Suami Misterius - Bab 439 Mengisi Posisi Kosong

Setelah keheningan singkat, dia mengangkat lengannya yang menggenggam ponsel berwarna emas di telapak tangan, layar ponsel menyala. Di kotak masuk, terdapat pesan teks perceraian yang dikirim Clara kepadanya.

"Jelaskan, apa ini?"

Clara mengerjap-ngibaskan bulu matanya yang panjang, setelah tertegun beberapa saat, dia tiba-tiba tersenyum, senyum itu lebih cerah daripada bunga.

"Kamu datang hanya untuk pesan teks ini? Aku cuman bercanda denganmu. Hari ini tanggal 1 April, Hari April Mop."

Rudy: "..."

Tangannya yang menekan bahu Clara sangat ingin berpindah ke leher yang ramping, mencekik si penyiksa perasaan ini.

"Rudy, kamu… ..." Baru saja Clara ingin berbicara, mulutnya langsung dibungkam oleh Rudy.

Ciuman ini jelas berbeda dari sebelumnya, meskipun Rudy selalu tampak tegas, tapi sebenarnya dia sangat lembut. Namun, ciuman ini jelas memaksa dan ganas, bahkan berbau hukuman, terus-menerus menggigit Clara.

Clara dicium hingga ingin menangis, kepalan putih tidak henti memukul dada Rudy.

Perlawanannya itu jelas tidak menyakitkan bagi Rudy, Rudy melilitkan tangan yang kokoh pada pinggang rampingnya, begitu tarik, Clara terdorong ke bawah di kursi kulit besar.

Clara menggunakan tangan dan kaki untuk mencegahnya mendekat, mata seperti rusa menatapnya dengan panik. "Rudy, jangan marah lagi, ada CCTV di sini!"

Clara tidak ingin orang menonton siaran langsung.

Rudy menyipitkan matanya dan sekilas memandangi kamera pengintai di sudut ruangan. Kemudian, dia mengeluarkan ponsel dan melakukan panggilan telepon.

“Matikan CCTV di ruang tunggu V3.” perintah Rudy.

Setelah dia meletakkan ponsel, cahaya di CCTV langsung padam.

Clara memiliki dorongan untuk menangis, melakukan itu di ruang tunggu, dia merasa sangat canggung.

“Rudy, kamu serius?” Clara bertanya dengan gelisah.

"Tidak." Jawabnya, suara rendah dan serak.

Clara meronta-ronta dengan panik, semakin dia meronta, Rudy semakin intens. Mata hitam pekat bagai membara segumpal api.

Clara terjerat dengannya secara pasif, hati merasa tidak senang.

Dia seperti binatang kecil dengan gigi dan cakar yang tajam, menunjukkan deretan gigi kecil, menggigit kuat di bahunya.

"Rudy, kamu mengingkari janjimu!"

"Bukankah hari ini Hari April Mop."

Clara membelalakkan mata sambil memelototinya, dalam hati berpikir: Kenapa pria ini begitu pendendam!

Setelah berakhir, Rudy menguncinya dalam pelukan.

"Sayang, apakah kamu mencintaiku?"

“Tidak.” Rudy melemparkan dua kata, sepasang mata tinta tampak tenang, tetapi tatapannya hangat.

Clara bergerak-gerik dalam pelukannya, berkata dengan manja, "Jangan berbohong padaku!"

“Kaulah pembohong.” Telapak tangan Rudy mengangkat wajahnya, ujung jari mengusap lembut pipinya. Gerakannya agak kuat, kulit yang agak kasar menimbulkan rasa sakit pada pipinya.

Clara menarik tangannya ke bawah dan mengguncangnya dengan lembut, penuh manja, "Bukankah kamu sudah menghukumku."

"Apakah ini termasuk hukuman? Bukankah kamu juga menyukainya?" Bibir Rudy melengkung dengan senyuman genit, merentangkan lengan untuk memeluknya.

Posisi keduanya akhirnya berubah, setelah memastikan bahwa dia tidak akan melanjutkan lagi, barulah Clara merasa lega.

"Mulutku digigit robek olehmu, apakah masih tidak termasuk hukuman. Aku hanya membuat lelucon kecil, Direktur Rudy bermurah hati, jangan mempermasalahkannya lagi, oke?" Clara merangkulkan lengannya di leher Rudy, berkata dengan lemah lembut.

Rudy tampaknya sangat menyukai aksinya ini, ujung jari yang panjang mengusap-usap bibirnya yang bengkak, kemudian berkata: "Kedepannya jangan membuat lelucon seperti ini, aku tidak suka."

Ekspresi dan nadanya sangat serius, Clara mengangguk dengan patuh.

Sebelum pesawat lepas landas, Rudy akhirnya membiarkannya pergi.

Clara sekilas merapikan pakaian, berlari ke gerbang boarding sepanjang jalan.

Dia duduk di posisinya, di samping, Melanie sedang melahap makanan ringan.

Clara amat marah, menampar kepala bagian belakang Melanie dengan kuat. "Aku hampir dicelakaimu, jika kedepannya kamu masih berani menggunakan ponselku untuk sembarang mengirim pesan, aku akan langsung menikahkanmu ke Afrika."

"Kenapa malah mencelakaimu? Lihat sendiri di cermin, bibir merah muda ini dinutrisi oleh priamu dengan begitu baik." Melanie menggosok kepalanya yang sakit.

Tidak lama setelah Clara duduk, pramugari datang untuk memasangkan sabuk pengamannya, suara Didi terdengar melalui siaran pesawat..

Pesawat segera lepas landas.

Clara duduk di dekat jendela, dia merasa sinar matahari di luar jendela menyilaukan. Dia mengeluarkan penutup mata dari tas, menutupi tubuh dengan selimut tipis, bersandar padai kursi yang nyaman untuk beristirahat.

Begitu Clara menutup matanya, rasa sakit di tubuh terasa sangat jelas, dia sangat lelah, tertidur dengan cepat.

Sampai pada saat pesawat mendarat, barulah dia dibangunkan oleh Melanie.

“Betapa nafsunya Tuan keempat Sutedja sampai-sampai menyiksamu sampai segininya.” Melanie mengolok-olok sambil tersenyum.

Clara mengabaikannya, merenggangkan pinggang, lalu mengumpulkan rambut panjangnya yang berserakan, mengenakan kacamata hitam dan berjalan turun dari pesawat.

Keduanya langsung pergi ke hotel setelah meninggalkan bandara.

Kru memesan hotel bintang empat, para kru akting menyewa semua kamar di satu tingkat yang sama.

Di lobi lantai pertama, Clara duduk menunggu di ruang tunggu. Melanie mengambil kartu identitas dua orang dan check-in di meja resepsionis.

Setelah mendapatkan kartu kamar, Clara dan Melanie membawa koper dan berdiri menunggu lift.

"Semua kru tinggal di lantai lima belas. Tidak ada suite di seluruh lantai, semuanya kamar standar. Aku tinggal di sebelahmu." Ucap Melanie pada Clara.

Baru saja dia selesai berbicara, pintu lift di depan mereka terbuka, mereka menyeret barang bawaan mereka dan berjalan masuk.

Pintu lift tertutup kembali, Melanie mengulurkan tangan dan menekan tombol angka. Namun, lift tidak bergerak, pintu lift terbuka perlahan.

Di luar pintu, muncul seorang pria tinggi, pria itu mengenakan topi dan masker, tangan tidak henti menekan tombol lift.

Jelas, Melanie tidak secepat pria, sehingga pintu lift kembali terbuka.

Ketika pria melihat Clara dan Melanie, ketegunan tercetak di wajahnya. Langkah memasuki lift agak kaku.

“Tuan Han, lama tak bertemu.” Melihat Handy Han, Clara sama sekali tidak terkejut.

Sebelum dia memasuki kru, dia tahu bahwa Handy Han adalah bintang di film ini juga. Walau tidak bertemu di lift hari ini, mereka juga akan bertemu di lokasi syuting besok.

Sedangkan Handy Han tidak tahu bahwa Clara juga berpartisipasi dalam film ini.

Tokoh utama yang ditentukan pada awal bukanlah Clara, melainkan aktris terpopuler baru-baru ini. Karena bayarannya tidak mencapai kesepakatan, barulah mendadak digantikan oleh Clara.

Keberuntungan Clara cukup bagus, dia berkesempatan mengisi posisi kosong kali ini.

Novel Terkait

Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu