Suami Misterius - Bab 1372 Pernikahan Diisi Dengan Cinta Dan Toleransi

“Tidak cantik?” Tanya Diva.

“Cantik.” Dia menyipitkan matanya dan tersenyum. Mengulurkan tangan dan memeluk Diva dengan lembut.

Segitu cantik hingga dia ingin menyembunyikannya.

Pernikahan megah dan tenang hampir menggemparkan separuh dari kota. Tetapi tidak ada satu pun orang dari Keluarga Maveris yang datang ke pesta pernikahan tersebut.

Guan mungkin ingin mempermalukan Diva, tetapi Diva jelas tidak peduli, apalagi Mahen.

Mahen menemani Diva berjalan melewati lengkungan bunga, berjalan melintasi karpet merah.

Diva mengenakan gaun pengantin, merangkul lengan Mahen, mendengarkan suara piano yang memainkan "Wedding March" dan tawa serta berkah dari keluarga dan teman.

Mahen memegang erat tangan Diva, berjalan maju selangkah demi selangkah, berharap jalan ini tidak akan pernah berakhir.

Usai pernikahan, saatnya pengantin menjamu para hadirin.

Perjamuan diadakan di aula perjamuan. Aula yang luas dipenuhi rautsan meja, sangat meriah.

Diva adalah bumil, tidak boleh terlalu lelah. Dia mengikuti Mahen untuk bersulang di beberapa meja tamu VIP, kemudian duduk di samping Ahyon untuk beristirahat.

Di meja tempat Ahyon duduk hanya ada anggota keluarga, orang-orang dari Keluarga Sunarya dan Keluarga Christian.

Ahyon tidak punya anak perempuan, jadi dia memperlakukan menantunya dengan sangat baik, bagaikan buah hati.

"Jangan makan terlalu banyak kepiting dan hidangan pedas, makan lebih banyak ikan dan udang. itu bagus untuk kamu dan anakmu. Aku minta orang masak bubur teripang untukmu, mereka akan menyajikannya nanti." Ucap Ahyon sambil membantu Diva mengambil lauk "Kamu sedang hamil, kamu harus berhati-hati dengan semua yang kamu konsumsi, baik makan ataupun barang yang dipakai. Kamu juga harus berhati-hati dalam segala hal. Aku mendengar Lena mengatakan bahwa kamu pergi ke rumah sakit lagi beberapa waktu lalu, untungnya itu bukan masalah besar.

Awalnya Diva sedang minum jus buah, dia hampir tersedak setelah mendengar perkataan Ahyon, riasan muka yang elok terlihat seperti udang yang baru saja dimasak, seketika berubah merah.

Diva tidak tahu apa yang dikatakan Lena kepada Ahyon, jadi dia merasa agak gelisah, gugup dan malu.

Dalam masa kritis tiga bulan pertama kehamilan, dia malah tidak bisa mengendalikan diri untuk tidak berhubungan intim dengan Mahen. Jika ibu mertua tahu hal ini, maka akan sangat memalukan. Agaknya dia tidak punya muka untuk bertemu orang lagi.

Melihat ekspresi Diva, Lena mungkin bisa menebak pikirannya. Dia tersenyum sambil mengulurkan tangan untuk menepuk punggung tangannya. "Dua hari yang lalu aku berkumpul dengan ibu mertuamu. Saat kami mengobrol, kami kebetulan membahas perihal tentang kalian. Aku kasih tahu dia bahwa kamu pergi ke rumah sakit karena flu. Dia sangat khawatir dan perhatian padamu. Dia bahkan menelepon Mahen untuk pulang, lalu mengomelinya."

Diva tercengang sejenak, menggeleng-gelengkan kepala. Mahen tidak mungkin memberitahunya tentang hal-hal seperti ini.

Setelah itu, pramusaji membawakan bubur seafood. Diva menunduk untuk makan bubur, tampak sedang memikirkan sesuatu. Tak jauh dari Diva, Mahen si mempelai pria masih sedang menjamu para tamu, sewaktu-waktu terdengar tawa dari mereka.

Entah apa yang dihebohkan sekelompok orang itu, terdengar Mahen berkata dengan suara lantang "Mau buat apa lagi, aku akan menemani kalian main. Jangan melibatkan istriku, istriku sedang hamil. Kalau istriku kelelahan, aku bakal menghabisi kalian!"

“Aduh, Tuan muda kedua Sutedja akan menjadi ayah, ini adalah hal yang membahagiakan. Ayo, bersulang dengan Tuan muda kedua Sutedja atas hal ini.” Salah satu dari mereka menyarankan semua orang di meja untuk bersulang dengan Mahen. Kemudian, orang-orang di meja tersebut pun bersulang dengan Mahen satu per satu. Satu gelas dari masing-masing orang tersebut cukup untuk merobohkan Mahen. Namun, Mahen tidak pernah menolak sekali pun.

Diva dapat melihat bahwa Mahen benar-benar sangat senang.

Mereka sudah menikah dan akan memiliki anak sendiri. Ini sungguh merupakan hal yang membahagiakan. Diva juga sangat senang.

Sebuah pernikahan berlangsung dengan ramai dan meriah dari pagi hingga sore. Kemudian para tamu pun pulang.

Setelah pernikahan, Keluarga Sutedja juga meninggalkan aula. Pernikahan ini sangat melelahkan. Mahen dan Diva pulang paling akhir.

Mereka berdua duduk di atas anak tangga yang dipenuhi dekorasi bunga. Diva menopang dagu dengan tangan, tersenyum lembut, memandangi tempat pernikahan yang telah kosong.

Meski orang sudah pulang semua, tapi tanah yang hijau, bunga yang segar dan lampu yang indah masih ada di depan pandangan Diva, memberikan kesan yang begitu cantik.

“Bukankah kamu bilang anak kita tidak suka aroma bunga? Kenapa kamu masih mau tinggal di sini dan tidak mau pulang?” Mahen meletakkan dagu di atas telapak tangan, menoleh untuk melihat Diva, senyum penuh dengan pemanjaan.

Diva tersenyum rendah, dia tahu Mahen membicarakan perihal lamaran pernikahan.

"Lamaran itu bertempat di dalam ruangan, aroma bunganya terlalu menyengat, anak kita tidak terlalu menyukainya. Kali ini bertempat di luar ruangan, udara berventilasi, aroma bunga tidak kuat dan pas. Aku sangat suka."

Diva menyipitkan mata sambil menatap Mahen, senyumnya masih ringan dan lembut, tapi tatapannya sangat cerah dan serius.

"Mahen, aku sangat suka, terima kasih."

“Terima kasih untuk apa?” Mahen mengangkat alis, senyum terlihat penuh godaan seperti biasanya.

"Terima kasih telah menjadi sandaranku, terima kasih telah menikahiku dan terima kasih telah menunjukkan bahwa masa depanku tidak sedingin dan sesuram yang kupikirkan."

Diva menatap mata Mahen, mengucapkan sekata demi sekata.

Dia barusan memikirkan banyak hal, memikirkan pertama kalinya dia bertemu dengan Mahen. Pria tampan, sombong dan sedikit keterlaluan ini tiba-tiba masuk ke dalam hidupnya. Ketika ibunya sakit kritis, pria ini meminjamkan bahunya. Itu adalah pertama kalinya seseorang memberi dirinya sandaran. Pria ini memberinya pernikahan dan janji, memberinya semua yang tidak pernah berani dipikirkannya.

Mahen tersenyum, merangkul bahu Diva, mencium keningnya "Bodoh, kamu adalah istriku, semua yang aku lakukan untukmu adalah kesediaanku sendiri. Kamu tidak perlu mengucapkan terima kasih."

Diva bersandar di pelukan Mahen, setiap tarikan napas dipenuhi bau alkohol dari tubuh Mahen.

“Tadi aku lihat orang-orang itu terus bersulang denganmu, apakah kamu merasa tidak nyaman?” Diva mengangkat kelopak untuk melihat Mahen, bertanya dengan cemas.

Mahen minum begitu banyak alkohol, tapi dia sama sekali tidak kelihatan mabuk. Benar-benar membingungkan, apakah kemampuan minum Tuan muda kedua Sutedja segitu bagus?

Mahen terkekeh sambil menjawab "Selain beberapa meja yang diikuti kamu, aku hanya minum air putih dan coca-cola di semua meja lainnya."

Air putih dijadikan Baijiu, coca-cola dijadikan sebagai anggur merah. Ini adalah trik umum.

Orang-orang yang menghadiri pernikahan hari ini bukanlah orang biasa, bagaimana mungkin mereka tidak tahu.

“Apa kamu tidak dipersulit?” Tanya Diva.

“Siapa yang berani mempersulit aku. Aku bersenang hati melayani mereka sudah cukup memberi muka pada mereka, siapa yang berani mengekspos trikku.” Mahen mendengus dingin, berkata dengan nada yang tegas dan arogan.

Diva menggelengkan kepala sambil tertawa. Mahen sungguh merupakan Tuan muda kedua Sutedja yang tidak takut pada apapun, yang tidak berani diprovokasi oleh siapapun.

Dulunya Diva sama sekali tidak berani membayangkan bahwa dia akan menikah dengan pria yang begitu kuat. Pria seperti ini tidak dapat dia kendalikan sama sekali.

Namun, mengapa dia harus mengendalikannya. Pernikahan harus diisi dengan cinta dan toleransi, pengertian dan kepercayaan. Dia mencintainya dan ingin bersamanya untuk selamanya.

“Lelah?” Tanya Mahen.

“Lumayan, bagaimana denganmu?” Diva menjawab sambil tersenyum.

"Capek, capek sekali. Kenapa ada begitu banyak hal yang harus dilakukan dalam pernikahan? Aku kira aku bisa menikahi istriku dengan hanya mengeluarkan uang." Keluh Mahen.

Diva tertawa, mengulurkan tangan untuk menggandeng tangan Mahen "Mahen, ayo kita pulang."

Novel Terkait

Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu