Suami Misterius - Bab 179 Menjebak

"Bagaimana nenek buyut bisa mengizinkan aku mengantar kamu pulang kalau kamu tidak bersikap manja di depan nenek buyut?" Gevin Sutedja berkata.

"Matamu yang mana melihat aku bersikap manja? Kamu benar-benar sangat suka sembarang berkata. Kamu mengantar aku pulang ketika nenek meminta, kalau nenek meminta kamu pergi mati, apakah kamu akan pergi? Kamu terlalu menurut, sepertinya kamu belum dewasa"

Malas bertengkar dengan pria yang memiliki IQ yang mengkhawatirkan di tengah angin dingin, Clara Santoso pun berjalan ke arah depan duluan.

Sepertinya Clara lumayan beruntung, di jarak beberapa ratusan meter tersapat sebuah halte bus. Mau kemanapun rute jalan bus itu, untuk sekarang yang paling penting adalah bisa keluar dari area terlarang ini.

Clara Santoso berdiri di depan halte untuk menunggu bus, sementara Gevin berdiri di samping Clara.

"Buat apa kamu mengikuti aku?" Clara berkata dengan tidak sabar.

Gevin menyentuh hidungnya sendiri dan berkata dengan ekspresi yang agak malu, "Aku tidak membawa uang"

"Tidak membawa uang? Kalau begitu pergi menghasilkan uang" Clara berkata sebelum menunjuk ke arah kanan.

Menoleh ke arah yang ditunjuk Clara, Gevin melihat seorang yang berpakaian berantakan duduk di atas lantai dengan sebuah mangkuk di depannya, di dalam mangkuk terdapat sedikit uang.

Pada saat itu, wajah Gevin tiba-tiba berubah menjadi hijau. Wanita ini benar-benar sangat pintar menghina orang tanpa kata-kata kotor.

Setelah beberapa saat, bus pun berhenti di samping halte. Clara pun naik ke dalam bus setelah pintu bus terbuka, sementara Gevin mengikuti di belakang Clara. Meskipun Clara tidak menghiraukan Gevin, dia tetap membayarkan uang busnya.

Secara perlahan-lahan, bus pun bergerak meninggalkan halte, Clara melihat ke tanda berhenti yang dipasang di dalam bus, pada saat dia sedang berpikir mau turun di halte mana, ponsel yang berada di dalam tasnya tiba-tiba berdering.

Yang menelpon dia adalah Yanto, jarang-jarang nada suaranya sangat ramah, Yanto menelpon untuk meminta Clara pulang rumah sebentar.

Setelah melewati dua halte, Clara pun turun dari bus, sementara Gevin tidak mengikuti dia turun.

Gevin mengulurkan tangannya untuk membuka jendela bus, kemudian dia menyandar di jendela dan menatap ke Clara yang berdiri di luar dengan serius, "Hei, Clara Santoso, jangan-jangan ini adalah jebakan dari rancangan kamu?""

Clara mengangkat kepalanya dan melihat ke Gevin sambil menggertakkan giginya, "Pergi sana!"

Setelah beberapa saat, bus pun bergerak meninggalkan halte.

Clara yang berdiri di depan halte pun memanggil taksi dan meminta supir untuk mengantar dia ke rumah.

Tempat Clara berada sekarang tidak berada di satu daerah dengan lokasi rumahnya, Clara menghabiskan waktu satu jam dan biaya taksi 200 ribu lebih untuk tiba di rumah.

Setelah Clara masuk ke dalam rumah, Wulan langsung menghampirinya dan berkata dengan suara kecil, "Tuan dan Nyonya baru saja pulang, sepertinya mereka baru saja berantem. Ekspresi Tuan dan Nyonya terlihat tidak begitu senang, sementara Nona Elaine berlari ke kamarnya sambil menangis"

"Oh" Clara bereaksi dengan santai.

Clara memperkirakan bahwa kemarahan Yanto itu pasti berkaitan dengan masalah Rina terus mencari tahu tentang Tua Keempat Sutedja di acara ulang tahun. Namun, api ini tidak akan bisa membakar sampai Clara sini, jadi Clara pun menganggap dirinya sebagai penonton.

Pada saat mengganti sepatu di puntu masuk, Clara sudah mendengar suara pertengkaran dari ruang tamu di lantai pertama.

Yanto memukul meja teh dengan kuat dan menunjuk ke Rina sambil memarahinya: "Benar-benar sangat memalukan! Wajah keluarga Santoso benar-benar sudah dipermalukan kalian berdua secara total! Jangankan anak gadismu yang sudah pernah menikah, kamu mengantar anak gadis murni ke atas tempat tidur Tua Keempat Sutedja saja dia tidak tentu mau. Masalah kamu terus mencari tahu tentang Tua Keempat Sutedja sudah menjadi lelucon semua orang sekarang"

Rina yang menyadari dirinya telah membuat kesalahan menundukkan kepalanya, tidak berani bersuara.

Nenek Santoso yang duduk di samping juga tidak lupa menyiram minyak di atas api, "Aku sudah berkata dari awal, Elaine baru saja mengalami keguguran, seharusnya dia berada di rumah istirahat saja. Kalau kalian mendengarkan kata-kataku, lelucon seperti ini pun tidak akan terjadi"

Rina melirik ke Nenek Santoso tanpa berani bersuara, tetapi di dalam hati dia sudah memarahi Nenek Santoso berkali-kali.

Clara kebetulan berjalan masuk pada saat Nenek Santoso selesai berbicara, sehingga Clara pun bertanya dengan wajah penuh perhatian, "Nenek, bagaimana dengan kondisi kakak Ester sekarang?"

"Tidak ada masalah serius, hanya salah makan makanan saja. Dia sedang istirahat di lantai dua sekarang" Alis Nenek yang mengerut jarang-jarang terlihat lembut, secara refleks Nenek pun melirik ke Rina. Sejak dia dan Elaine Muray pulang, mereka bahkan tidak menanyakan kabar Ester sekali pun.

"Hanya kamu saja yang peduli terhadap kakak kamu, nanti naik ke lantai atas untuk menjenguk dia" Nenek Santoso berkata terhadap Clara.

Clara mengangguk, kemudian ekspresinya berubah menjadi meragukan dan frustrasi, "Kenapa kakak bisa tiba-tiba salah makan makanan? Padahal semalam kami makan makanan yang sama"

"Mungkin lambung Ester memang agak lemah dan sensitif. Dokter tidak berkata banyak juga" Nenek Santoso berkata dengan tidak berdaya, tidak jadi menghadiri acara ulang tahun yang diadakan oleh keluarga Sutedja benar-benar sangatlah sayang.

"Nanti aku meminta Bibi Wulan untuk memasak sup yang merawat lambung saja. Hais, kalau bukan kakak Ester tiba-tiba tidak enak badan, kakak Elaine juga tidak akan menggantikan dia menghadiri acara ulang tahun dan masalah tadi pun tidak akan terjadi" Clara berkata.

Orang yang berkata tidak memiliki niat seperti itu, tetapi orang yang mendengar ada. Setelah mendengar kata-kata Clara,Nenek Santoso langsung teringat dengan sesuatu dan wajahnya langsung menjadi dingin.

Iya juga, Ester sakit pada waktu yang terlalu kebetulan, padahal semalam dia masih baik-baik saja, tetapi pagi ini dia tiba-tiba mengalami sakit perut yang dasyat, setelah pergi ke rumah sakit, hasil pemeriksaan tidak menunjukkan penyakit serius. Bisa jadi hal ini adalah rancangan Rina.

Pada saat itu, kepanikan langsung muncul di wajah Rina, tetapi dalam waktu pendek dia sudah berhasil memenangkan dirinya. Meskipun Nenek meragukannya, dia juga tidak akan bisa menemukan bukti apa pun.

Sementara untuk Clara, dia sama sekali tidak perlu Nenek untuk mengurus Rina. Clara hanya perlu menanamkan sebuah biji keraguan di dalam hatinya, kemudian biji itu akan menumbuh dan berkembang, pada akhirnya melompat keluar dari tanah.

Yanto tidak peduli dengan kesakitan Ester yang mendadak itu disebabkan oleh apa, yang ingin dia ketahui sekarang hanya proses Clara dan Gevin sudah sampai mana.

"Clara, aku mendengar Tuan Sutedja yang mengantar kamu pulang tadi?"

"Iya" Clara menjawab dengan terus terang. Sudah begitu banyak orang melihat Gevin Sutedja membawa dia keluar dari rumahnya, Clara sudah tidak memiliki keperluan untuk membantah lagi.

"Nenek Sutedja yang memerintah hal ini, mungkin karena dia merasa bersalah dengan masalah Nona Sutedja menumpahkan anggur merah ke tubuhku, jadi dia pun meminta Tuan Sutedja untuk mengantar aku pulang sebagai minta maaf"

"Kalau begitu, apa yang dikatakan Tuan Sutedja saat mengantar kamu pulang?" Yanto terus bertanya.

"Tidak ada berkata apa pun. Kami tidak dekat juga, hanya berkata 'salam kenal' dan 'selamat tinggal' dengan sopan" Clara terus berpura-pura bodoh.

Tidak berdaya memenuhi tatapan Yanto, dia merasa anak gadisnya ini benar-benar sangat bodoh. Jarang-jarang bisa bersama Tuan Sutedja, meskipun tidak menggodanya, paling tidak harus menjalin hubungan teman baik dengannya. Tetapi Clara malah diam saja.

Hal yang paling ingin dilakukan Yanto sekarang adalah mendorong Clara kembali untuk dibuat ulang.

Suasana di dalam rumah menjadi hening beberapa saat, Vivi berjalan keluar dari dapur dan meletakkan segelas teh panas di depan Clara.

Clara pun mencicipi teh panas tersebut, tiba-tiba dia sepertinya teringat sesuatu sehingga dia berkata dengan alis mengerut: "Oh, Tuan Sutedja ada memuji teh bunga sangat enak"

Berkata tentang teh bunga, ekspresi Rina langsung berubah, kedua tangannya saling berpegangan dengan erat dan keringat dingin terus membasahi dahinya.

Alasan Rina berani menggantikan teh bunga Clara adalah dia merasa Yanto tidak akan peduli dengan masalah kecil seperti ini, meskipun Clara mengadu dengan Yanto, Yanto pun tidak tentu akan menghiraunya.

Siapa tahu Clara begitu licik, dia malah menggunakan Tuan Sutedja untuk memancing Yanto.

Novel Terkait

Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu