Suami Misterius - Bab 973 Sepertinya Kamu Sangat Mengerti

Setelah menutup telepon, Rudy kembali ke kamar tidur.

Clara sedang duduk membaca buku di ranjang, ada tumpukan buku pengasuhan anak yang tebal di meja samping tempat tidur.

Clara membacanya dengan sangat serius.

“Membaca buku di bawah cahaya lampu yang redup tidak baik bagi mata.”

Rudy duduk di tepi ranjang, mengulurkan tangan menerangkan lampu di tepi ranjang.

Clara bersandar dalam pelukannya, kedua tangannya mengambil buku “Baca bersama.”

Tapi Rudy malah merebut bukunya dan membuka beberapa halaman, berkata “Berbaringlah dengan patuh, aku membacanya untukmu.”

“Ok.”

Clara berbaring di ranjang, kepalanya bersandar di kaki Rudy, matanya yang indah terpejam.

Rudy membuka beberapa halaman, kemudian mulai membaca.

“Suamiku, aku belum membaca sampai sini.”

Clara mengedipkan matanya berkata.

“Tidak berguna kamu membaca bagian itu, cukup membaca intinya”

Rudy membuka halaman buku sambil berkata.

“Sepertinya kamu sangat mengerti.”

Clara mendengus.

“Ya, ketika kamu mengandung Wilson, aku juga pernah membaca buku sejenis ini.”

Rudy berkata.

Dia tidak pernah melakukan sesuatu tanpa persiapan, ketika dia memutuskan untuk menerima Wilson, dia langsung berusaha mencoba menjadi seorang ayah yang baik.

Clara tersenyum menarik tangannya, menempel di telapak tangannya sendiri, tatapannya berkedip.

“Rudy, kamu adalah seorang ayah yang baik dan juga suami yang baik.”

“Terima kasih atas pujiannya, istriku sayang.”

Rudy tersenyum, tatapannya menjadi lembut.

“Akan lebih baik kalau kamu tidak begitu sibuk dan dapat meluangkan lebih banyak waktu untuk menemani kami.”

Clara berkata lagi, matanya yang jernih berkedip: “Betapa baiknya kalau kamu hanyalah orang biasa dan aku juga bukan figur publik.

Setiap hari pulang kerja tepat waktunya dan pergi menjemput anak di taman kanak-kanak, lalu tiba di akhir pekan, sekeluarga bertiga pergi ke taman bermain, ketika liburan, bisa pergi berlibur.

Setelah mendengar, Rudy tersenyum bertanya “Kamu ingin liburan ke mana?”

“Ke mana saja boleh. Dunia begitu besar, masih ada banyak tempat yang belum pernah kita pergi.”

Clara bersandar di lututnya, mengotak-atik jarinya dengan serius.

“Rudy, sekarang kamu begitu sibuk, menunggu kamu selesai sibuk, mungkin sudah pensiun.

Tapi, menunggu kamu pensiun setidaknya harus tiga puluh tahun. Tiga puluh tahun kemudian, kita sudah menjadi kakek dan nenek tua, kalau tubuh kita masih kuat, mungkin bisa pergi berjalan-jalan, tapi kalau kurang sehat, hanya bisa tinggal di dalam rumah. Rudy, terkadang aku merasa sangat bingung. Kita tidak kekurangan uang, mengapa kamu masih harus kerja begitu keras?”

“Mungkin ini adalah perbedaan pemikiran pria dan wanita.”

Rudy tersenyum tapi tidak menjelaskannya.

Pria dilahirkan dengan antusiasme dan ambisi mengejar kekuatan untuk membuktikan dan menyadari nilai harga dirinya sendiri.

Rudy belum berusia tiga puluh lima tahun, kalau dia berhenti melangkah pada saat ini, maka orang yang menjadi bingung selama sisa hidupnya akan menjadi Rudy sendiri.

“Apakah kamu masih ingin mendengarnya?”

Rudy bertanya dan mengambil kesempatan mengalihkan topik pembicaraan.

Clara mengangguk dan bersandar di kakinya, mendengar suaranya yang magnetik membacakan buku pengasuh anak.

Clara mendengar dengan sangat serius, matanya yang indah bersinar.

Setelah membaca beberapa halaman, Rudy mengangkat kepala memandang waktu, jam dinding telah menunjukkan jam sepuluh.

“Sayang, masih belum mau tidur?”

Clara menatapnya dan mencibir dengan nakal “Yang kamu panggil aku atau dia?”

Dia menunjuk perutnya sendiri.

Sejak memiliki gadis kecil, panggilan “sayang” sepertinya bukan lagi milik dia seorang.

Rudy tersenyum dan memanggil “Sayangku yang besar, sudah tiba waktunya tidur.”

“Aku tidak ngantuk.”

Mata Clara bersinar, tidak merasa ngantuk sama sekali.

“Suamiku, mari kita mengobrol sebentar.”

“Apa yang ingin kamu bicarakan?”

Rudy bertanya, tangannya menyentuh rambutnya yang lembut dan panjang.

“Apa saja boleh dibicarakan.”

Selesai berkata, Clara bertanya: “Apakah kamu tahu Aldio dan Honey telah tinggal bersama?”

“Benarkah? Aku tidak tahu.”

Rudy berkata.

Dia tidak pernah ikut campur tangan dengan kehidupan pribadi bawahannya.

Tapi Aldio dan Honey tinggal bersama, ini membuatnya agak terkejut.

Berdasarkan pemahaman Rudy terhadap Aldio, meskipun Aldio suka bermain, tapi dia tidak pernah menyentuh “gadis polos”.

“Rudy, menurutmu apakah mereka akan memiliki hasil.”

Clara bertanya lagi.

“Masalah pria dan wanita, siapa yang berani memastikannya. Tapi meskipun tidak memiliki hasil, Aldio juga akan memberikan sebuah penjelasan kepada Honey. Kalau mereka dapat menikah, maka benar-benar merupakan hal yang menyenangkan.”

Belum tentu bisa bahagia setelah menikah, Aldio begitu playboy, hari ini menyukai ini dan besok jatuh cinta pada lainnya, Honey pasti akan menangis.

Kalau memiliki anak, akan merasa ragu apakah mau bercerai atau tidak, sama seperti ibuku, hidup ini akan hancur."

Clara tidak menahan diri mendesah.

"Aldio tidak seburuk yang kamu pikirkan, dia mungkin akan menjadi pria lajang seumur hidup.

Tetapi kalau menikah, dia seharusnya akan setia pada pernikahan. Tidak akan membiarkan anak-anaknya hidup seperti dirinya."

“Seperti dirinya?”

Clara tidak mengerti

“Ya.”

Rudy menjawab.

"Keluarga Vosh tidak terlalu kaya, paman Vosh berhenti menjadi seorang guru, mulai menjalankan bisnis dan perlahan-lahan mendapatkan bisnis keluarga.

Ketika Aldio berusia lima tahun, Paman Vosh gagal dalam investasi dan berada di ambang kebangkrutan.

Ibunya Aldio meninggalkan mereka pasangan ayah dan anak, melarikan diri bersama seorang pria kaya.

Aku mendengar Paman Vosh banyak berutang pada saat itu, lalu dia mendapat bantuan dari saudara, teman dan mantan rekan kerjanya, mereka membantunya mengatasi kesulitan dan berjuang kembali.

Paman Vosh tidak menikah lagi, Aldio tidak memiliki ibu sejak kecil.

Apa yang paling banyak dia dengar dari saudara adalah kesalahan ibunya.

Oleh karena itu, di dalam hatinya, mungkin merasa para wanita tidak bisa diandalkan, sehingga mengembangkan karakter seperti sekarang ini."

"Haiks, ternyata dirinya begitu kasihan."

Setelah mendengar, Clara mendesah.

"Sudahlah, jangan khawatir tentang urusan orang lain, sayangku, sudah waktunya tidur."

Rudy mencubit pipinya dengan penuh kasih sayang.

Clara mencibir dan menatapnya dengan ekspresi centil dan imut.

"Suamiku, mungkin aku kebanyakan tidur di siang hari dan tidak merasa ngantuk sama sekali.

Apakah kamu tahu betapa tidak nyamannya berbaring di tempat tidur dan tidak bisa tidur! "

"Istriku, aku masih harus bangun dan kembali ke pasukan militer untuk rapat besok pagi.

Bisakah kamu menemaniku tidur sejenak?"

Rudy memegang pipinya dan berkata dengan lembut.

Clara memandangnya, terlihat jejak kelelahan yang samar di matanya, dia segera mengangguk.

Rudy mengulurkan tangan, memadamkan lampu di samping tempat tidur dan berbaring miring di ranjang.

Clara mendekatinya, menyandarkan kepala di lengannya.

Malam yang sunyi.

Hanya terdengar suara napas di antara mereka.

Clara bilang tidak ngantuk, tapi berbaring di pelukannya yang hangat, dia segera tertidur.

Rudy menyipitkan matanya, menatap wajah Clara yang tertidur tenang dengan serius, sudut bibirnya perlahan-lahan terangkat sebuah senyuman.

"Selamat malam Sayangku."

Dia menundukkan kepalanya, mencium lembut di sudut bibirnya, kemudian berbaring kembali ke posisi semula dan memejamkan matanya.

Tidur nyenyak sepanjang malam, gadis kecil di dalam perut sangat patuh, tidak membangunkannya di tengah malam.

Novel Terkait

Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu