Suami Misterius - Bab 177 Tidak Punya Nasib Menjadi Nyonya Muda

Nalan Vi baru akan mengamuk, tiba-tiba terdengar suara Nyonya Besar Sutedja bertanya, “Terburu-buru seperti itu, ada apa?”

“Nona Viona tidak sengaja menumpahkan wine merah ke gaun Nona Clara, Nona Clara pamit pulang lebih awal, memintaku untuk menyampaikan pesan maafnya pada anda.” Kepala pelayan menjawab.

“Hm.” Nyonya Besar Sutedja menjawab dengan nada bicara yang agak dingin. Meskipun kepala pelayan mengatakan tidak sengaja, namun dia tahu dengan jelas kalau Viona sengaja.

“Minta Gevin yang mengantar Nona Santoso pulang.” Nyonya Besar Sutedja berpesan.

Ekspresi wajah Nalan Vi terlihat jelas berubah, namun dia tidak berani melawan.

Nyonya Besar Sutedja hanya bisa menghela, ketika itu dia sudah memilih Evi untuk menjadi istri cucunya, namun Revaldo seperti terkena racun Nalan Vi, begitu terlena dan mencintainya.

Nalan Vi ini punya hati yang tamak, sayangnya tidak punya kecerdasan, Revaldo bisa jadi seperti ini, sepenuhnya tanggung jawab Nalan Vi.

“Adisti masih belum kembali?” Nyonya Besar Sutedja bertanya lagi, ada nada kecewa dalam nada bicaranya.

Istri resmi Arima Sutedja bermarga Tikar, bernama Adisti Tikar, dan dialah Nyonya Sutedja. Ketika Nyonya Sutedja melahirkan Ardian Sutedja sempat mengalami kesulitan, sehingga membuatnya tidak bisa mengandung lagi. Revaldo Sutedja adalah putra Arima Sutedja di luar pernikahannya, hanya berselisih dua tahun dari Revaldo, ketika Arima membawa pulang Revaldo, Nyonya Sutedja, Adisti Tikar, tanpa mengatakan apapun, langsung melemparkan surat cerai padanya.

Namun Keluarga Sutedja dan keluarga Adisti Tikar merupakan pernikahan politik, tidak bisa bercerai sesuka mereka, beberapa tahun berikutnya, hubungan mereka berdua hanya sebatas status saja.

Ketika Rudy lahir Nyonya Sutedja sudah berusia 40 tahun lebih, termasuk anak yang didapat diusia senja. Karena kelahiran Rudy, Revaldo baru mulai merasakan adanya bahaya, bahkan sempat ingin mencelakai Rudy.

Namun siapa yang menyangka Rudy sama sekali bukan anak dari keluarga Sutedja.

Selama bertahun-tahun Nyonya hampir tidak pernah muncul di public, kalau tidak tinggal di kuil, ia tinggal di panti sosial. Hampir tidak pernah muncul di rumah kediaman Keluarga Sutedja. Bahkan hari ulang tahun Nyonya Besar Sutedja saja dia sama sekali tidak hadir.

“Nyonya tidak pulang.” Nalan Vi berkata dengan sedikit ketus. Kalau ingin dihitung dengan jelas, Revaldo suaminya adalah anak diluar nikah, Nyonya Sutedja tidak bisa dianggap seperti mertuanya, sehingga nada bicaranya terdengar kurang respek.

“Tuan muda keempat juga belum kembali. Perlukah mengutus orang untuk menyuruhnya cepat pulang?” Nalan Vi bertanya lagi.

Nyonya Besar Sutedja hanya menghela dengan panjang, lalu melambaikan tangan memintanya kaluar.

……

Dan disaat ini aula Keluarga Sutedja juga sangat ramai.

Wine merah masih terus menetes diujung baju cheongsam Clara. Viona menumpahkan satu gelas penuh berisi wine merah diatas tubuhnya, kalau mengatakan dia tidak sengaja, Clara tidak akan percaya meskipun membunuhnya sekalian.

“Kak Clara, aku sungguh tidak sengaja.” Viona berpura-pura panic.

Dimana ada Nona Viona maka disanalah dipenuhi para putri dari keluarga ningrat yang suka bergosip, mereka semua hanya bertopang dagu menonton lelucon ini dan mentertawakan Clara.

Tangan Clara yang terkulai dikedua sisi tubuhnya mengepal erat, lalu merenggang, setelah berusaha meredakan amarahnya berkali-kali, akhirnya berhasil mengendalikan amarahnya. Kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah.

“Aku baru berusia genap 20 tahun.” Clara tiba-tiba berkata.

“Apa?” Viona dan orang yang lainnya seolah tidak begitu paham maksudnya, jangan-jangan ia jadi bodoh karena tersiram wine, bicara omong kosong apa dia.

Clara mengambil tissue, mengelap sisa wine yang berada diatas bajunya, lalu berkata dengan nada bicara yang tenang, “Nona Sutedja, aku melihat kerutan di sudut matamu, usiamu seharusnya sudah tidak muda lagi bukan. Anda terus memanggilku kakak, membuat bulu kudukku merinding.”

“Kau!” Viona refleks mengulurkan tangan menyentuh sudut matanya, apakah kerutan di sudut matanya separah itu.

Sebenarnya usia Viona baru 20 tahunan, tidak beda jauh dengan usia Clara. Sayangnya kulitnya memang tidak bagus, sudah setiap hari bolak balik salon untuk perawatan masih saja tidak berguna, namun wajah Clara begitu kenyal dan berkilau. Sungguh membuat kesal kalau saling membandingkan.

Orang yang melihat keramaian disana hanya bisa menahan tawa, ada beberapa yang tidak kuat menahan tawa dan langsung tertawa disana. Mereka baru kali ini bertemu dengan orang yang tangguh seperti Clara, tanpa menggunakan satu patah kata pun kata kasar, namun ia sudah bisa membuat orang malu sampai ingin menggali lubang dan bersembunyi didalamnya.

Wajah Viona begitu merah, menggertakkan giginya dan mengulang ucapannya tadi, hanya mengganti panggilan saja, “Nona Santoso, maaf, aku tidak sengaja.”

Asalkan dia tetap bersikeras kalau dia tidak sengaja,Clara yang hanya putri dari keluarga biasa tidak bisa berbuat apa-apa padanya.

Begitu Clara mendengarnya, dengan wajah yang lapang menundukkan kepalanya melihat baju cheongsam yang sudah dirusak, merasa sangat disayangkan, “Sengaja atau tidak kamu yang tahu sendiri. Tapi tidak apa. Tidak perduli Nona Sutedja yang terhormat sengaja atau tidak, baju cheongsam ini rusak ditangan anda adalah kenyataan, kalau aku memintamu untuk menggantikan sebuah cheongsam untukku seharusnya tidak keterlaluan.”

“Apa?” Viona langsung tercengang, ini merupakan kali pertama dalam hidupnya, beraninya meminta ganti rugi padanya.

“Baju cheongsam ini buatan tangan, harganya 200 juta, baru dipakai hari ini. Giro dan nomor rekening aku akan meminta asistenku untuk mengirimkannya pada anda. Sebagai putri Keluarga Sutedja yang begitu terpandang, seharusnya tidak akan lari dari tanggung jawab bukan.” Clara mengangkat dagunya, berkata dengan percaya diri.

Baju cheongsam yang ia kenakan sama sekali bukan buatan tangan, ini hanya baju seharga 6 juta yang ia pesan dari internet. Nona keluarga Sutedja menyiram wine sampai satu badan, dia meminta sedikit bunga juga sudah sewajarnya, toh Keluarga Sutedja tidak kekurangan uang.

Wajah Viona merah sampai urat muncul di lehernya, namun dia tidak berdaya menghadapi Clara. Kalau dia mengamuk di depan banyak orang, hanya akan membuat orang merasa kalau dia tidak berpendidikan.

Clara tidak memperdulikan amarah Viona, langsung berbalik dan berjalan menuju toilet.

Dia berdiri didepan wetafel membersihkan bagian luar baju yang kotor, lalu pintu toilet terbuka lalu tertutup, Yunita berjalan masuk dari luar, ditangannya ada sebuah kantung.

“Clara, akhirnya aku menemukanmu.” Yunita berjalan kedepannya dengan wajah tersenyum, lalu meletakkan kantung itu diatas westafel.

“Aku dengar bajumu basah, kebetulan aku ada cadangan, gantilah.”

Clara melirik kantung yang ada diwestafel dengan malas, bahkan menyentuh pun tidak, lalu berkata dengan datar, “Kalau begitu terima kasih kak.”

“Kita sekeluarga adalah keluarga, untuk apa begitu sungkan. Clara, setelah ganti baju, minta maaflah pada Nona Sutedja, tidak perlu mempermasalahkan masalah hari ini. Bagaimana pun kita berada didaerah kekuasaan Keluarga Sutedja, jangan membuat tuan rumah tidak senang.”

“Aku tidak begitu mengerti maksud kakak, kenapa jadi aku yang berbuat salah pada Nona Sutedja? Dia menyiramkan wine ke sekujur tubuhku, lalu aku yang bersalah?” Clara tersenyum sinis.

Dia bukan orang yang diam ketika dipukul.

Yunita melihat Clara yang sekarang sungguh pusing, dirinya yang sekarang bagaikan landak, siapapun yang menyentuhnya pasti akan tertusuk olehnya, sama sekali tidak akan sungkan.

“Clara, kenapa kamu tidak mendengarkan nasihat. Tidak ada gunanya melawah Nona Sutedja. Aku bisa melihat kalau Nyonya Besar Sutedja tertarik padamu, kelak kalau kamu menikah masuk ke keluarga ini, lalu hubunganmu dengan adik ipar tidak baik, hanya akan menyulitkanmu saja.”

“Kakak terlalu berlebihan, aku tidak punya nasib menjadi Nyonya muda di Keluarga Sutedja.” Clara memercikkan air di tangannya dengan santai, hampir saja mengenai wajah Yunita.

Yunita refleks mundur dua langkah, disaat bersamaan ada dua orang wanita yang berjalan masuk ke dalam toilet, mereka juga berdiri didepan westafel.

Wajah kedua orang ini asing, sama sekali tidak saling kenal, sehingga tidak perlu menyapa.

Clara dan Yunita tidak bicara, malah mendengarkan kedua wanita ini sedang berdandan sambil bergosip.

Yang satu tersenyum dengan sinis dan berkata, “Tadi kamu lihat tidak, sungguh pemandangan yang langka, seorang putri luar nikah dari wakil walikota saja berani berharap bisa mendapatkan Tuan muda keempat, sungguh lucu.”

Salah satunya mendengus dengan dingin, “Aku dengar nyonya di Keluarga Santoso ini merupakan pelakor yang berhasil mendapatkan posisi nyonya, berasal dari keluarga yang kecil memang tidak mengerti apapun, ia berkeliling mencari tahu tentang Tuan muda keempat, wajahnya terlihat begitu tamak, melihatnya seperti itu sungguh sangat memalukan.”

Novel Terkait

Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu