Suami Misterius - Bab 127 Tiba-Tiba Sedikit Merindukanmu

Melanie melihat mata Clara merah, sedikit beranya-tanya. Tadi sekembalinya dia dari selesai menukar boarding pass, tau kalau Handy sedang menyatakan perasaan kepada Clara.

Melanie merasa saat-saat seperti ini tidak boleh merusak untuk kebaikan Clara, oleh karena itu, dengan sangat peka sendiri pergi ke pintu pemeriksaan dulu.

Lalu, Clara malah kembali dengan mata kemerahan, apakah si raja aktor Handy tidak pintar berbicara, menyatakan perasaannya tidak sukses, kedua orang ribut? Melanie tidak mengerti.

"Itu......" Melanie baru saja mau bertanya, tapi Clara tidak memberinya kesempatan.

"Apanya ini itu. Aku ke toilet sebentar." Clara meninggalkan koper dengan Melanie, menginjakkan sepatu tingginya berjalan ke arah toilet.

Dia berdiri di depan pintu toilet, sebelah kiri tangannya memegang handphone, seperti dirasuki setan menelepon nomor Rudy.

Tidak tau kenapa, sekarang dia sangat ingin mendengar suara Rudy.

Handphonenya berdering tiga kali, lalu diangkat, dari sana terdengar suara serak Rudy yang merdu. " Clara ?"

"Oh." Clara menjawab, suara hidungnya sedikit berat.

Rudy dengan peka mendengar kalau suaranya sedikit aneh, lalu bertanya, "Terjadi sesuatu?"

Clara di dalam matanya adalah siluman pembuat masalah, dimana saja dan kapan saja mungkin bisa menyebabkan masalah.

Clara menghisap hidungnya, sedikit kesal. Apakah kalau dia tidak ada urusan tidak boleh meneleponnya.

"Tidak apa-apa, hanya saja tiba-tiba sedikit merindukanmu." Jawabnya.

"Eh, kalau begitu lanjutkan merinduku." Jawab Rudy sambil tertawa, dari kota A terbang ke Hainan, naik pesawat juga butuh 4 jam, sekarang meskipun dia memasang 2 sayap juga tidak bisa terbang ke badannya.

"Enak saja, aku tidak ada waktu terus merindukanmu. Sudahlah, aku mau naik pesawat." Ucap Clara, telinganya samar-samar sedikit kemerahan.

Dari ujung telepon sana terdengar suara tawa yang samar, lalu, Rudy bertanya, "Pesawat jam berapa lepas landas? Aku pergi jemput?"

"Tidak perlu." Ucap Clara dengan malas.

Rudy tidak ngotot, sebenarnya dia juga tidak begitu bisa mengeluarkan waktunya, "Kusuruh supir menjemputmu, malam nanti makan malam bersama."

Clara masih ingin mengatakan tidak perlu, hasilnya, belum menunggu dia menolak, Rudy sudah memutuskan panggilan.

Perkataan orang ini benar-benar seperti raja, bahkan hak untuk menolak pun tidak diberikan kepada Nyonya

Clara mulai curiga lagi, apakah kalau Clara sedikit terlalu baik kepadanya, membuatnya tidak mempunyai sedikit rasa menjadi simpanan.

Legenda mengatakan pria yang dihidupi oleh wanita bukan harusnya lebih ganas di tempat tidur seperti binatang buas, ketika turun dari tempat tidur harus selembut domba, melayani majikan dengan baik.

Clara dengan tidak berdaya menggeleng, berencana sementara tidak membuat perrhitungan dengannya.

Dari Hainan terbang kembali ke kota A butuh 4,5 jam, karena pesawat sedikit terlambat, waktu lepas landas sudah malam hari, keluar dari bandara, langit sudah hitam.

Supir Rudy menunggu diluar hampir 2 jam baru melihat Clara.

"Halo nona Clara, aku adalah supir presdir Sutedja. Presdir Sutedja menyuruhku mengantarmu ke hotel dulu." Supir berkata dengan sangat hormat.

Clara tersenyum tipis melihat supir, umurnya 30an tahun, tubuhnya tinggi tegak, memakai setelan jas, dasinya rapi, bagus sekali.

"Presdir Rudy?" Ada sedikit candaan di senyumannya, berpikir perusahaan tas kulit kecil yang dijalankan pengangguran keluarganya sebenarnya bisa mempunyai berapa karyawan,

"Nona Clara, silahkan naik mobil." Supir membungkuk dan membuka pintu mobil.

Clara memberikan koper kepada supir, membungkuk dan masuk kedalam mobil.

Gerakan supir dengan ligat memasukkan kopernya ke dalam bagasi, lalu, dengan cepat masuk ke kursi supir.

SUV Toyota ini baru saja diusulkan dari toko 3 jam yang lalu. Ini adalah mobil termurah yang pernah dikendarainya setelah mengikuti Presdir Sutedja.

Sebenarnya, supir juga sangat tidak mengerti, mobil terkenal di garasi presdir Rudy jauh lebih banyak dari sepatu wanita yang ada di rak sepatu, menjemput pacar tidak membawa mobil mahal, malah sengaja membeli sebuah jeep ekonomis, saat dia baru mendengar perintah presdir Rudy, masih mengira kalau sedang bercanda.

Supir menyetir dengan cepat dan stabil, cepat sekali sudah masuk ke daerah perkotaan, berhenti di depan pintu sebuah hotel berbintang lima.

Portir hotel tampak sangat akrab dengan supir, supir memesankan dua patah kata lalu portir langsung membawa Clara naik lift ke lantai paling atas.

Lantai paling atas hotel ada dua ruangan rapat privat, salah satunya biasanya dipakai oleh Rudy.

Clara tidak mengerti ini semua, tapi dia pernah mendengar perusahaan kecil yang tidak sanggup menyewa gedung kantor akan menyewa ruangan hotel untuk bekerja, jadi, supir membawanya ke hotel, dia juga tidak heran.

Portir memberinya sebuah kartu untuk membuuka, Clara menggesek kartu dan membuka pintu.

Di dalam ruangan, dekorasinya tampak mewah yang low profil, karpet persia tebal di bawah kakinya, bahkan suara hak sepatu tingginya pun tidak terdengar.

Di area kantor terletak sebuah meja kerja yang besar, di atas meja ada dua buah komputer dan dokumen yang setinggi gunung. Di sebelah meja ada dua orang pria sedang duduk, satunya Rudy, satunya lagi sedang membelakanginya, wajahnya tidak tampak.

Rudy tau dia masuk, tatapannya malah tidak lepas dari layar komputer, hanya dengan datar mengatakan, "Pergi ke sebelah istirahat dulu, selesai sibuk aku akan pergi mencarimu."

Clara mencemberutkan bibirnya, sedikit tidak puas, tapi masih juga dengan menurut pergi ke ruang sebelah.

Di sebelah adalah sebuah ruang tamu kecil, hanya terletak sofa dan pealatan teh. Clara bersandar miring di sofa, tangannya mengambil asal sebuah majalah. Membalikkannya, kelopak matanya tidak tahan untuk tertutup.

Dia sudah rekaman reality show selama 24 jam, hanya istirahat satu malaman, masih belum pulih, lalu naik pesawat selama 4 jam. Kantuknya datang, dia langsung menutup wajahnya menggunakan majalah, bersender di sofa dan tertidur.

Sela-sela setengah mimpi setengah sadar, tiba-tiba dia merasa wajahnya menjadi ringan, majalahnya sepertinya diambil oleh siapa. Lalu, seluruh badannya masuk ke dalam kehangatan, dia bisa mencium aroma maskulin pria yang kuat, juga ada sedikit bau tembakau.

Clara dengan pelan membuka matanya, yang dia lihat adalah wajah tampan Rudy, saat ini, Rudy sedang menggendongnya di dekapannya.

"Kenapa tidur disini, hati-hati kedinginan." Suara tenggorokannya yang rendah ada kehangatan dan perhatian.

Clara yang dia peluk sedikit tidak bisa bernafas, lalu bergerak sedikit, tapi tidak melepaskan pelukannya, langsung menjulurkan tangannya melingkari lehernya.

"Lapar dan ngantuk, makanan pesawat tidak enak sekali." Bibir Clara monyong dan mengeluh.

Dia mengedipkan kedua mata besarnya, berinar, ada sedikit kesulitan terpampang di wajah kecilnya.

Hati Rudy yang tegas dalam seketika menjadi lunak, dia tersenyum tipis, tangan yang melingkari pinggangnya dieratkan, badan kedua orang menempel erat.

Bahkan Clara bisa merasakan detak jantungnya, dia merasa udara disekitarnya menjadi panas, nafasnya menjadi tidak lancar.

Untuk menghindari dia mati sesak nafas di pelukannya, perhatian Clara berpindah ke sebuah lukisan yang digantung di dinding.

"Kamu suka lukisan China? Dasar pengagum seni abal-abal." Sela Clara berbicara, kedua tangannya mendorongnya, turun dari sofa, berjalan ke depan lukisan.

Sebenarnya, dia tidak tau apa-apa tentang lukisan China, hanya tampak kualitas lukisan itu sudah menguning, harusnya barang lama. Lukisan itu dengan tinta air, sepotongan yang gelap, dilihat dengan keestetikan Clara, dia benar-benar tidak bisa mengaguminya.

Dia membuka besar matanya, melihat lukisan itu cukup lama, akhirnya hanya mengerti tulisan yang bertuliskan: Daqian Jushi.

"Ini adalah......lukisan Zhang Daqian?" Clara sedikit bingung.

Novel Terkait

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu