobanya. Siapa yang tahu malah dicampur dengan jus mangga. Imut, apakah kamu menyinggung seseorang? Membunuh orang tua orang lain atau merebut pasangan orang lain? Orang tersebut ingin membunuhmu lo.”

Clara mengangkat bahunya dengan tidak berdaya menghela napas dan berkata, “Begitulah, aku tidak membunuh orang maupun merebut pasangan orang lain, tetapi ada juga orang yang ingin membunuhku. Kalian orang ibu kota apakah memang sudah kejam sejak lahir?”

Tamtam: “……..” ia terdiam mendengar kata-kata Clara.

Dengan tangannya yang besar Markal memukul kepala bagian belakang Tamtam dengan sekuat tenaga.

“Masih bisa ngelantur, kelihatannya kamu sudah tidak apa-apa. Kalau begitu aku akan pergi.”

“Abang sepupu kamu pergi sibuk aja, jangan sampai mengganggu pekerjaanmu.”

Tamtam berkata sambil tersenyum, kemudian ia mendorong Clara, “Imut, ayo di antar.”

“Tidak usah.”

Markal melihat Clara sekilas, berkata dengan nada hangat.

Sebagai tentara dia sudah terbiasa bersikap tegas dalam melakukan sesuatu.

Karena tidak bisa bersama, buat apa terus menempel sehingga menimbulkan hubungan yang tidak jelas.

Apabila berinteraksi lebih banyak, maka perasaan akan semakin dalam, tidak ada untungnya bagi dia melakukan hal itu.

Novel Terkait

Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu