Suami Misterius - Bab 507 Jangan Sampai Ikut Terlibat

Benar sekali, Rudy memang sedang memusingkan masalah pemindahan penghuni lama.

Rudy mengakui bahwa dirinya bukan pengusaha yang tidak berperikemanusiaan, dengan kondisi yang masih bisa memperoleh laba, dia akan berusaha mengganti kerugian penghuni di sana.

Nominal kompensasi Sutedja Group, lebih tinggi 20% di atas ketentuan pasaran dan ketentuan pemerintah, sehingga banyak orang sudah pindah dengan senang hati.

Akan tetapi, tetap saja ada manusia yang terlalu rakus dan tamak, bukan semua orang akan bersyukur dan puas dengan berkat yang ada. Bagi orang tertentu, permintaannya akan semakin besar apabila semakin besar kebaikannya yang ditawarkan. Sehingga banyak yang menjadi rakus berlebihan.

Ada beberapa penghuni yang tidak ingin pergi, permintaan yang diinginkannya juga tidak masuk akal. Dalam penilaian mereka, Sutedja Group adalah sebuah daging besar, cukup membuat mereka makan seumur hidupnya hanya dengan sekali menggigit.

Hal yang lebih mengesalkan adalah, masih ada yang mengatakan bahwa : Sutedja Group begitu kaya, seharusnya banyak menolong kemiskinan, permintaan mereka hanya nominal sepele bagi Sutedja Group.

Setelah Raymond mendengarnya, emosinya langsung meledak-ledak. Uang di bank lebih banyak lagi, kenapa mereka tidak rampok saja di bank !

“Memang sedikit rumit.” Rudy mengangguk setuju.

“Aku dengarnya, Revaldo Sutedja ada ikut campur ya.” Hyesang bertanya lagi.

Rudy sedikit memejamkan matanya, menatap Hyesang dengan tatapan penasaran, lalu bertanya dengan nada bercanda :”Informasi sekretaris Sutedja lancar sekali.”

“Kamu jangan banyak mengalih lagi. Sejak aku menduduki jabatan ini, proyek merombak bangunan di kota tua adalah proyek yang paling besar, seandainya bermasalah dalam penerapan, kamu sama aku, hasilnya pasti akan sangat menyedihkan.” Kata-kata Hyesang, pastinya bukan hanya sekedar menakutinya.

Rudy menggerakkan bahunya, lalu berkata dengan jujur, "Beberapa penghuni yang keras kepala itu, sebagiannya dikarenakan hasutan Revaldo Sutedja, sebagian lagi hanya mengikuti arah perkembangan saja. Orangnya tidak banyak, sementara ini tidak bisa membuat masalah besar juga. Di zaman kedamaian ini, aku tidak suka bermain kasar, tetapi kalau Revaldo Sutedja memang minta di hajar, aku juga tidak akan segan padanya.”

Hyesang selesai mendengar, mengangguk-angguk dan berkata, “Baguslah kalau kamu ada perhitungan sendiri.”

Masalah ini sudah melibatkan Revaldo Sutedja, berarti sudah termasuk masalah keluarga. Hyesang juga segan ikut campur lagi.

Rudy mengangkat gelas anggur, dan meneguknya, senyuman di sudut bibirnya semakin dingin.

“Dengarnya Gevin Sutedja mau bertunangan dengan nona keluarga Li ?” Hyesang bertanya lagi.

“Iya, ada masalah apa ya ?” Rudy sedikit mengangkat alisnya, dia tahu bahwa Hyesang tidak akan memperhatikan masalah pernikahan Gevin Sutedja dengan tanpa sebab.

“Dalam waktu dekat ini sebuah kasus yang diselidiki secara rahasia dalam dewan kota berhubungan dengan keluarga Li. Kalian lebih waspada lagi, seandainya keluarga Li terjadi masalah, jangan sampai ikut terlibat.” Hyesang mengingatnya.

“Hanya sekedar tunangan saja, belum tentu lagi kalau jadi menikah. Paling juga hanya nenek yang heboh sendiri.” Rudy menggoyangkan gelas anggurnya, lalu berkata dengan santai, setelah itu mengangkat gelas dan meneguk anggurnya.

“Malahan kamu, kapan mau menyajikan anggur pernikahanmu.”

Rudy sepertinya memang sengaja mengungkit yang lainnya, keriangan di wajah Hyesang sepertinya menjadi sedikit suram.

“Jam kerja, tidak ada waktu santai untuk bahas masalah pribadi samamu.” Hyesang menjawab dengan ekspresi serius.

Rudy tersenyum lamban, lalu berkata, “Seandainya demikian, aku tidak mengganggu pekerjaan sekretaris Sutedja lagi.”

Dia selesai berkata, pura-pura ingin berdiri, lalu Hyesang melototnya.

“Seperti biasa, Ahyon mungkin sudah terbiasa mengacuhkan aku.”

Rudy selesai mendengarnya, mengerutkan alis untuk merenung, “Seandainya perpisahan kalian pada sebelumnya karena salah paham, tidak ada yang tidak bisa dijelaskan. Hyesang, kamu pernah kepikiran tidak, setelah kalian berpisah, mungkin masih terjadi sesuatu lagi, yang membuat Ahyon menyerah total.”

Ahyon yang ada di dalam ingatan Rudy, sangat cantik, dan juga sangat lembut, lembutnya bagaikan air, namun selalu membawa kesan semangat.

Sedangkan Ahyon yang ada pada saat ini, adalah air yang berhenti mengalir, sama sekali tidak ada jejak hidupnya.

Seorang tidak mungkin berubah secara tiba-tiba, kecuali mengalami masalah yang tidak dapat diselesaikannya. Sementara dalam kondisi seperti ini, biasanya bukan masalah yang baik.

Hyesang terus mengerutkan bibirnya, perlahan-lahan mengepal tangannya, “Aku juga pikir seperti itu, juga suruh orang pergi menyelidiki. Tetapi tidak mendapatkan hasil apapun. Pada tahun itu, sejak kejadian dirinya dan Ahad, dan aku pergi dengan emosi, semuanya sudah hilang jejak. Pada masa dia menghilang, dia mengalami apa, dan terjadi apa, aku sama sekali tidak mengetahuinya.”

Nada bicara Hyesang penuh dengan kesan menyindir diri dan kesedihan, Rudy juga tidak enak banyak berbicara lagi, dikarenakan, dia memang tidak ahli dalam menghibur orang.

Dia berpikir, seandainya Clara yang menghadapinya, dia pasti akan berkata dengan nada serius : Sasaran Anda masih belum tersentuh, Anda masih perlu berusaha.

Hyesang mengangkat kepala dan menghabiskan anggur di dalam gelasnya, cairan anggur mengalir melewati tenggorokan, rasanya sangat pahit.

Hyesang meletakkan gelas anggurnya, sama sekali tidak menyentuh sumpit, sudah langsung mengambil jaket dan pergi meninggalkannya.

Siang ini Hyesang tidak ada jadwal lainnya, hanya saja jam dua ini masih ada rapat yang termasuk penting.

Setelah meninggalkan restoran makanan laut, dia langsung membawa mobil ke rumah orang tuanya.

Mobilnya berhenti tepat pada sebuah gedung yang berlantai tiga, Hyesang mendorong pintu dan turun dari mobilnya, melihat abangnya Demian Sutedja sedang berdiri di depan pintu sambil menatapnya.

“Abang, mana berani merepotkan abang yang datang menyambutku.” Hyesang berkata dengan nada bermain-main.

Tubuh Demian Sutedja yang tegap dan bentuk wajahnya yang tegas membuat dia kelihatannya sangat berwewenang, dan juga jarang untuk bersenyum, tentu saja memaki orang juga tidak ada ampunnya.

“Masih tahu pulang ya ? Sekretaris Sutedja begitu sibuk, bukannya sampai tidak ada waktu untuk pulang ya.”

Hyesang tetap saja tersenyum dan tidak berbicara. Tidak lama yang lalu, dia datang ke sini untuk menjenguk rekan lamanya, mobilnya berkendara melewati rumahnya sendiri, namun dia tidak pulang ke rumahnya. Dia benar-benar tidak ingin mendengar ibunya cerewet masalah pernikahannya lagi.

Hal yang paling tidak masuk akal lagi adalah, pernah sekali dia pulang di akhir pekan, kakak iparnya Meiji bahkan membawa pulang seorang wanita, katanya akan bertamu di rumah, tetapi bola matanya malah terus melekat pada tubuhnya. Sementara Hyesang juga bukan orang bodoh, mana mungkin tidak tahu kalau ini hanya sejenis kencan buta.

Apabila Hyesang kepikiran dirinya akan terus diperhatikan bagaikan barang jualan, seluruh tubuhnya menjadi tidak nyaman, sehingga semakin jarang pulang ke rumahnya.

Jarak waktu dirinya pulang ke rumahnya hingga saat ini, lebih kurang sudah satu bulan lebih dirinya tidak pulang ke rumahnya.

Hyesang mengikuti Demian Sutedja menginjak masuk ke rumah, di dalam ruang tamu, anggota keluarganya lengkap juga.

Dimas Sutedja sedang duduk di sofa sambil baca koran, pada sampingnya, Tary Cut sedang menonton sinetron. Kakak iparnya Meiji sedang memaki anak perempuannya Wenwen , anak ini sudah masuk sekolah menengah pertama, sehingga seluruh pemikirannya hanya terletak pada mempercantik diri, tidak terlalu fokus dengan pelajaran sekolah, hasil ujian kali ini juga ikut terjatuh, Meiji yang selesai menghadiri rapat di sekolah, reaksi wajahnya tidak pernah enak dilihat.

Wenwen sedang pusing karena amarah ibunya, ketika melihat kedatangan Hyesang, langsung berlarian menghampirinya.

“Paman muda ! Kamu sudah pulang ya.”

“ Wenwen bertambah tinggi lagi ya.” Hyesang mengelus kepala keponakannya dengan manja. Dia langsung melemparkan kunci mobil padanya, “Paman muda sebelumnya ada perjalanan dinas, ada bawa hadiah untukmu, kamu ambil sendiri.”

“Paman muda memang paling baik.” Wenwen berlarian keluar dengan penuh kesenangan, setelah itu, dia pulang dengan memeluk satu kantung dan kotak besar. Ada baju, ada boneka, bahkan juga ada aksesoris permata.

Meiji terus mengerutkan alis, “Kamu terlalu memanjakan dia, anak yang masih begitu kecil, buat apa kamu kasih permata padanya.”

“ Wenwen sudah menjadi gadis, seharusnya sudah berdandan dengan cantik.” Hyesang duduk di atas sofa dengan gaya santai, lalu mengingatkan lagi, “ Wenwen , pergi sekolah tidak boleh memakai aksesoris ya, kasih ibumu yang simpan dulu.”

“Tahulah.” Wenwen memberikan kotak aksesoris pada Meiji dengan penuh rasa tidak sudi.

Meiji melirik ke Demian Sutedja dengan sekilas, artinya suruh dia mengurus dulu adiknya dan anak perempuannya ini.

Novel Terkait

Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu