Suami Misterius - Bab 195 Asli Dan Benar

"Aku dengar kamu ada di kota C?" Raymond bertanya.

Aldio, dengan satu tangan di dahinya, berkata dengan tak berdaya: "Rudy masukkan kekasihnya yang bernama Rosa ke tim produksi dan hanya bisa bikin masalah. Dia hampir saja membuat sutradara andalan aku pergi. Gimana aku tidak langsung ke sini?"

"Kapan kamu akan pulang? Besok aku sudah ajak Rudy dan Fandy untuk main bola. tidak bisa main tanpamu," kata Raymond lagi.

"Jangan khawatir, aku sudah mau naik ke pesawat sekarang. Aku mungkin sudah terbang kembali ke kota A semalam, jika bukan karena kekasih legendaris Rudy ini." Aldio menjawab.

"Apakah kamu sudah ketemu Clara? Itu baru kekasih dia yang sebenarnya. Jika kamu belum bosan hidup, jangan memprovokasi dia. Rudy paling menjaga dan sayang dengan wanitanya, kamu bukannya tidak tahu,"

Raymond memperingatkan.

"Beneran tuh?" Aldio terdengar ragu-ragu dalam nada bicaranya. "Clara memang cantik, tetapi masih banyak wanita yang lebih cantik darinya. Kali ini Rudy serius ya?"

"Asli dan benar." Raymond berkata, "Rudy sudah ditakhlukkan wanita ini, nanti kamu juga akan tahu segalanya, lihat saja."

.........

Setelah Aldio pergi, Rosa untuk sementara ini benar-benar patuh dan tidak bertingkah. Akting Rosa termasuk layak dipuji. Sutradara Liu merasa puas.

Proses syuting berjalan lancar, lebih mulus dari yang diperkirakan. Awalnya menjadwalkan dua bulan, ternyata hanya butuh satu bulan lebih sudah bisa menyelesaikan semua proses syuting.

Seluruh film dibagi menjadi dua bagian, bagian pertama dari cerita berlangsung di sekolahan, lokasi pengambilan gambar di kota C. Bagian kedua dari cerita ini terjadi setelah bertahun-tahun kemudian, para pemeran sudah mulai masuk ke dalam masyarakat, kisah reuni terjadi di kota metropolis yang ramai, dan tempat syuting juga berubah dari Kota C ke kota A.

Adegan terakhir Clara di syuting sore itu. Sesudah itu dia memesan pesawat untuk malam itu juga dan terbang kembali ke kota A.

Kali ini begitu lama tidak ketemu Wilson dan Rudy. Sekarang dia sangat berharap dia bisa segera terbang pulang dengan sayapnya.

Melanie berjongkok di lantai untuk berkemas, Clara mengambil kartu kamar di meja, "Kemasnya pelan-pelan saja, aku kembalikan kartu ini ke wakil sutradara dulu."

Wakil sutradara tim produksi bertanggung jawab untuk mengambil semua kartu kamar aktor untuk proses check out.

Clara berjalan keluar dari kamar menuju ke lift. Kamar wakil sutradara ada di lantai bawah.

Ketika Clara berjalan di koridor yang sepi, ada sebuah pintu kamar tiba-tiba terbuka, terdengar suara pintu.

Clara melihat ke arah sumber suara, Kamar 303 adalah kamar Yunita.

Di dalam pintu, terlihat ada dua tubuh masih berpelukan, sepertinya berat untuk berpisah. Nalan menekan Yunita ke dinding, masih sedang berciuman. Salah satu tangannya melingkari pinggang Yunita dan tangan yang lainnya sudah masuk ke dalam roknya.

Clara meliriknya sekilas, dan merasa pemandangan itu benar-benar membuat matanya menjadi pedas.

Nalan Qi kemarin datang mengunjungi Yunita, dan mengundang para pemain dan staf untuk minum. Sama seperti Lauren, ketika dia dikunjungi di lokasi film "Putri Duyung", terlihat sangat berlebihan.

Dulu Lauren, sekarang Yunita. Siapa berikutnya?

Clara melewati pintu mereka dan berjalan dengan cepat ke lift tanpa menoleh lagi.

Setelah Clara menyerahkan kartu kamar dan kembali, Melanie sudah selesai mengepak koper, mereka berdua menyeret koper dan langsung ke bandara.

Mereka tiba di bandara tepat waktu. Setelah melewati pemeriksaan keamanan, mereka memasuki ruang tunggu. Clara melihat arlojinya. Masih ada waktu sekitar sepuluh menit sebelum pesawat lepas landas.

Sebelum masuk pesawat, Clara menelepon Rudy.

Ketika telepon terhubung, dia berbicara dengan suara manja, "Rudy, aku sudah mau naik pesawat. Aku tiba di kota A dalam waktu dua jam. Jangan lupa jemput aku ya."

"Baik." Suara khas dan magnetis Rudy menjawabnya, samar-samar terdengar suara tertawa kecil.

Di ujung yang lain, dia ada di rumah keluarga Tikar.

Istri kakek Tikar sudah meninggal lebih dari sepuluh tahun yang lalu. Hanya tersisa kakek Tikar. Dia sudah berusia sembilan puluhan tahun tapi masih memiliki tubuh yang kuat.

Nyonya Sutedja, Adisti Tikar, adalah putri tertua Kakek Tikar. Dia paling diperhatikan dan dimanja oleh ayahnya. Meskipun pernikahannya tidak begitu bahagia, itu tidak mempengaruhi posisinya di keluarga dan di hati Kakek Tikar.

Adik perempuan dan adik ipar Adisti juga sangat menghormatinya, inilah yang menjadi dukungan kuat untuk Rudy dan Ardian.

Terutama Rudy, dia adalah cucu yang paling disayang Kakek Tikar.

Rudy menutup telepon, kembali ke ruang kerja, dan melanjutkan permainan catur tadi yang belum selesai dengan kakek Tikar.

Permainan catur antara kakek dan cucu ini membutuhkan hampir satu jam untuk menyelesaikannya. Hasil akhirnya adalah Kakek Tikar menang dengan selisih yang kecil.

Pelayan masuk, membereskankan papan catur dan potongan-potongan catur, dan menyajikan dua cangkir teh panas.

Kakek Tikar mengangkat cangkir teh, sambuil tersenyum berkata "Capek tidak main catur dengan orang yang sudah tua."

"Anda jangan ngomong begitu, tidak capek kok" Rudy sangat rendah hati dan hormat di depan orang tua itu.

Kakek Tikar menggelengkan kepalanya. "Kamu jangan pikir aku sudah sangat tua, tapi aku tidak buta. Setiap kali kamu bermain catur denganku, kamu dengan sengaja mengalah beberapa nilai. Kalau tidak capek sih aneh."

Rudy hanya tersenyum pelan, ini sudah berarti tidak membantahnya lagi.

"Biasanya murid akan lebih hebat daripada gurunya sesudah belajar lama." Kakek Tikar berkata dengan tak berdaya. Keterampilan catur Rudy diajarkan melalui tangannya.

Setelah itu, Kakek Tikar menunjuk ke arah teh di atas meja, "Pou Nay Tea

dari Yunnan, paman ketigamu tidak tahu beli di mana, dan menghadiahkan untukku. Lumayan enak, kamu coba minum."

Rudy meraih cangkir teh keramik di depannya, buka tutup teh dua kali, mendekatkan di bibir dan menyesapnya, memang benar, ini teh yang sangat enak.

"Teh yang enak." Rudy berkata.

"Aku akan minta Bibi Liu untuk mengepakkan sedikit untuk kamu bawa pulang nanti. Jauh lebih baik untuk memelihara kesehatan orang dengan teh daripada kopi dan wine," kata kakek Tikar.

Paman ketiga keluarga Tikar bekerja di bea cukai. Tidak perduli di dalam atau luar negeri, apabila mendapatkan barang-barang bagus pasti dikirim ke kakek Tikar, karena kakek Tikar jarang menggunakannya, maka sebagian besar biasanya untuk Rudy dan Ardian.

Rudy mengangguk dan menyesap teh lagi.

"Aku lihat kamu selalu ceria belakangan ini. Apa yang terjadi?" Kakek Tikar bertanya lagi.

"Oh?" Rudy tersenyum dan ujung alisnya terangkat sedikit.

"Dapat dilihat dari papan catur, gerakan pembunuhan sebelumnya sangat sengit, tapi sekarang jauh lebih lembut." Senyum Kakek Tikar penuh makna. "Kasmaran?"

Bibir Rudy terasa hangat, dan wajahnya diwarnai dengan senyuman tipis.

"Yah, aku baru saja berkencan dengan seorang gadis. Kalau ada kesempatan di lain waktu, aku akan mengajaknya menemui anda."

Rudy tidak bisa menyembunyikan apa pun dari kakek Tikar.

Kakek Tikar menganggukkan kepala dengan jelas, "Aku sudah pernah bilang sebelumnya, kamu dan Markisa tidak cocok. Ibu dan bibi kamu terlalu keras kepala. Mereka ingin menjodohkan kalian, padahal kalian masih hubungan kerabat. Sekarang kamu sudah memiliki hubungan dengan wanita lain, kamu harus segera menjelaskannya kepada Markisa. "

"Aku tahu." Rudy mengangguk.

"Markisa kebetulan ada di rumah hari ini. Lebih baik secepat mungkin daripada terlambat, Hal seperti ini memang harus segera dilakukan. Markisa juga sudah tidak muda lagi, dan tidak boleh menunda dan membuang waktunya." Kakek Tikar menghela nafas tanpa daya.

Rudy berjalan keluar dari ruang kerja dan menatap jam tangan baja di pergelangan tangannya. Dia ragu apakah harus mencari Markisa dan berterus terang dengannya dulu lalu kemudian pergi ke bandara untuk menjemput Clara.

Kebetulan, pada saat ini Bibi Liu datang dan berkata kepada Rudy, "teh yang dibawakan paman ketiga kemarin ada di tempat Nona Markisa. Dia bilang sudah dibungkus rapi. Kamu sudah bisa pergi ambil."

"Baiklah." Rudy menjawab dan berjalan ke atas dengan kaki panjangnya.

Novel Terkait

1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu