Suami Misterius - Bab 23 Harus Dapat

Sejujurnya, ia tidak tertarik dengan dongeng. Menurut Clara, adalah sebuah kebodohan terbesar bagi wanita untuk mengorbankan dirinya demi cinta. Oleh karena itu, ketika Marco mengkhianatinya, ia menangis dan sedih, tetapi sama sekali tidak pernah berpikir untuk putus asa. Itu sangat tidak pantas.

Tetapi pangeran dalam dongeng itu, bahkan jatuh cinta pada wanita yang salah. Ia bukanlah pria 'sampah', melainkan memang bodoh. Dua orang bodoh bersama-bersama, merupakan sesuatu yang aneh jika bisa berakhir bahagia.

Yang paling menyedihkan adalah bahwa ia sampai pada akhirnya pun tidak tahu bahwa dirinya mencintai wanita yang salah. Kekasihnya meninggal dan ia malah menikahi wanita yang licik untuk seumur hidupnya.

Meskipun Clara memiliki kritik terhadap naskah dan alur cerita itu, tetapi ia tetap harus mempelajarinya baik-baik. Ia harus mendapatkan peran ini.

Ia begadang untuk membaca informasi mengenai putri duyung dan Sutradara Chen. Ia bahkan membaca naskah asli dari dongeng Putri Duyung karya Andersen dan juga menonton beberapa karya film dari Sutradara Chen yang terdahulu.

Setelah itu, ia meminta Melanie untuk membeli sebuah pakaian putri duyung dari toko alat peraga.

Pada hari audisi itu, Clara juga tidak bermalas-malasan.

Wulan mengantar sarapan pagi ke kamar Clara. Ia sedikit terkejut ketika melihat Clara duduk di depan meja rias dan sedang menyisir rambutnya. "Selamat pagi, Non," sapa Wulan.

"Selamat pagi, Bi," balas Clara sambil tersenyum.

"Bangun pagi sekali hari ini," kata Wulan sambil memberikan sarapan pagi itu padanya.

Clara memakan sesuap bubur, lalu ia bercanda dengan menjulurkan lidahnya, "Aku akan mengikuti audisi hari ini. Aku agak gugup, tidak bisa tidur."

Wulan tersenyum setelah mendengarnya. Clara memang takut dengan ujian sejak kecil. Jika tidak memperoleh nilai sempurna, ia akan dimarahi oleh ibunya.

"Sutradaranya pasti tidak buta. Nona begitu cantik, kalau tidak memilih Nona, mau pilih siapa lagi."

Clara tersenyum menyeringai. Memilih aktris bukanlah memilih siapa yang cantik. Lagi pula, sekalipun memilih aktris yang cantik, masih banyak yang lebih cantik darinya.

Setelah memakan sarapannya, Clara pun langsung berangkat tanpa berdandan. Ia berpikir tidak perlu berdandan untuk berperan sebagai putri duyung.

Karena ini merupakan rekomendasi internal, hanya ada lima atau enam aktris saja yang datang untuk wawancara. Clara mendapat giliran yang terakhir.

Clara cukup tenang. Belum tiba gilirannya, ia sudah duduk diam dan menunggu. Ia melihat beberapa aktris di depannya yang sudah masuk terlebih dahulu. Beberapa di antaranya keluar setelah beberapa menit dengan raut wajah sedih. Kemudian, ada salah seorang di antara mereka yang masuk dan mengobrol selama hampir satu jam. Ia keluar dengan wajah penuh kemenangan, seolah-olah peran utama wanita itu telah diberikan padanya.

Clara menunggu hingga lebih dari tiga jam sebelum akhirnya asisten sutradara memanggil namanya.

Setelah mengiyakan panggilan tersebut, Clara segera mengeluarkan kostum putri duyung dari dalam tas dan mengenakannya. Asisten sutradara itu pun terkejut melihatnya. Tetapi, Clara tidak memedulikannya sama sekali.

Karena putri duyung tidak memiliki kaki, Clara yang mengenakan kostum dengan ekor ikan tersebut benar-benar tidak bisa membuka kakinya untuk berjalan, sehingga ia menuju masuk ke dalam ruangan dengan cara melompat-lompat.

Di dalam ruangan itu duduk sutradara, direktur eksekutif, penulis skenario, produser, dan lain-lain. Mereka semuanya tertawa ketika melihat Clara memasuki ruangan sambil melompat-lompat.

Sutradara Chen duduk di tengah dan tampak seperti seorang pria paruh baya yang ramah. Ia tersenyum, lalu bertanya pada Clara, "Nona, kamu memiliki ekor emas. Apakah ikan ini merupakan jenis ikan emas?"

Mendengar perkataan itu, orang-orang yang duduk di sebelah Sutradara Chen lagi-lagi tertawa.

Ada sebuah panggung berukuran sedang di dalam ruangan itu. Clara melompat hingga ke bagian tengah panggung, kemudian menjawab pertanyaan Sutradara Chen itu dengan serius, "Aku adalah putri duyung."

Sutradara Chen tersenyum dan mengangguk, lalu mengambil data informasi mengenai Clara yang terletak di sampingnya.

"Clara Santoso?"

"Benar," jawab Clara sambil mengangguk dan tersenyum manis pada orang-orang yang ada di bawah panggung.

Sutradara Chen merasa optimis. Gadis belia berusia 19 tahun yang polos. Setidaknya, dari segi usia dan penampilan sangat cocok dengan karakter Sonia sebagai putri duyung di dalam film tersebut.

"Silakan mulai," perintah Sutradara Chen sambil melambaikan tangannya.

Secara umum, mereka yang melakukan audisi akan memilih sebuah plot di dalam naskah untuk diperankan. Akan tetapi, Clara hanya membaca garis besar dari naskah tersebut. Ia memahami alur ceritanya secara garis besar saja, tetapi tidak mengingat dialog yang harus diucapkannya.

Sebenarnya, Clara tidak berencana untuk berakting. Ia tidak mengerti apa-apa mengenai akting dan tidak mungkin baginya untuk menunjukkan kekurangannya.

Ia berdiri dengan tenang di atas panggung, mengambil mikrofon, dan berdeham. Kemudian, di luar dugaan, ia menyanyikan sebuah lagu berjudul Polaris dalam bahasa Eskimo.

Clara memiliki suara yang indah, suaranya ringan dan enak didengar. Apalagi, ia pernah belajar musik vokal selama beberapa tahun, sehingga ia dapat bernyanyi dengan cukup baik.

Setelah Clara selesai menyanyi, mereka yang menonton itu tersenyum dan bertepuk tangan.

"Nona, kamu bernyanyi dengan baik. Sayangnya, kami akan memilih aktris hari ini, bukan memilih penyanyi," kata sang produser membuka pembicaraan.

Clara memandang pria itu. Karena tidak mengetahui identitasnya, sehingga ia dengan hormat memanggil pria itu dengan sebutan guru. "Guru, aku sedang melakukan plot pertama dalam naskah."

"Oh? Plot pertama?" tanya si penulis skenario. Naskah itu ditulis olehnya, bagaimana mungkin ia tidak ingat kalau di dalamnya ada plot tentang menyanyi.

Penulis skenario itu menundukkan kepala dan membuka kembali naskah tersebut. Setelah membaca ulang isi naskah pada halaman pertama dengan teliti, ia tidak dapat menahan tawanya.

Awal dari cerita itu adalah pada lautan yang luas, duduklah putri duyung cantik pada sebuah batu sambil menggoyangkan ekornya dengan santai.

Dalam legenda kuno, putri duyung adalah kutukan bagi pelaut. Mereka menggunakan nyanyian yang indah untuk menggoda pelaut. Dan ada satu akibat yang akan terjadi jika pelaut itu pergi mengikuti suara tersebut, yaitu terkubur di dasar laut.

Setelah nyanyian itu berhenti, maka putri duyung akan melompat ke dalam lautan dan segera menghilang.

Bagian cerita itulah yang dipilih oleh Clara untuk ditampilkan pada saat audisi. Memang terkesan seperti mengambil kesempatan dalam kesempitan. Tetapi, harus diakui juga bahwa ia sangat cerdas.

Setidaknya, ia tahu bagaimana cara menutupi kelemahannya.

"Clara, aku telah melihat data-datamu. Seorang mahasiswi jurusan Penyiaran dan Jurnalistik di Universitas A, tidak pernah belajar tentang akting, bahkan hal-hal yang paling dasar pun tidak mengerti," kata produser film itu.

Clara merasa dirinya terus menjadi target dari produser itu. Ia mengerutkan alisnya, kemudian dengan penuh hormat, ia menjawab dengan jujur, "Aku memang tidak mengerti, tapi aku bisa belajar."

Sutradara Chen dalam sebuah wawancara dengan seorang reporter pernah mengatakan bahwa ia dapat menerima pendatang baru untuk berperan dalam film Putri Duyung. Oleh karena itu, meskipun Clara tidak mengerti tentang akting, itu seharusnya tidak menjadi sesuatu yang fatal.

"Tugas para kru dalam pembuatan film sangat padat, bukan malah digunakan untuk melatihmu ……," produser itu kembali berbicara. Tetapi, kata-katanya itu dipotong oleh Sutradara Chen.

"Penampilanmu sangat baik, Nona. Pulanglah dulu dan tunggu kabar selanjutnya dari kami," kata Sutradara Chen.

Karena Sutradara Chen berkata demikian, maka produser itu pun tidak berani berbicara lagi. Clara membungkukkan badan dengan hormat pada orang-orang tersebut. Setelah itu, ia menarik ekornya dan keluar ruangan dengan melompat-lompat.

Ruangan itu kembali dipenuhi dengan suara tawa.

"Hanya ini saja kan yang datang untuk wawancara hari ini?" tanya Sutradara Chen. Ia lalu membereskan dokumen-dokumen dan segera berdiri, terlihat jelas kalau ia hendak pergi.

Produser itu segera menghampirinya, kemudian tersenyum dan berkata, "Sutradara Chen, tunggu sebentar, masih ada satu orang lagi, yaitu Nona Yunita. Dia sedang melakukan syuting film di luar negeri beberapa waktu ini. Dia sengaja pulang hari ini demi mengikuti wawancara dengan Anda. Mungkin ada penundaan penerbangan……"

"Produser Dong, kamu tahu kalau aku paling tidak suka terlambat, apa pun alasannya," kata Sutradara Chen sambil membawa dokumen-dokumen dan berjalan keluar. Penulis naskah, Helen, mengikutinya, mereka berdua berjalan sambil mengobrol.

"Gadis bernama Clara ini sungguh menarik. Selain tidak pernah belajar akting, hal-hal lainnya sangat sesuai dengan karakter Sonia di dalam film. Matanya yang berair itu seolah dapat berbicara, terlebih lagi kepribadiannya, sangat polos. Ini sangat mirip dengan putri duyung Sonia," kata Helen.

Ia sangat jarang berbicara panjang lebar hanya untuk memuji seseorang.

"Ya," jawab Sutradara Chen sambil mengangguk, menandakan bahwa ia setuju dengan Helen.

Novel Terkait

The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu