Suami Misterius - Bab 540 Mengambil Kesimpulan Dari Pelajaran

Wanda duduk di lantai, sambil menghapus air mata, sambil berkata dengan tampang kasihan :”Aku wanitanya Revaldo, dia memberikan apa kepadaku, aku akan menerimanya.

Kalau dia tidak memberikan padaku, aku juga tidak akan mempermasalahkan apapun.

Lagi pula, Lili anak kandungnya Revaldo, juga cucu keluarga Sutedja, dia ada hak untuk mewariskan warisan Revaldo.”

Nenek Sutedja selesai mendengar kata-katanya, senyuman di wajahnya semakin dingin.

Inti dari wanita ini tetap saja menginginkan uang, namun Revaldo baru saja meninggal dunia ! “Revaldo sudah menjadi debu juga, apakah anak perempuanmu anak kandungnya Revaldo, tidak ada yang bisa mengetahuinya.”

“Nenek, Lili anak kandungnya Revaldo…”

“Kamu masih tidak ada hak memotong pembicaraanku.”

Nenek Sutedja membentak dengan penuh amarah.

Meskipun umurnya telah menginjak angka sembilan puluh, namun kesehatan tubuhnya sangat stabil, auranya juga sangat berwibawa.

“Biarpun dia anak kandung Revaldo, terus bagaimana.

Kami keluarga Sutedja tidak kekurangan cucu perempuan.”

“Nenek !”

Wanda memeluk anaknya dan mulai menangis tragis.

Namun Nenek Sutedja sudah kehilangan kesabaran untuk menonton dramanya.

Beberapa strategi Wanda ini, mungkin bisa kalau digunakan untuk membohongi lelaki, namun sama sekali tidak mungkin bisa mengelabui nenek.

“Kamu bukannya terus mengeluh tidak bisa hidup tanpa Revaldo, kalau begitu kamu temani saja dia di dunia sana.”

Wanda sangat terkejut dan tidak bisa berkata apapun.

Hanya terlihat Nenek Sutedja melambaikan tangannya, dua orang pengawal berbadan tegap berjalan menghampirinya dan langsung menyeret Wanda untuk keluar dari tempat ini.

Wanda menjerit drastis, “Nenek, nenek, Revaldo baru saja pergi, kamu tidak boleh begitu padaku….nenek, tolong ampuni aku….” Akan tetapi, tidak peduli bagaimanapun dia menjeritnya, Nenek Sutedja sama sekali tidak bereaksi.

Orang lain, khususnya ibu anak Nalan Vi bertiga, hampir saja akan tertawa keceplosan.

Akhirnya mereka melampiaskan juga emosi ini.

Setelah Wanda dan anaknya di bawa pergi, di depan kuburan akhirnya bisa sunyi kembali.

Clara mendekatkan Rudy, lalu bertanya dengan nada khawatir, “Apa akan terjadi pembunuhan ?”

“Tidak mesti juga.”

Rudy menjawabnya.

Akan tetapi, Wanda jatuh di tangan nenek, pastinya akan terluka berat meskipun tidak sampai meninggal dunia.

Sedangkan gadis yang bernama Lili, seandainya dia seorang anak laki-laki, mungkin saja masih bisa berkedudukan di keluarga Sutedja, tetapi sayangnya dia seorang anak gadis, keluarga Sutedja tidak kekurangan cucu perempuan, sepertinya nenek tidak akan peduli padanya.

Gaya pemikiran mementingkan anak laki-laki sudah tertanam dalam pada keluarga Sutedja.

Jika tidak, Sutedja Group mana mungkin hampir habis dibuat foya-foya oleh Revaldo.

Berdasarkan kemampuan, Ardian jauh lebih hebat dibandingkan Revaldo.

Setelah itu, pemakaman Revaldo berjalan dengan lancar.

Ekspresi Nenek Sutedja dan Arima penuh dengan kesedihan, Nalan Vi dan Gevin berlutut di depan kuburan, menangis dengan penuh kesedihan.

Pada kenyataannya, Nalan Vi sudah tidak ada perasaan apapun lagi terhadap Revaldo, namun setelah Revaldo meninggal dunia, dia bersama anaknya juga kehilangan andalannya, daripada mengatakan bahwa Nalan Vi sedang menangis untuk Revaldo, lebih baik dibilang dia sedang menangis untuk dirinya sendiri.

Sementara Rudy berdiri di depan kuburan, tubuhnya berdiri tegap, lalu menatap foto di batu nisan kuburan dengan tatapan datar.

Dalam seumur hidup Revaldo, Revaldo berupaya licik dan telah melakukan begitu banyak kejahatan, dia mati begitu saja, memang terlalu gampang bagi dirinya.

Clara berdiri di sampingnya, menggenggam tangannya dengan ringan, lalu menatapnya dengan penuh kecemasan.

Rudy sedikit mengeratkan tangannya, terus mengerutkan bibirnya dan tidak berkata apapun.

Setelah upacara pemakaman selesai dilaksanakan, semua orang pulang ke mansion keluarga Sutedja, Nenek Sutedja ingin mengadakan rapat kecil untuk keluarganya.

Rudy membawa mobil, berkendara ke arah mansion keluarga Sutedja, Clara duduk di kursi samping pengemudi, sepertinya sangat kebingungan.

“Revaldo baru saja meninggal dunia, pada saat ini nenek seharusnya sedang bersedih hati, tetapi dia bahkan ada selera mengadakan rapat keluarga ?”

Jangan-jangan dia mau mengambil kesimpulan pelajaran dari kematian Revaldo, lalu menyuruh kita mengambil hikmahnya ?”

Rudy selesai mendengarnya, rasanya sangat tidak berdaya.

Wanita kecilnya ini, terlalu hebat imajinasinya.

“Revaldo mati karena ulah sendiri. Tetapi nenek begitu membela dia, jelasnya sudah menuduh semua tanggung jawabnya pada Wanda.

Jadi, tidak perlu menyimpulkan lagi.

Sekarang Revaldo sudah meninggal dunia, nenek khawatir dirinya juga tidak banyak waktu tersisa lagi, seharusnya dia mau mengatur jalan keluar untuk kakak beradik Gevin.

Kalau aku tidak salah menebak, takutnya mereka mau memperhitungkan lagi mengenai perusahaan.”

“Kalau begitu kamu harus waspada.”

Clara berkata, “Lelah juga lahir di keluarga Sutedja, setiap harinya harus waspada sana sini.

Atau kita gelapkan saja semua uang perusahaan, jadi perusahaan itu juga hanya tersisa cangkang kosong saja, kasih saja kalau mereka mau.”

“Ide yang lumayan bagus juga.”

Rudy tersenyum dengan santai.

Pada saat itu, mobil telah berkendara masuk ke mansion dan berhenti di depan villa.

Rudy dan Clara turun mobil dengan bergiliran, dan masuk ke dalam villa.

Di dalam ruang tamu, anggotanya telah lengkap. Nenek Sutedja duduk di posisi paling tengah, sisi kirinya adalah Arima, sisi kanannya diduduki oleh Nalan Vi beserta kedua anaknya.

Rudy menggandeng Clara, duduk di sisi lainnya dari sofa.

Nyonya Sutedja dan Ardian sementara ini masih belum mengetahui kabar meninggalnya Revaldo, sehingga tidak ikut hadir.

Nenek Sutedja baru saja ingin memperjuangkan kesejahteraan Gevin dan Viona, memanfaatkan kematian Revaldo, bermaksud untuk menyerang Rudy yang tanpa waspada.

Dia tentu saja tidak mungkin menyuruh nyonya Sutedja dan Ardian Sutedja ikut hadir, tidak mungkin juga membiarkan mereka memberikan bantuan kepada Rudy.

Setelah sekumpulan orang duduk di tempat, Nenek Sutedja langsung berkata dengan terus terang :”Rudy, kakak sulungmu sudah meninggal dunia, segala dendam kalian pada masa lalu, biarkan saja berakhir di sini.”

Suaranya sangat serak, orangnya juga terkesan pucat dan tua.

Kelihatannya kematian Revaldo memberikan tekanan yang sangat besar terhadap nenek.

Rudy tidak berbicara, tatapannya sangat dalam, membuat orang sulit menebak pemikirannya.

Nenek Sutedja juga tidak ada tenaga untuk menebak isi hatinya lagi, sehingga hanya bisa menahan canggung dan terus berkata :”Revaldo sudah meninggal, 10% saham Sutedja Group yang berada di bawah namaku, juga sudah balik nama untuk Gevin.

Saat ini umur Gevin juga tidak muda lagi dan juga sebagai pemegang saham perusahaan, kamu lihat apakah perusahaan ada jabatan yang cocok, coba mengaturkan untuk diduduki Gevin.”

“Menurutmu jabatan apa yang cocok ?”

Rudy bertanya dengan nada datar, wajah tampannya sama sekali tidak bereaksi.

“Kamu waktu dekat ini bukannya sedang melakukan persiapan untuk membangun perusahaan Electric Technology, Gevin lulusan management, membiarkan saja dia mengelola perusahaan baru.”

Nenek Sutedja berkata dengan kesan sewajarnya.

“Banyak orang lulusan management di dalam negeri pada setiap tahunnya, namun tidak setiap orang sanggup mengelola perusahaan.”

Rudy berkata dengan nada dingin, tatapannya melirik sekilas ke arah Gevin.

“Gevin tidak ada pengalaman nyata dalam mengelola perusahaan, aku akan mencari wakil CEO yang berpengalaman untuk membantunya.”

Mencari orang mengawasi Gevin dengan terang-terangan.

Kekuasaan seorang wakil CEO pada perusahaan memang tidak kecil, sedangkan apakah berhasil merengut kekuasaannya, harus melihat kemampuan Gevin sendiri.

“Calon wakil CEO, kami yang menentukannya.”

Arima tiba-tiba membuka mulut dengan ekspresi suram.

Rudy tersenyum sekilas, namun senyuman di wajahnya sangat tidak nyata, tatapan matanya tetap saja terkesan dingin.

“Kalau kamu memiliki calon wakil CEO yang hebat, sebelumnya juga tidak akan membiarkan Revaldo menghabiskan uang perusahaan.

Kamu tidak setuju aku mengaturkan wakil CEO, jadi aku langsung memberikan perusahaan baru ini ke Gevin ya?”

“Arima, kamu diam. Ikuti saja dengan permintaan Rudy.”

Nenek Sutedja langsung menentukan hasil pembahasannya.

Dia lebih tahu diri dibandingkan Arima, masing-masing mundur satu langkah, lebih mempermudah menemukan solusinya.

Jika tidak, apabila memancing amarah Rudy, dia tidak mengizinkan Gevin bekerja di perusahaan Electric Technology dan mereka juga tidak berdaya apapun.

“Ibu, terus Viona ?

Umur Viona juga tidak muda lagi, bukan solusi juga kalau membiarkan dia terus bersantai-santai.”

Nalan Vi membuka mulut tepat pada waktunya, “Rudy, bagaimana kalau membiarkan Viona belajar dulu di departemen sekretaris ?”

Novel Terkait

More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu