Suami Misterius - Bab 593 Tenang Yang Kamu Maksud Adalah Tidak Pulang

“Tempramen Hyesang, apa kamu tidak tahu hah! Jika keinginannya tidak tercapai dia tidak akan berhenti. Terlebih lagi, Keluarga Mirah juga bukan keluarga yang gampang diganggu.

Walaupun Ahyon tidak dibesarkan di keluarga Mirah tapi namanya selalu tercantum di kartu keluarga Keluarga Mirah. Rendi pelindung yang terkenal.

Terlebih lagi, Ramzez dan Ahyon adalah saudara kembar. Begitu Ramzez mengambil alih atas Keluarga Mirah maka kalian yang begitu kejamnya mengganggu dan menginjak-injak kakaknya seperti ini, mana mungkin dia akan diam saja?”

Dimas mengulurkan tangan dan menunjuk ke Demian. Kemudian, melihat Tary, dia menghela napas tak berdaya, “Kamu, lebih baik bersiap menyiapkan acara perayaan besar bahagia untuknya dan Ahyon. Untuk menghindari kedua keluarga tidak jadi menikah dan malah jadi musuh.”

Setelah Dimas naik ke atas, Tary dan Demian saling menatap.

Mata Tary memerah dan berkata kepada Demian dengan suara gemetar, “Demian, apa ada hal buruk yang terjadi pada adikmu?

Bagaimana kalau, lebih baik kita mencarinya lagi.”

“Aku akan pergi mencari lagi. Ibu, kamu tenang saja. Hyesang sudah sebesar itu, tidak akan ada apa-apa yang terjadi padanya.”

Kata Demian. Tangan Tary memegang dadanya dan wajahnya tampak sedikit pucat, “Hari ini aku benar-benar cemas, aku takut ada hal buruk yang menimpa Hyesang. Aduh, dasar anak yang suka buat orang tua khawatir ini. Seharusnya aku dulu tidak usah melahirkannya.”

“Ibu, jangan bicara begitu. Hyesang walaupun tempramennya jelek tapi dia masih tahu batasannya dalam melakukan apapun.”

Kata Demian mencoba menghibur. Kemudian, Demian mengirim sekelompok orang untuk menyelidiki dimana keberadaan Hyesang. Tapi tetap saja tidak medapatkan kabar apapun. Pria satu ini ya hebat juga bersembunyinya. Di Kota A, hanya ada beberapa tempat saja yang tidak bisa dimasuki sembarangan oleh Demian.

....Ketika menjawab telepon, Rudy sedang bersama Raymond minum bir clubhouse.

“Kakak kedua, Ada apa....Hyesang hilang?”

Dia pria yang sudah sebesar itu, mana mungkin ada apa-apa terjadi padanya. Kamu tenang saja. Aku akan segera menyuruh orang untuk mencarinya."

Setelah Rudy menutup telepon, dia mengangkat pandangan matanya dann menatap Hyesang sedang minum bir dan duduk di sofa di depannya.

“Kakakku?”

Tanyanya dengan nada bicara santai. “Em.”

Rudy mengangguk. “Hyesang, kamu ini benar-benar punya kemampuan kok. Kamu beraninya bersembunyi di tempat kita ini hanya karena takut ditemukan oleh kakakmu. Di seluruh kota A ini memang tidak ada tempat yang lebih aman dan tersembunyi dari tempat kami ini. Penyamaran yang bagus dan tak ada kurangnya.”

Kata Raymond sambil menggoyangkan gelas birnya dan tertawa. Dia tidak ingin bersembunyi dari mereka. Dia hanya ingin sendirian menenangkan diri saja.

“Kalian apa benar-benar mengira kakak kedua tidak tahu apa-apa?

Jika dia tiba-tiba meneleponku maka seharusnya dia sudah bisa menebak kalau kamu ada di sini.”

Rudy berjalan menghampiri Hyesang lalu mengulurkan tangan dan menepuk pundaknya, “Kamu beberapa hari ini tinggal di sini dulu saja. Jika sudah memikirkan semua dengan matang segera pulanglah. Jangan membuat paman kedua dan bibi kedua khawatir.

Aku masih ada urusan, aku pergi dulu ya.”

Selesai bicara, Rudy langsung berjalan keluar dari ruang khusus yang dijadikan club housenya.

“Pergi terburu-buru seperti itu, apa ada yang terjadi?”

Tanya Hyesang sambil menggoyangkan gelas birnya. Raymond tersenyum lalu mengangkat gelas birnya dan menyentuhkannya ke gelas bir Hyesang, dan menjawab, “Masalah besar, halaman belakang terbakar alias wanita marah.”

.......Clara sudah satu hari semalam tidak pulang ke rumah.

Awalnya, dia berniat begitu bangun paginya, dia langsung pulang tapi ternyata ketika tidur di malam hari dia lupa menutup jendelanya sehingga paginya, begitu dia bangun, dia sedikit demam dan akhirnya tidur lebih lama lagi di apartemen Luna.

Ketika bangun siang hari, kepalanya sedikit pusing.

“Sudah bangun?”

Luna memasakkan bubur dan menghidangkan satu mangkok bubur kepadanya. Clara duduk di samping meja sambil memakan buburnya dan juga mendengar Luna bicara.

“Satu kabar baik, satu lagi kabar buruk. Kamu mau dengar yang mana dulu?”

Tanya Luna.

“Terserah, pada akhirnya kedua kabar itu juga harus didengar semuanya.”

Clara berkata dengan tenang dan santai.

“Kabar baiknya adalah syuting iklan perhiasan dimajukan. Besok sudah mulai syuting. Malam ini kita harus berangkat. Aku sudah memesan tiket pesawat dan juga sudah memberitahu Melanie untuk membantumu mengemas barang.”

“Apa ini termasuk kabar baik?”

Clara menaikkan alisnya tak berdaya. “Lebih awal menyelesaikan syuting, tentu saja kabar baik.”

Kata Luna. Clara tanpa sadar memutar bola matanya dan bertanya lagi, “Kenapa syutingnya tiba-tiba dimajukan?”

“Demi mencocokkanjadwal dari aktor yang pria.”

Jawab Luna.

“Siapa yang punya nama sebesar ini?”

“Model terkenal internasional. Bagaimana, besar tidak namanya! Aku dengar kru periklanan merogoh uang dan relasi yang besar hanya untuk mengundangnya. Jadi tentu saja mereka akan berusaha sebisa mungkin untuk mencocokkan jadwalnya.”

Setelah Luna menjawab, dia berkata lagi, “Kabar buruknya adalah karena waktunya sangat pendek jadi tugasnya cukup berat. Kamu mungkin tidak akan punya waktu pulang ke rumah untuk membujuk dan memanjakan priamu itu.”

Clara, “.....” Dia baru minum setengah buburnya, lalu ponselnya tiba-tiba berdering.

Clara melihat layar ponsel dan melihat kalau Rudy yang menelponnya. Setelah telepon terhubung, terdengar suara pria yang berat dan dingin di balik telepon, “Clara, tenang yang kamu maksud adalah tidak pulang?”

“Bukan.”

Clara menjawab dengan tenang karena kemarin malam angin telah semalaman berhembus dan mengenainya jadi dia sedikit tidak enak badan.

Jadi, dia tidak punya tenaga untuk menjelaskan terlalu banyak kepada Rudy. Dia langsung memberitahunya, “Malam ini aku pergi naik pesawat ke eropa. Satu minggu kemudian baru pulang.”

“Sembunyi dariku?”

Suara Rudy jelas lebih dalam. Baru saja Clara mau menjelaskan kepada Rudy tiba-tiba teleponnya terputus.

Dia pun melihat ke ponselnya, layarnya gelap.

Ponselnya di saat seperti ini bisa-bisanya kehabisan baterai dan langsung mati! “Kakak Luna, aku pinjam chargernya dong.”

Kata Clara. "Di laci di bawah meja samping tempat tidur di kamar tidur."

Luna menjawab. Clara mengambil charger ponsel Luna dari laci di bawah meja samping tempat tidur. Dia baru sadar kalau chargernya dan ponselnya tidak cocok. Dia tidak bisa mengisi baterai ponselnya.

Clara menghela napas dan mengembalikan charger Luna ke dalam laci.

Kemudian, dia mengambil tas dan jaketnya yang ada di samping.

“Kak Luna, aku keluar dulu.”

“Pulang ke rumah untuk membujuk priamu?

Apa harus sampai segitunya, dia juga bukan anak umur tiga tahun kan.”

“Pria terkadang sama seperti anak kecil. Tidak segera dibujuk yang ada malah cari ribut.”

Clara tersenyum tak berdaya, “Kamu kirim saja nomer penerbangan ke ponselku. Nanti malam aku langsung pergi ke bandara.”

“Bukannya kamu sedang tidak enak badan. Begitu memaksakan diri apa tubuhmu tidak apa?”

Kata Luna penuh perhatian.

“Hanya flu kok. Tidak akan mempengaruhi syuting besok.”

Selesai bicara, Clara memakai sepatu hak tinggi berbalik dan langsung pergi.

Clara berjalan keluar dari apartemen dan baru menyadari kalau sedang mendung.

Langit mendung begitu suram seolah hujan kapanpun bisa turun. Dia pun membuka pintu mobil dan mobil Maserati merahnya melaju perlahan keluar dari kompleks apartemen. Ketika baru berkendara setengah jalan, tiba-tiba mulai turun hujan. Air hujan terus saja jatuh ke kaca jendela mobil. Hujan turun semakin deras dan hujan mulai mengamuk. Begitu melirik ke langit, tampak langit sangat gelap dan petir meraung—raung. Mobil Clara sedang melaju di jalan yang jarang penduduknya. Hujan sudah menenggelamkan ban mobil. Kemudian, mobil tiba-tiba kehabisan bahan bakar dan tidak bisa dinyalakan.

Satu tangan Clara menggenggam stir dan satu tangannya lagi menyentuh keningnya yang sedikit sakit.

Mungkin karena lupa memeriksa almanak hari ini. Benar-benar hari yang sangat sial.

Dan yang paling buruk di antara semua adalah ponselnya kehabisan baterai dan tidak bisa meminta bantuan siapa pun. Dia juga tidak bisa memanggil layanan mobil online.

Clara hanya bisa memegang payungnya turun dan memeriksa mobilnya.

Tapi hujan terlalu deras di luar. Walaupun sudah memakai payung, tetap dia basah kuyup.

Clara membuka kap depan mobil dan menatapnya cukup lama tapi tidak melihat ada yang salah dengan mobilnya.

Dia mengangkat kepala dan memandang ke arah depan. Samar-samar dia bisa melihat lampu dari gedung apartemen di distrik kecilnya. Satu-satunya hal yang harus disyukuri adalah tempat ini jaraknya hanya kurang dari dua kilometer dari apartemennya. Jadi dia pun memaksakan diri untuk pulang dengan jalan kaki.

Novel Terkait

Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu