Suami Misterius - Bab 668 Kamu Tidak Akan Bisa Mengelak

Rahma Mirah memeluk anaknya dengan wajah sedih menatap Rudy, wajahnya terlihat seperti ingin menangis.

“Kita tidak perlu melakukan perdebatan yang tidak perlu, setelah hasil test DNA keluar, kamu tidak akan bsia mengelak.”

Mata tajam Rudy melihat kearah ibu dan anak itu dengan dingin.

Bobo di rangkul Rahma dalam pelukannya, matanya berkaca-kaca, bibirnya mengkerut karena sedih, memang terlihat sangat kasihan.

Namun yang seharusnya merasa iba padanya seharusnya ayah kandungnya, tidak ada hubungan dengannya.

Rudy tidak ingin membuang waktu dengan bicara yang tidak penting, setelah pintu lift terbuka, ia langsung masuk ke dalam lift bersama asistennya.

Rahma memeluk putranya di luar lift, hanya melihat angka di lift berganti.

“Ibu, aku ingin truk.”

Bobo berkata dengan mata mengerjap.

“Baiklah, ayo kita beli.”

Rahma mengulurkan tangan untuk memegang wajahnya, lalu menggandeng tangan putranya meninggalkan tempat itu.

Keduanya baru meninggalkan pintu lobby, ponsel Rahma sudah bordering.

Satu tangannya menggandengn tangan putranya, satu tangannya mengangkat telfon.

Itu adalah telfon dari Gevin, ia bertanya dimana mereka sekarang.

“Aku dan Bobo didepan pusat test DNA.”

Rahma Mirah menjawab.

“Pusat test DNA yang ada di Patimura bukan? Kebetulan aku ada disekitar sana, aku bisa menjemput kalian.” Gevin berkata.

Rahma baru ingin mengatakan tidak perlu, Gevin sudah mematikan telfon.

Rahma hanya bisa membawanya menunggu didepan pintu pusat test DNA.

“Apakah Paman Gevin akan datang menjemput kita?” Bobo mengangkat kepalanya sambil bertanya.

“Hm.” Rahma mengangguk sambil tersenyum.

Bobo merasa senang sampai mengangkat tangannya.

Lalu mobil Gevin datang, berhennti tepat didepan mereka.

Gevin membuka pintu mobil dan turun, Bobo melihatnya turun langsung berlari ke dalam pelukannya.

“Paman Gevin!”

“Bobo.” Gevin mengulurkan lengannya, mengangkat Bobo tinggi dan meletakkannya diatas bahunya.

Dia bertanya sambil tersenyum, “Apakah Bobo merindukan paman?”

“Rindu.” Bobo mengangguk dengan semangat.

Gevin mengulurkan tangan untuk mengelus kepalanya, lalu mengangkat wajahnya menatap Rahma, dan bertanya : “Dimana Paman kecil?”

“Setelah Rudy mengambil darah langsung pergi.”

Rahma menjawab, nada bicaranya yang datar terdengar murung.

Gevin menghela dan berkata dengan nada tidak berdaya, “Paman sungguh tidak berperasaan.”

Rahma mengetatkan bibirnya, kelopak matanya terlihat memerah.

“Naiklah.” Gevin membuka pintu mobil, menyuruh Rahma dan Bobo naik keatas mobil.

Lalu mobil meninggalkan pusat test DNA, mulai masuk ke jalan raya.

Rahma dan Bobo duduk di posisi belakang, sementara Bobo terus mengatakan ingin membeli mobil truk mainan.

Lalu Gevin menghentikan mobil didekat pusat perbelanjaan disekitar sana.

Di lantai 5 ada area perlengkapan anak, satu tangan Bobo menggandeng Rahma, satu tangannya lagi menggandeng Gevin, berlari dengan wajah yang begitu penuh semangat ke rak yang menjual mainan.

Di rak yang begitu indah terpajang beraneka ragam mobil mainan, Bobo berjinjit menunjuk truk diatasnya.

“Ibu, Bobo mau yang itu.”

Rahma melihat harga diatasnya, menolak seperti biasa.

“Bobo, truk plastic yang ada dibawah juga sama bagusnya, kita beli ini ya?”

“Tidak mau, Bobo mau yang itu.”

Bobo mengkerutkan bibir dan berkata dengan wajah keras kepala.

“Baiklah, kita beli yang ini saja.” Gevin mengulurkan tangan mengelus kepala Bobo, lalu menyuruh kasir membuat notanya.

“Paman Gevin yang terbaik.” Bobo memeluk kaki Gevin sambil tersenyum lebar.

Namun Rahma malah terlihat begitu tidak berdaya, “Gevin, kamu jangan terlalu memanjakannya.”

“Hanya mainan saja. Bobo adalah akan keluarga Sutedja, kelak dia bisa menikmati semua fasilitas seorang Sutedja yang seharusnya.”

Gevin berkata dengan nada bicara yang yakin dan tegas.

Rahma mengangguk dengan mata berkaca-kaca.

Setelah status Bobo dipastikan, dia akan bisa sama seperti anak Clara, ia bisa mendapatkan apapun yang ia inginkan, sekolah di sekolah yang bagus, mengenakan pakaian dan menggunakan barang yang terbaik.

Setelah kasir menggesek kartunya, ia mengeluarkan mainan dari etalase mainan, memasukkannya kedalam kotak yang begitu bagus, lalu menyerahkannya pada Bobo.

Bobo memeluk kotaknya dengan erat bagaikan sedang memeluk harta karun.

“Bobo, sudah berterima kasih pada Paman Gevin belum?”

“Terima kasih Paman Gevin.” Bobo berkata dengan lantang.

Bobo memang yang paling penurut, ayo, paman ajak kamu makan dessert ke lantai bawah.”

Gevin menggandeng Bobo, lalu naik lift turun ke lantai bawah.

Di lantai satu pusat perbelanjaan ada sebuah restoran western yang cukup mewah, Gevin mengajak Rahma dan Bobo berjalan masuk ke dalam.

Karena bukan jam makan, orang dalam restoran tidak banyak, mereka memilih posisi yang dekat dengan jendela dan duduk disana.

Pelayan membawakan buku menu, Gevin langsung menyodorkannya pada Bobo.

Mata Bobo langsung tertuju pada gambar kue yang tergambar cantik di buku menu, lalu ia menatap kearah Rahma dengan ragu.

“Hanya boleh makan satu.” Rahma berkata.

“Oh.” Bobo mengerutkan bibirnya, lalu memesan sepotong kue coklat.

Gevin tersenyum sambil mengelus kepalanya, lalu memesan sepotong kue stroberi, sebuah pizza juga dua porsi steak, ia juga memesan beberapa makanan kecil.

Makanan yang ia pesan memenuhi meja mereka, Gevin menyerahkan tart stroberi yang ia pesan ke depan Bobo.

Bobo tersenyum sampai matanya menyipit.

“Gevin, kamu terlalu memanjakannya.” Rahma berkata dengan malu.

“Ayah jaman sekarang sudah terbiasa memanjakan anaknya.” Pelayan yang sedang mengantarkan steak mereka berkata sambil tersenyum.

Rahma refleks ingin mengelak, namun Gevin segera menahan tangannya.

“Pesan satu milk tea lagi.” Gevin hanya tersenyum, namun sama sekali tidak ada niat menjelaskan.

Bobo menggunakan garpu kecil memakan kue tartnya, dia juga tidak lupa menggulung baju lengan panjangnya, memperlihatkan pada Gevin bekas tusukkan jarum di lengannya, “Paman Gevin, hari ini Bobo disuntik, sakit sekali.”

“Lalu Bobo menangis tidak?” Gevin bertanya sambil tersenyum.

“Tidak. Bobo adalah seorang pria sejati.” Bobo berkata sambil mendongakkan wajah kecilnya.

Rahma tertawa kecil, mengambil tissue untuk membersihkan mentega yang menempel di sudut bibirnya, “Iya benar, pria sejati kecil, yang hari menangis sampai berderai airmata dan penuh ingus itu bukan kamu.”

Gevin memegang pisau dan garpu sambil menahan tawa, ia memotong steak sambil bertanya, “Bukankah sudah pernah melakukan test DNA, kenapa harus test ulang, bukankah itu sama saja menyiksa anak.”

Rahma tersenyum kecut, senyumnya penuh cibiran.

“Mungkin karena aku tidak pantas untuk di percaya. Tapi, setelah hasil testnya keluar, dia tidak akan bisa mengelak lagi.”

“Begitukah menurutmu?” Gevin tersenyum sambil menggeleng.

“Kalau tidak?” Rahma terlihat bingung.

Gevin menggigit sepotong steak yang begitu segar dan empuk, tersenyum sambil menggeleng, “Rahma, apakah kamu terlalu lama tinggal di keluarga Rugos sehingga melupakan aturan didunia kita.”

Rahma tetap menatapnya dengan tatapan heran.

Gevin mengambil tissue dan mengelap mulutnya, lalu berkata : “Kuceritakan satu hal padamu. Apakah kamu pernah mendengar nama Aston Villa?”

Rahma mengangguk, “Ia merupakan actor yang ternama di Tianxing Media ketika itu. Ia keluar dari dunia entertain karena narkoba.”

Novel Terkait

Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu