Suami Misterius - Bab 243 Rudy Sutedja Bisa Diandalkan ?

“Ada apa lagi” Rudy memadamkan sisa rokok ke dalam asbak kristal, bertanya dengan nada yang sedikit serak.

“Ada kabar baik.” Raymond menghampiri ke hadapannya, “Aku barusan terima kabar, wanitamu ini sedang minum kopi dengan managernya di Jalan Sarinah, bukannya kamu sedang tidak ada urusan penting, pergi sama-sama saja”

“Dia yang minum kopi, buat apa aku juga ikut ke sana.” Rudy menjawab dengan nada datar.

“Kamu juga pergi minum kopi lah.” Raymond menjawab dengan reaksi yang sangat wajar.

“Tidak ada waktu. Aku ada janji.” Rudy selesai berbicara, mengulurkan tangan untuk membuka sebuah dokumen.

Raymond tidak bisa menahan sikapnya yang berpura-pura, masih ingin bersama wanita itu, tetapi tidak mau merendahkan diri.

“Janji itu suruh saja Aldio yang pergi. Sekarang urusan yang paling penting adalah bertemu dengan wanitamu. Bukan aku mau ikut campur, tetapi masalah ini memang kamu yang salah, meskipun kamu tidak membohongi Clara, tetapi setidaknya kamu juga tidak berkata jujur. Kamu seorang lelaki, tidak mati juga kalau membujuk wanita. Kamu membuat dia senang dengan bujukan, dia baru bisa membuat kamu senang di atas ranjang.”

Raymond langsung merebut dokumen di hadapan Rudy, pada saat yang sama dia juga melempar jaket di sampingnya ke tubuh Rudy.

“Kamu begitu perhatian, ingin kompensasi kesalahan kamu ya” Rudy pelan-pelan memakai jaketnya, lalu berdiri.

Raymond tersenyum palsu, dalam hatinya berpikir, niatnya ketahuan juga.

Pada sebuah kafe di Jalan Sarinah.

Luna dan Clara sedang duduk di ruangan lantai dua.

Tiga sisi di dalam ruangan ini dibatasi oleh dinding, satu sisinya lagi adalah jendela besar, penerangan dan pemandangan tergolong sangat bagus.

Luna memesan segelas kopi hitam, Clara memesan segelas cappuccino, dan juga dessert.

Kopi dihidangkan dengan cepat, Luna sambil minum kopi, sambil menunjuk ponselnya, isi layar di ponselnya adalah berita Clara yang terbaru.

“Coba bilang, apa yang terjadi ?” Luna bertanya dengan ekspresi merajuk.

Satu tangannya Clara sedang menahan pipinya, menampakkan ekspresi anak gadis yang kasihan. “Aku tertipu. Suasana hatiku sangat tidak baik, makanya minum di bar.”

“Ditipu berapa uangnya ?” Luna bertanya dengan panik.

Clara menggeleng-geleng kepalanya, “Ditipu lelaki.”

“Ditipu harta atau ditipu perasaan, seharusnya tidak mungkin, tampangmu begitu licik, aku sudah harus bersyukur kalau kamu tidak menipu orang lain, siapa berani menipu kamu, malas hidup lagi ya.”

Clara “......”

Clara sangat mencurigai kalau Luna hanya sekedar mata-mata di sisinya.

“Aku ditipu sama Rudy.” Clara berkata dengan nada mengeluh.

“Kenapa nama Rudy begitu tidak asing.” Luna mengerutkan alis sambil berpikir, dia yakin kalau dirinya pernah mendengar nama ini, tetapi tidak kepikiran dalam seketika.

Setelah itu, Clara mengingatkannya. “Tuan keempat di Sutedja Group.”

“Oh, benar.” Luna mengetuk kepalanya sendiri dengan reaksi baru kepikiran, setelah itu, mengangkat gelas kopi di depan dan meminumnya. Namun kopinya masih belum sempat ditelan, dia langsung sadar kembali dan hampir memuncrat kopi yang berada di dalam mulutnya.

“Tuan keempat Sutedja Group ? ”

“Kalau tidak, tuan Sutedja yang mana lagi” Clara melotot dengan reaksi kesal.

“Dia menipu kamu ?” Luna bertanya dengan tampang tidak percaya. “Dia mau menipu apanya ?”

Tidak mungkin kalau menipu uang. Uangnya Rudy sudah begitu banyak. Luna menilai Clara dari ujung ke ujung, penampilannya memang lumayan bagus, namun juga tidak sampai sangat cantik. Asalkan Rudy menginginkan, akan ada banyak wanita yang mau naik ke atas ranjangnya, tidak perlu menipu anak kecil seperti dia.

“Sebenarnya apa yang terjadi ?” Luna mengambil tissue sambil lap mulutnya, ekspresinya mulai serius.

“Kami sudah pacaran dalam beberapa waktu ini, awalnya mengira kalau dia hanya orang biasa, wajahnya tampan, tubuhnya bagus, ganteng saat berkelahi, dan orangnya juga bagus, seandainya aku sudah bosan berkeliaran di dunia hiburan, aku akan menikah dengannya. Siapa tahu identitasnya langsung berubah menjadi CEO Sutedja.” Clara saring terlebih dahulu isi pembicaraannya, dia sama sekali tidak mengungkit masalah Wilson, takutnya Luna akan lebih kaget lagi.

Luna selesai mendengarkannya, mengangguk kepalanya, “Iya, orang kaya memang suka mempermainkan orang. Merahasiakan identitas diri, untuk membuktikan pesona kepribadiannya.”

Clara menundukan kepalanya, menusuk cake dengan garpu ditangannya, tidak berbicara apapun.

Luna melihat reaksinya, sepertinya suasana hatinya memang tidak baik. Wanita mana saja akan merasa tidak senang kalau dipermainkan oleh lelaki.

Luna mengeluh nafas lagi, dan bertanya, “Jadi kamu bermaksud minum bir kegalauan, sambil emosi sendiri ?”

“Aku mana berani emosi dengan CEO Sutedja, aku harus berusaha menyeret dia, kalau berhasil mendapatkannya bagaikan sudah berhasil mendapatkan gunung emas. Aku sekarang hanya pura-pura emosi, bagaimana membuat dia setia padaku kalau aku tidak menggunakan sedikit trik. Lelaki kaya bukannya paling suka permainan seperti ini, harus membuat dia merasakan, yang kamu cintai adalah orangnya, bukan uangnya.

Lagi pula aku seorang artis yang sering berakting, dia suka wanita seperti apa, aku akting saja sesuai keinginan dia.”

Pada saat ini, di luar ruangan mereka, Raymond yang baru saja mau membuka pintu, langsung mendengar kalimat yang dilontarkan Clara.

Dinding kafe seperti ini hanya memisahkan batasan ruangan, sama sekali tidak ada fungsi kedap suara, semua kata-kata Luna dan Clara, masuk ke dalam telinga mereka secara jelas.

Raymond dengan refleks menoleh ke arah Rudy, namun hanya mendengar dia menjawab dengan nada datar, “Pulang saja,” Setelah itu, dia berbalik badan dan langsung pergi.

“Sialan, hancur lagi niat baikku.” Raymond dengan ekspresi kasihan, melangkah dengan cepat untuk mengejar ke arah Rudy.

Sedangkan di dalam ruangan, Luna dan Clara sama sekali tidak menyadari kalau ada orang yang pernah berhenti di depan pintunya.

Luna melirik sekilas ke arah Clara, “Sudahlah, jangan berkata emosi lagi.”

Luna sudah lama mengenal Clara, mana mungkin tidak mengenal sifatnya. Kepribadiannya bukan orang yang mata duitan.

“Mengucapkan begitu banyak kata-kata yang menentang hati, setidaknya emosi sudah bisa mereda ya ?”

Clara hanya mengacuh dengan kekanakan, sambil menggigit mousse cake dengan kuat.

Luna tetap memegang sendok peraknya sambil mengaduk kopi hitam, dan bertanya lagi, “Kamu sama Rudy, sudah pacaran berapa lama ?”

“Sudah hampir dua tahun.” Clara menjawabnya.

“Dua tahun ini kamu hebat mengelabui juga.” Luna lumayan kaget.

“Dia yang pintar mengelabui.” Clara melotot dengan bola matanya yang bulat, dan juga emosi yang meledak-ledak.

“Pantas.” Luna dengan ekspresi telah menyadari sesuatu, “Pantasan nasibmu sebaik itu, rupanya ada pendukung besar yang membuka jalanmu. Sepertinya aku tidak perlu khawatir masa depanmu lagi, ada Rudy yang melindungi kamu, susah juga kalau kamu tidak mau jadi populer, seperti....”

Rosa Meldi, Luna hampir melontarkan nama ini. Untung saja, dia bukan orang yang ceplas-ceplos, sehingga bisa menelan langsung sisa kalimatnya.

Tidak peduli apakah Rosa Meldi memang berhubungan dengan Rudy, mengungkit nama ini pada masa-masa sekarang, pasti akan menambah api amarahnya.

“Aku tidak butuh dia yang melindungiku, aku sama sekali tidak berpikir mau mengandalkan lelaki.” Kata-kata Clara saat ini memang nyata.

Luna selesai mendengarnya, mengangguk kepala, lalu menggeleng kepala lagi. “Wanita memang tidak salah kalau mandiri, tetapi wanita yang sekuat apapun, juga ada saatnya lemah, juga ingin mencari bahu yang bisa di sandar. Seandainya ada bahu yang kuat, tetapi kamu malah tidak sandar, wanita lainnya juga tidak akan merasa sungkan untuk menyandarnya.”

Kata-kata Luna pada saat ini memang setulus hati, dia sendiri yang bertanggung jawab untuk semua pengeluaran keluarganya, meskipun lelah tetapi dia tidak pernah mengeluh, meskipun tersakiti juga hanya bisa menangis sendirian. Tidak ada yang lebih mengerti kesedihan seperti ini lagi.

“Rudy bisa diandalkan ?” Clara mengeluh dengan nada ringan, seperti sedang berbisik sendiri.

Novel Terkait

Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu