Suami Misterius - Bab 410 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Kembali

Selesai makan mie, Clara duduk di samping meja, tangan memegang dagu, dan tersenyum memandang Rudy mencuci piring.

Setelah Rudy hampir selesai membersihkan dapur, dia baru mendekatinya, mencium di pipinya sebagai penghargaan.

Rudy tersenyum tak berdaya, gadis kecil hanya membalasnya dengan satu ciuman, tenaga kerjanya terlalu tidak berharga.

“Kerjaan sudah selesai, mari kita pergi putar-putar.” Clara merangkul lengannya, tersenyum berkata.

Melihatnya tersenyum seperti rubah kecil, Rudy tahu dia pasti sedang merencanakan sesuatu.

“Kamu masih kuat jalan?” Pandangan Rudy menyapu di tubuhnya, dan perlahan-lahan menurun ke bawah.

Wajah Clara memerah dan memukul dadanya, kemudian kedua tangannya menarik kemeja bagiaan dadanya, “Presdir Sutedja, mari kita pergi ke rumah sakit menjenguk Marco.”

“Aku pergi ke rumah sakit menjenguk mantan pacarmu? Apakah kamu merasa ini cocok?” Rudy mengangkat alis, dasar wanita yang tidak punya hati nurani.

“Aku harus pergi melihat baru bisa merasa lega. Anggap saja menemaniku pergi, bolehkah?” Clara mengangkat wajahnya, dan menatapnya dengan wajah tidak bersalah, menggoyang lengannya dengan manja.

Rudy tidak dapat menolaknya, hanya dapat mengganti baju dan menemaninya keluar.

Di dalam rumah sakit.

Clara memegang bunga dan menenteng buah-buahan, berdiri bertanya di stasiun perawat.

Rudy berdiri di samping, memandang dari kejauhan. Dia berpenampilan seperti tidak ada hubungan dengannya.

Setelah bertanya, Clara berjalan mendekatinya, satu tangannya memegang bunga dan satu tangannya lagi menenteng keranjang buah, dia hanya bisa mengangkat kaki, menendang Rudy.

“Ayolah, belok kiri ruang ketiga, kamar 403.”

“Ya.” Rudy menjawab, mengambil langkah menuju lorong di sebelah kiri. Clara ikut di belakangnya.

Ketika tiba di luar pintu bangsal, keduanya mendengar suara tengkar dari dalam.

Suara Sheri tidak kuat, tetapi penuh dengan kedinginan.

“Marco, apakah kamu sudah bosan dengan hidupmu? Aku tidak peduli bagaimana kamu merindukan Clara dalam hatimu, aku hanya minta tolong kamu harus jelas, sekarang dia adalah Nyonya Sutedja, bukan seseorang yang bisa kamu pikirkan. Marco, tolonglah gunakan otakmu, aku sudah pernah mengatakannya beberapa kali, memintamu menjauhi Clara, kamu tidak pernah mau mendengarnya.

Untungnya masalah kali ini tidak menyebabkan kesalahan besar, kalau tidak kamu bahkan tidak tahu bagaimana dirimu mati. Aku tidak melarangmu mati, tapi tolong jangan menyusahkanku, menyusahkan ibu, kami masih ingin hidup baik-baik!”

Suara Marco terdengar serak dan tertekan, “Sudahkah kamu selesai berkata?”

Sheri merapatkan bibirnya, dia sangat marah dan tidak ingin berkata lagi.

“Sekarang aku tidak ingin bertengkar denganmu.” Setelah terdiam sejenak, Marco berkata dan kembali berbaring di ranjang.

Dalam ruangan kembali sunyi.

Di luar pintu, Rudy dan Clara saling memandang.

“Sepertinya tidak cocok kalau kita masuk sekarang, kan?” Clara menekan suaranya.

Rudy mengangkat alis, terlihat agak malas, “Bagaimanaa menurutmu?”

“Aku merasa, kita kembali dulu.” Clara berkata.

Kalau mereka masuk sekarang, bukan menjenguk tapi malah menyinggung.

“Ayolah.” Rudy mengambil bunga dan buah-buahan di tangannya, dia rencana menitip di stasiun perawat, lalu keduanya berbalik, langsung melihat Yani berdiri di belakang mereka, dia menenteng termos hangat di tangannya.

“Clara datang ya? Mengapa tidak masuk, Marco dan kakak iparmu ada di dalam.” Tangan Yani memegang termos dan satu tangannya lagi menarik Clara, menariknya masuk ke dalam bangsal.

Clara memutar kepala menatap Rudy, berekspresi meminta bantuan. Rudy membalasnya sebuah pandangan tak berdaya.

Clara berpikir hati Rudy pasti sedang memarahinya layak mendapat ini.

Yani menarik Clara masuk ke dalam kamar, dia tidak memperhatikan keanehan pada Marco dan Sheri .

“Clara, Tuan keempat, kalian duduk.” Yani melayani mereka, sambil meletakkan termos di atas meja. Dia membuka penutup termos, dan menuangkan bubur ke dalam mangkuk, kemudian menyerahkan mangkuk kepada Marco.

“Cepatlah minum, Bibi Liu telah masak seharian di rumah.”

“Telah merepotkanmu.” Marco memegang mangkuk bubur, menundukkan kepala dan makan.

Clara berdiri di tengah bangsal, terlihat agak canggung. Tanpa sadar dia menatap ke arah Rudy, pria itu bersandar di kusen pintu, dan berpenampilan seolah-olahtidak ada hubungan dengan dirinya, sangat jelas sedang menertawakannya.

Clara memelototinya dengan tidak puas, hatinya berpikir: Kulit pria ini sudah gatal, setelah kembali dia harus menghajarnya.

“Clara, duduklah.” Yani menarik sebuah kursi dan menekan Clara di kursi.

Clara tersenyum pada Yani, senyumannya agak kaku, “Bibi Yani, apakah luka Marco sangat parah?”

"Tidak apa-apa, hanya luka memar. Kakakmu, Marco, berkulit tebal, tidak akan terjadi apapun padanya." Yani tersenyum berkata.

Meskipun Yani berkata seperti begini, Clara tetap merasa bersalah. Dia mengangkat kepala menatap Marco, kepala Marco diperbankan dan wajahnya terlihat pucat.

"Kak Marco, maafkan aku, saat itu aku......"

"Clara." Marco tiba-tiba memotong pembicaraannya, "Pada situasi saat itu, tidak salah kamu melakukan seperti ini. Aku baik-baik saja. Kamu, kamu dan Tuan keempat kembali dulu."

Pada saat ini, Yani juga menyadari suasana di dalam ruangan agak aneh. Dia melirik ke arah Rudy yang bersandar di pintu dan berwajah acuh tak acuh, lalu melirik Sheri , yang berwajah dingin dan tidak berkata. Kemudian melihat Marco dan Clara yang berwajah canggung.....

Yani tiba-tiba merasa sakit kepala.

"Clara, atau kamu kembali dulu bersama Tuan keempat? Rumah sakit bukan tempat yang baik, penuh dengan bau desinfektan. Lain kali, lain kali kalian pergi ke rumah, bibi akan masak beberapa makanan kesukaanmu.”

Clara segera bangkit dari kursi, “Bibi, kalau begitu aku akan kembali dulu, lain kali baru mengunjungimu lagi.”

Yani mengantar Clara keluar dengan antusias, keduanya berjalan ke lift, berbicara dan bercanda di sepanjang jalan.

Setelah Yani dan Clara pergi, dalam bangsal tiba-tiba menjadi sunyi.

Rudy masih bersandar di pintu, memasukkan satu tangan di sakunya, pandangannya jatuh di tubuh Marco, pandangannya mendalam dan dingin, “Ini adalah peringatan pertama kali dan juga terakhir kali padamu, jauhilah istriku. Orang yang tidak mendengarkan bujukan, tidak akan berakhir dengan baik.”

Selesai berkata, Rudy berbalik dengan acuh tak acuh.

Marco bersandar di ranjang rumah sakit, sedikit menundukkan kepalanya, dia merasa kepalanya sangat sakit.

Sheri berjalan mendekatinya, membuka laci di bawah meja samping tempat tidur, mengeluarkan dua pil dari dalam, dan menuangkan setengah gelas air, lalu meletakkannya di meja samping tempat tidur.

Setelah melakukan semuanya, dia mengambil tas dan mantel yang tergantung di gantungan, memandang Marco dengan sombong, kemudian mengambil tas dan pergi.

Marco sendirian, mengulurkan tangan mengambil obat dan air di meja samping tempat tidur. Setelah minum obat, dia bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke jendela, mengambil jeruk dari keranjang buah. Dia perlahan-lahan mengupas kulit jeruk, mengupas dengan sangat serius.

Dalam ingatan, Clara paling suka makan jeruk. Ketika masih kecil, pernah sekali bermain di rumahnya, gadis kecil makan tujuh atau delapan jeruk sekaligus, dan merasa kenyang sepanjang hari tidak makan nasi, lalu diejek olehnya untuk waktu yang lama.

Selesai mengupas jeruk, Marco meletakkan daging jeruk di ambang jendela, dan kemudian berdiri melamun di depan jendela.

Masa lalu mereka sebelumnya, sudah ditakdirkan tidak dapat kembali lagi.

Novel Terkait

Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu