Suami Misterius - Bab 71 Bukan Orang Baik

---ada revisi nama 18/4/2020 dari bab 1---

Menghadapi anggota keluarga Santoso, Clara otomatis ada rasa benci. Mengenai Heru, dia jarang berhubungan dengannya, tidak dapat dikatakan akrab. Kesan satu-satunya yaitu, lelaki ini sangat licik, dan juga memiliki kemampuan.

Dia sebagai orang yang tidak berlatar belakang, apabila tidak ada kemampuan maka akan sangat sulit berkembang di Tianxing media.

“Masuklah, suhu sudah menurun, diluar dingin.” Terdengar suara dengan nada yang rendah diatas kepalanya.

Clara mengangguk, menginjak tangga bersamanya.

Mereka berdua berdiri di dalam gerbang depan villa, Heru menunduk dan melipat payungnya.

Clara membungkuk badannya terhadap orang di depannya dengan sopan, sebagai tanda terima kasih padanya yang telah melindungi dirinya dari hujan.

Salah satu tangan besar Heru memegang payung, menatapnya dengan tatapan tidak yakin. Dengan segeranya, dia mengeluarkan sebuah kotak hiasan berwarna hitam dari saku baju dan memberikan padanya.

“Dengarnya hari ini ulang tahunmu, datangnya mendadak, tidak ada persiapan, ini kamu terimalah.”

Clara membuka kotak hiasannya, ada sebuah kalung berlian di dalamnya, melihat ukuran dan warna berlian ini, lebih kurang seharga dua puluh ribu. Dengan harga diri Heru saat ini, kado ini tidak tergolong sangat mahal. Dengan status orang tua yang memberikan kepada saudaranya yang lebih muda, menggunakan kalung berlian sebagai hadiah juga tergolong normal dan masuk akal.

Clara sama sekali tidak ada kesempatan untuk menolak.

“Terima kasih paman.” Dia mengucapkannya dengan nada tenang.

Heru mengangguk, tetap saja tidak menampakkan emosionalnya.

Hanya kesenyapan yang tersisa diantara mereka. Tidak terlalu akrab, dan juga berdiri di posisi yang berlawanan, nyatanya mereka tidak ada topik pembicaraan.

Clara sedang memikirkan bagaimana mengakhiri suasana canggung seperti ini, Heru telah membuka mulut lagi.

“Nalan Qi, kami dekat dengannya ?”

Nada dan ekspresi wajah Heru sangat santai, Clara sementara waktunya tidak dapat menangkap tujuan dari pertanyaannya. Sehingga, hanya dapat menjawab dengan jujur, “Hanya pernah bertemu beberapa kali, tidak bisa dibilang dekat juga.”

“Baguslah.” Heru seolah-olah membuang nafas lega, “Nalan Qi bukan orang baik, orang seperti dia, lebih baik menjauh.”

Heru pernah berhubungan beberapa kali dengan Nalan Qi, kesannya sangat buruk. Namun dia dilahirkan dari keluarga Nalan, mengenakan lapisan luar sebagai orang kaya, mencerminkan pepatah bahwa semuanya yang berkilau belum tentu emas.

Mengenai peringatan dari Heru, Clara mengerutkan alisnya, sedikit bingung. Dia tentu saja mengetahui bagaimana karakter Nalan Qi, namun menghadapi Heru, dia sementara waktu ini masih tidak bisa mengetahui niatnya.

Seandainya dia hanya berbaik hati untuk memperingati, tentu saja adalah niat baik yang nyata. Namun seandainya dia hanya ingin dirinya dapat menjauh dari Nalan Qi, membantu Yunita Mura membersihkan hambatannya, berarti hanya kebaikan yang palsu.

“Terima kasih pemberitahuan paman. Apakah paman juga mengatakan kata-kata barusan kepada kakak ? Hubungan dia dan Tuan Nalan tidak biasa.” Nada bicara Clara terkesan dingin, dengan sengajanya dia menekan kata-kata ‘tidak biasa’.

Setelah selesai bicara, dia juga tidak menunggu bagaimana reaksi Heru, menginjak sepatu hak tinggi, melangkah masuk ke dalam villa dengan cepat.

Namun Heru masih berdiri ditempat, berkeluh diam.

Mengenai masalah Yunita Mura dan Nalan Qi yang sedang pacaran, dia lebih kurang mengetahuinya. Namun, Yunita Mura adalah orang yang keras kepala, dia tidak dapat ikut campur, dan juga malas mengurusnya.

Heru hanya tidak ingin Clara juga ikut terlibat ke dalam masalah yang kacau ini. Dia dalam hatinya, selalu bagaikan sinaran cahaya bulan yang tidak bisa ternodai debu.

“Masih tidak masuk ? Kamu sudah berdiri disini sejak pagi, sudah tunggu dua jam lebih kan. Sekarang orangnya sudah masuk, buat apa kamu masih berdiri disini dan pura-pura setia.”

Ada sebuah bayangan indah di depan pintu villa, wanita yang umurnya belum mencapai tiga puluh, bergaya dan cantik, hanya saja pembicaraannya membawa sindiran.

Heru menatapnya dengan tatapan dingin, membawa unsur meremehkan dalam tatapannya. Mengangkat kaki, melangkah, maju beberapa langkah dan berpapasan bahu dengannya.

Begitu mengabaikannya, membuat wanita itu emosi karena malu.

“Heru, aku tahu kamu tidak menyukaiku. Tetapi sayang sekali, orang yang kamu ingat di hati, takutnya kamu selamanya tidak bisa mendapatkannya. Apa gunanya telah memberinya Kalung yang sengaja kamu pesan, aku rasa dia tidak akan memakainya.”

Dengan kebetulannya dia bertemu dengan Clara pada saat keluar, melihat kotak hiasan yang berada ditangan Clara.

Dia pernah melihat kotak hiasan itu, selalu terletak dibawah laci meja kerja Heru, dia bahkan mengira itu adalah hadiah untuk dirinya, sampai dia mengintip rahasianya, baru sadar ternyata dirinya yang terlalu percaya diri.

Heru menghentikan langkahannya, menoleh padanya, “Cindi, kalau kamu tidak begitu ganas, bisa jadi, kita juga tidak akan berjalan sampai kondisi yang saling membenci.”

Menghadapi Cindi yang sebagai istrinya, selain tidak mencintainya, dia tidak ada keluhan apapun pada awalnya. Namun setelah tiga tahun menjalani pernikahan, pelan-pelan dia menyadari, Cindi hanyalah mata-mata yang diatur oleh Rina di sisinya, agar lebih mudah mengendali dan memanfaatkannya. Keluarga Muray telah berbudi dalam mengangkat dan membantunya, namun tidak berarti dia dapat mengikhlaskan diri sebagai catur dibawah tangan Rina dan anak perempuannya.

Cindi tidak peduli dan tersenyum sinis, “Biarpun kamu terus menghinaku, aku juga istrimu yang sah. Kamu selamanya tidak akan bisa terlepas dariku. Seberapa perhatiannya kamu dengan Clara, dia tetap keponakanmu juga, meskipun tidak ada hubungan darah, kalian tetap inses.”

Heru mengerutkan bibir, menatapnya dengan dingin. Tidak berbicara.

Sepertinya Cindi juga terbiasa dengan tatapan dinginnya, sama sekali tidak peduli. Malahan semakin ganas, bahkan mengancamnya :”Kamu susah payah meredakan rumor Clara dan Nalan Qi, masalah ini kakak sepupu dan Yunita masih belum tahu kan ?”

“Kamu mau berbuat apa ?” Raut wajah Heru tiba – tiba menjadi suram.

“Sementara tidak mau berbuat apa-apa. Hanya mengingatkanmu saja. Bagusnya kamu bersikap baik padaku, kalau tidak, aku tidak keberatan memberitahukan kakak sepupu dan Yunita tentang niat kotormu terhadap Clara.” Dengan tumbennya Cindi dapat memegang kelemahan Heru, setelah selesai berbicara, dia meninggalkannya dengan gaya sombong.

Heru tetap berdiri di tangga, sebagian tubuhnya telah basah karena tetesan air hujan, telapak tangan yang tersembunyi di dalam lengan bajunya, pelan-pelan mengepal.

......

Disisi lain, Clara yang masih belum menginjak ke dalam ruang tamu, telah terdengar suara manja Elaine Muray yang berasal dari dalamnya.

“Abang Marco, kamu sudah janji akan temani aku belanja di Hong Kong akhir pekan ini, kenapa kamu tidak menetapi janji.”

Elaine Muray adalah penggemar barang mewah, setiap minggu akan belanja ke Hong Kong, untung saja, keluarga Ortega sangat kaya raya, tidak kekurangan uang yang sedikit ini.

Marco berusaha sabar, membujuknya dengan nada lembut, “Aku akhir pekan ini ada perjalanan dinas ke Prancis, sabarlah, minggu depan akan temani kamu.”

“Tetapi, aku sudah janji dengan beberapa sahabatku.” Elaine Muray mencibirkan bibirnya dan berkata.

Cerewetnya membuat Marco tidak berdaya, mengeluarkan sebuah kartu berlimit ** dari dompetnya, menarik tangannya, meletakkan ke dalam telapak tangannya. “Dengarlah, aku minggu ini benar-benar tidak ada waktu, kamu suruh para sahabatmu yang temani dulu, mau beli apa beli saja.”

Elaine Muray langsung menyimpan telapak tangannya, tersenyum indah bagaikan bunga. Dan juga, mengulurkan lengan, memeluk leher Marco, dengan inisiatif memberikan sebuah ciuman padanya.

“Jangan main-main, kamu seorang gadis, berperilaku yang sopan.”

Namun Elaine Muray bagaikan manusia yang tidak bertulang, seluruh tubuhnya lengket di badannya, berkata dengan nada manja :”Dimana yang tidak sopan, aku sudah milikmu seutuhnya, pertama kalinya juga denganmu, bahkan sama sekali tidak pernah menyentuh tangan lelaki lainnya.”

Novel Terkait

Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu