Suami Misterius - Bab 745 Bertanggung Jawab Sepenuhnya

Clara jatuh terhuyung karena dorongannya, bagian dahinya langsung luka berdarah karena terbentur dengan sudut meja.

Clara menahan luka di dahinya dengan tangan, kepalanya menjadi pusing karena benturan ini, pemandangan di depa mata juga menjadi gelap.

Suara Su Loran masih tetap membisingkan di sekeliling telinganya.

“Clara, aku tahu kamu tidak akur dengan kakak, tetapi dia sekarang sudah pingsan, apa yang mau kamu lakukan lagi ? Kamu ingin membunuhnya ya ?”

Su Loran membentak dengan kuat.

“Clara, sudah terluka ya ?”

nenek Sunarya melihat Clara yang sudah terluka dan buru-buru menghampirinya, lalu dia mendirikan tubuhnya dan sekaligus menasihatinya, “Kondisi kakak kelihatannya tidak terlalu baik, kita sementara ini jangan menyentuh dia lagi.”

nenek Sunarya tidak pernah bertemu dengan keadaan seperti ini, sehingga juga merasa lebih baik jangan menyentuh pasien.

Clara memejamkan matanya, kepalanya semakin pusing, namun dia tetap menahan dan membuka matanya, lalu menghampiri sisi nenek Xie dengan terhuyung-huyung.

Namun setelah itu, Su Loran malah menghalang di samping nenek Xie, dia melotot Clara dengan kedua matanya yang sudah terbuka lebar, bermaksud menghalangi Clara untuk terus mendekati nenek Xie.

“Clara, seandainya kamu melukai kakak lagi, aku tidak akan segan padamu !”

Kepala Clara sangat sakit, dalam hatinya berpikir : Mungkin saja, Su Loran memang tulus dalam melindungi nenek Xie.

Namun saat ini dia tidak ada waktu untuk menjelaskannya lagi, kondisi nenek Xie tidak boleh tertunda.

Sementara Clara juga tidak tega melihat orang yang masih hidup langsung meninggal begitu saja di hadapannya.

“Awas, jangan menghalang jalan.”

Clara melayangkan satu tamparannya, Su Loran juga jatuh ke samping karena tamparan tersebut.

Bagaimanapun Clara pernah terlatih, sehingga apabila bertarung dari segi tenaga, Su Loran yang hanya sebagai nona manja sama sekali bukan saingannya.

Su Loran jatuh terduduk di samping, dia hanya bisa menatap Clara yang sedang berjongkok di samping nenek Xie, kedua tangan Clara terlipat di atas dada nenek Xie, namun nenek Xie tetap saja dalam kondisi pingsan dan tidak ada jejak kesadaran.

“Clara, Clara, cepat hentikan tanganmu.

Kamu jangan bertindak sembarangan, seandainya kakak terjadi sesuatu, kita tidak sanggup menanggung risiko ini.”

Namun Clara tetap saja mengabaikan segala kata-katanya, dia hanya fokus untuk memberikan pertolongan pertama terhadap nenek Xie.

Setelah itu terdengar suara ambulans yang berasal dari halaman rumah.

Dokter dan suster melangkah cepat dan masuk ke dalam kamarnya, di tangan petugas sedang mengangkat sebuah usungan.

Dokter melakukan pemeriksaan sekilas terhadap kondisi nenek Xie, hasil pemeriksaan awal menyatakan gejalanya adalah serangan jantung mendadak, setelah itu langsung menyuruh susternya menyuntikkan obat serangan jantung, lalu menyuruh petugas mengangkat pasien ke dalam mobil ambulans.

Keadaan di dalam villa menjadi kacau dalam seketika, nenek Sunarya sedang bersiap-siap untuk ikut ke rumah sakit, namun tiba-tiba pembantu rumahnya menjerit lagi :”Nyonya muda, nyonya muda pingsan !”

“Clara kenapa ?”

nenek Sunarya bertanya, lalu sekaligus menyuruh pembantu rumahnya membawa Clara ke rumah sakit.

Mobil ambulans terus berkendara ke rumah sakit, nenek Xie didorong ke dalam ruang unit gawat darurat, sedangkan Clara dibawa ke dalam ruang pemeriksaan, setelah itu Clara berpindah ke dalam kamar pasien biasanya.

Dokter mengatakan bahwa Clara hanya sekedar gegar otak ringan, namun dikarenakan Clara masih belum sadar juga, sehingga nenek Sunarya merasa sangat cemas dan terus menjaga di sisinya.

Pada pagi di keesokan harinya, Clara baru sadar kembali.

Clara membuka kelopak matanya, pemandangan di depan mata adalah plafon yang berwarna putih.

Pemikiran Clara menjadi kosong total, dia mengedipkan bulu matanya yang lentik, lalu menatap plafon dan termenung, dia berusaha untuk mengingat kembali apa yang terjadi padanya.

“Clara, akhirnya sadar juga, nenek cemas sekali padamu.”

nenek Sunarya menggenggam erat pada tangan Clara, hampir saja melontarkan tangisan kesenangan.

“Nenek.”

Clara mengeluarkan suara yang masih serak, setelah itu dia menahan tubuhnya dan berdiri dari kasur, lalu memukul dahi sendiri dengan satu tangannya, akhirnya pemikirannya mulai jelas kembali.

“ kakak di mana ?

Bagaimana keadaannya ?”

Clara buru-buru bertanya.

“ kakak tidak masalah, sudah berhasil diselamatkan, sekarang sedang di dalam pengawasan unit perawatan intensif.

Dokter sudah bilang, untung saja kamu sudah melakukan pertolongan pertama padanya, makanya dia ada kesempatan untuk diselamatkan.”

nenek Sunarya menggenggam erat pada tangan Clara, matanya penuh dengan tatapan terima kasih,

Bagaimanapun nenek Xie merupakan saudara kandung satu-satunya nenek Sunarya.

“Yang penting kakak tidak apa-apa.”

Clara selesai berbicara, langsung membuka selimut dan turun dari kasur.

“Anak ini ya, kenapa masih turun dari kasur, jangan bergerak sembarangan lagi.

Kata doker kamu sudah gegar otak ringan, harus melakukan pengawasan di rumah sakit.”

nenek Sunarya berusaha menghalanginya.

Namun Clara hanya menggeleng kepala dengan reaksi datar, “Nenek, aku tidak apa-apa, aku tetap ingin pulang ke kota A.”

nenek Sunarya mengetahuinya, Clara kembali ke kota A dikarenakan Yanto Santoso yang telah meninggal dunia.

nenek Sunarya mengeluh nafas dengan tidak berdaya, dikarenakan nenek Xie yang masih dalam keadaan bahaya, sehingga dia juga tidak dapat meninggalkannya, saat ini Rudy masih bertugas di luar kota, sementara waktunya tidak dapat kembali ke sini.

Kenapa semua kejadian terjadi pada saat ini ? Kenapa semua kejadian terjadi secara bersamaan ?

nenek Sunarya melihat wajah Clara yang masih lemas dan pucat, dalam hatinya sangat tidak tega.

“Kamu istirahat dulu, meskipun kamu sekarang ke bandara, tetap saja tidak sempat mengejar jadwal pesawat.

Ardian sudah pesan tiket sore ini, dia akan temani kamu pulang ke kota A.”

“Nenek, tidak perlu merepotkan ibu lagi, aku sendiri bisa…” Clara masih belum menyelesaikan kata-katanya, sudah terlanjur dipotong oleh nenek Sunarya.

“Anak ini ya, kamu sekarang sedang sakit, kami mana mungkin bisa tenang kalau membiarkan kamu pulang sendirian ke kota A.

Ayo turuti saja, jangan membuat kami mengkhawatirkan kamu.”

nenek Sunarya menarik tangannya, lalu menepuk ringan pada punggung telapak tangannya.

“Terima kasih nenek, maaf juga merepotkan ibu.”

“Jangan berkata sungkan lagi.”

nenek Sunarya tersenyum sekilas, lalu bertanya lagi :”Sudah lapar ? Aku suruh orang mengantarkan makanan.”

nenek Sunarya baru saja ingin menekan bel di atas kasur, langsung terdengar suara ketukan pintu yang berasal dari luar pintu.

nenek Sunarya beranjak membuka pintu, saat ini Su Loran sedang berdiri di luar pintu, tangannya sedang menjinjing kantung plastik yang berisi berbagai makanan.

“Nenek, Clara sudah sadar ?”

Su Loran bertanya dengan perhatian.

“Baru saja sadar.

Kelihatannya tidak bermasalah lagi.”

nenek Sunarya menjawabnya.

“Baguslah kalau begitu.”

Su Loran tersenyum lega, lalu mengangkat kantung yang berada di tangannya, “Clara pasti belum makan, aku membeli beberapa jenis sarapan, tidak tahu juga apakah sesuai seleranya.”

nenek Sunarya melirik makanan di tangannya, lalu tersenyum dan berkata, “Kamu paling teliti, tahu juga untuk membeli berbagai jenis sarapan, pasti akan ada yang sesuai dengan selera Clara, ayo masuk.”

Su Loran masuk ke dalam kamar pasien bersama nenek Sunarya, lalu menghampiri sisi Clara dengan langkah elegan, wajahnya penuh dengan ekspresi bersalah.

“Clara, bagus sekali kalau kamu tidak apa-apa, kalau tidak, aku akan menyesal sampai mati.”

Su Loran menarik tangan Clara, matanya sudah mulai basah.

“Clara, maaf sekali, saat itu aku benar-benar sangat panik, aku terlalu perhatian dengan kakak, aku tidak tahu kamu sedang melakukan pertolongan padanya, makanya bisa mendorongmu.

Aku tidak kepikiran akan melukaimu.

Clara, maaf, kamu mau memaafkan aku ?”

Clara tersenyum dan menarik sudut bibirnya, lalu melepaskan tangan Su Loran dengan gerakan wajar.

“Aku juga tidak kepikiran ternyata tenaga kak Loran akan begitu besar, aku sekarang masih merasa pusing karena benturan itu.

Seandainya ada efek lanjutan, kak Loran harus bertanggung jawab ya.”

Clara mengulur tangannya dan menahan pada bagian dahi, lalu mengatakan kalimat yang mengandung kesan bercanda dan kesan menyalahkan.

Novel Terkait

Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu