Suami Misterius - Bab 600 Bagaikan Tikus Melihat Kucing

Gejala Hyesang adalah syok yang disebabkan oleh pendarahan lambung, setelah sampai ke rumah sakit, langsung di dorong ke dalam unit gawat darurat. Setelah itu, orang keluarga Sutedja juga sampai di tempat. Suami istri Dimas Sutedja beserta Meiji tiba terlebih dahulu, Demian Sutedja dan Rudy juga sampai ke rumah sakit secara bergiliran. Informasi ini sementara waktunya masih belum tersebar, jika tidak, dengan kedudukan Hyesang, takutnya rumah sakit akan terpenuhi dengan kerumunan wartawan. Di depan pintu unit gawat darurat, Raymond berdiri di samping samping menyandar dinding, Rudy berjalan menghampiri, berkata dengan nada berat :”Kondisinya bagaimana ?”

Raymond menggeleng-geleng kepala, dokter masih belum keluar sejak tadi, jadi, dia juga tidak tahu bagaimana keadaan sebenarnya. Reaksi wajah keluarga Hyesang sangat suram, Tary menangis tersedu-sedu di samping, Meiji terus menghibur di sampingnya. Ekspresi Dimas Sutedja sangat serius dan tidak berkata apapun, sementara mata Demian Sutedja terus menatap pada lampu ruang unit gawat darurat. Tiba-tiba, lampu di atas ruangan berubah dari merah menjadi gelap. Dokternya berjalan keluar terlebih dahulu, baru saja menginjak keluar ruangan, keluarga Hyesang sudah mengelilinginya. “Dokter, bagaimana kondisi adikku ?”

Demian Sutedja tidak bisa menahan kecemasannya. Dokter melepaskan masker wajahnya, sedikit mengerutkan alis, lalu berkata dengan tampang serius :”Syok akibat pendarahan lambung, kondisinya sementara sudah terkendali. Hanya saja, masih begitu muda sudah minum bir sampai mati-matian, seandainya tidak berhenti minum bir lagi, membiarkan penyakitnya terus berlangsung, bahkan mungkin bisa menimbulkan kanker, nyawa memang akan hilang langsung.”

Reaksi wajah Dimas Sutedja dan Demian Sutedja semakin suram, kedua kaki Tary menjadi lemas, hampir pingsan di tempat.

Meiji adalah seorang menantu yang pintar menilai kondisi, sehingga sibuk sana sini untuk mengurus prosedur penginapan Hyesang di rumah sakit, dan juga mencari perawat yang profesional. Setelah itu, Hyesang dipindahkan ke kamar pasien, kondisinya masih belum sadar, namun keselamatannya sudah terkendali. Bagaimanapun Rudy dan Raymond adalah orang luar, tidak cocok apabila terus menjaga di rumah sakit, setelah pamit dengan Dimas Sutedja, sudah langsung meninggalkan ruangannya. Mereka masuk bergiliran ke dalam lift, Raymond menghela nafas lega. Dengan identitas dan kedudukan Hyesang, apabila terjadi masalah di dalam clubhouse miliknya, dirinya pasti tidak bisa lari dari tanggung jawabnya. “Minum bir sampai pendarahan lambung, Hyesang kejam juga sama diri sendiri, dia menimbulkan ulah yang begitu besar, menurutku paling juga hanya dua hari saja ayah dan ibunya sudah akan mengalah.”

Raymond menyalakan sebatang rokok, lalu membuang asap rokoknya dan berkata. “Sifat dia sejak kecil memang sudah seperti ini, memang licik dan pintar bermain strategi, tidak akan lepas tangan kalau tidak mencapai tujuan.”

Rudy tersenyum ringan, mengenai cara kerja Hyesang, dia juga merasa salut padanya, memang benar orang ahli dalam bermain strategi dan kekuasaan. “Tetapi dengan begini bahaya juga.”

Raymond mengeluh. “Bahaya ya ?

Menurutku dalam hatinya sudah ada perhitungan sendiri. Pendarahan lambung tidak mematikan juga, tetapi kalau tidak ada Ahyon, dengan hidup yang tanpa perasaan ini, lebih tidak ada artinya untuk bertahan hidup.”

Rudy selesai berbicara, lift sudah sampai ke lantai dasar. Mereka berdua keluar dari lift, langsung melihat Ahyon yang berdiri di pintu luar rumah sakit. Saat ini rumah sakit sangat ramai, namun Ahyon benar-benar terlalu menarik perhatian, dengan tingkat kecantikan yang begitu tinggi, mungkin tetap akan berbinar-binar meskipun berdiri di antara tumpukan permata. Hanya saja, wajahnya sangat pucat, matanya telah kemerahan, jelasnya baru selesai menangis. Ahyon menatap mereka berdua dengan mata kemerahan, dengan ragunya berjalan menghampiri, lalu bertanya dengan suara yang serak :”Dia, tidak apa-apa kan ?”

“Pendarahan lambung, tidak mematikan.”

Raymond menjawab dengan cepat. Ahyon selesai mendengarnya, sedikit mengangguk kepalanya. Dia tidak berbicara, air mata terus bergenang di dalam matanya, memaksa untuk tidak menjatuhkan air matanya. Rudy menunduk dan meliriknya sekilas, lalu berkata dengan nada tenang :”Kamu tidak mau menjenguk dia ?”

Ahyon ragu sejenak, lalu menggeleng kepalanya, “Yang penting dia tidak apa-apa. Orang keluarganya, seharusnya tidak ingin melihatku.”

Ahyon selesai bicara, mengucapkan terima kasih kepada mereka, setelah itu, langsung meninggalkan tempat. Raymond melihat bayangan punggungnya yang panik, tidak bisa menahan untuk menggeleng kepala, “Orang keluarga Hyesang berhati keras, aku malah tidak bisa melihat wanita cantik bersedih hati.”

“Kamu waktu dekat ini terlalu banyak bicara.”

Rudy melirik sekilas, berkata dengan nada datar :”Kamu masih tidak pulang ?

Lena di rumah sakit ini, tidak takut bertemu dengannya ?”

“Kamu jangan menakuti aku, rumah sakit ini begitu besar, mana ada begitu mudah ketemu…”Kata-kata Raymond belum selesai dilontarkan, melihat pintu lift yang tidak jauh dari mata sudah terbuka, Lena memakai jas putih dan berjalan keluar dari lift. Raymond memaki di dalam hati, lalu berpikir : Memang cinta terkutuk. “Itu, aku tiba-tiba kepikiran, kantor masih ada urusan, aku pergi dulu.”

Raymond selesai berkata, langsung menghilang dengan secepatnya. Rudy menoleh arah Raymond yang berlarian cepat, baru menoleh kembali, Lena sudah berjalan ke hadapannya. “Tuan Sutedja, lama tidak berjumpa.”

Lena tersenyum menyapa. “ Lena .”

Rudy juga balik menyapa dengan sopan. “Barusan itu Raymond kan ?

Kenapa lari pula melihat aku ?

Aku begitu menakutkan ya ?”

Lena mengulurkan tangan sambil mengelus matanya. “Dia bukannya selalu begini, melihatmu bagaikan tikus yang melihat kucing.”

Rudy berkata. Sifat Raymond juga serba tidak takut, satu-satunya orang yang membuat dia ketakutan hanya pacarnya, Lena . Sebelum mereka berdua putus, kata-kata Lena adalah perintah, dia menyuruh Raymond menyebut satu, Raymond pasti tidak akan berani menyebut dua. Pada saat itu, mereka sering menertawai kalau Raymond takut dengan istrinya, tetapi Raymond malahan sangat membanggakan dengan hal ini, dan berkata dengan nada sewajarnya :”Kalian tahu apanya, aku ini bukan namanya ‘takut’, ini namanya ‘cinta’. Masa lalu telah berlalu, Lena menggerakkan pundak dengan tidak berdaya, lalu bertanya lagi, “Kenapa datang ke rumah sakit ?

Siapa sakit ?”

“Hyesang, pendarahan lambung.”

Rudy menjawabnya. Lena mengangguk, “Bagi pegawai negeri seperti mereka, pendarahan lambung memang bagaikan penyakit profesi. Dokter Liu yang berada dalam departemen gastroenterologi adalah dokter ahli dalam negeri, emosionalnya sangat tidak baik, tetapi keahliannya terjamin, pendarahan lambung hanya penyakit kecil baginya.”

Rudy mengangguk dengan lembut. “Kamu sibuk saja, ada waktu baru kumpul lagi.”

Setelah Lena menyapa sejenak dengan dirinya, masing-masing meninggalkan tempat. …. Hyesang baru sadar pada keesokan harinya. Dia merasa, sepertinya dirinya telah bermimpi panjang. Di dalam mimpi, wanita yang dia cintai memiliki sepasang mata yang paling jernih di dunia, wanita itu sedang tersenyum padanya, senyumannya lebih cemerlang dibanding sinar matahari. Mereka kenal dalam masa muda, keindahan dan rasa tersentuh pada saat itu, membuat dia mengingat selamanya. Dia pernah mendapatnya, juga pernah kehilangan dirinya, penyeretan antara mereka, bagaimanapun juga tidak bisa lepas dengan begitu saja. Pada saat Hyesang masih koma, mulutnya tetap saja menjerit nama Ahyon, setelah itu, baru sadar dari pemberontakan. Setelah dia sadar, pandangan pertamanya adalah Tary, dia menjaga di samping kasurnya, matanya bengkak karena tangisan, seolah-olah menjadi tua dalam waktu satu malam. Hyesang mengetahuinya, dia anak yang durhaka. Namun di dalam hati setiap orang ada hal yang perlu dipertahankan, sejenis keberadaan yang tidak dapat dilepaskan. Bagi dirinya, Ahyon adalah keberadaan yang seperti ini. “Ibu.”

Dia berbisik dengan suara serak. “Hyesang !”

Tary melihat anaknya sudah sadar, menggenggam tangannya dengan panik. “Ibu, aku lama ya tidurnya ?”

Hyesang bertanya dengan suara yang serak dan lemas. “Kamu sudah koma satu hari satu malam, Ibu terus menjagamu di sini."

Meiji membantu Tary menjawabnya. “Ibu, aku tidak masalah lagi, ibu pulang istirahat saja.”

Hyesang melihat mata ibunya yang telah kemerahan, merasa cemas dan berkata.

Novel Terkait

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu