Suami Misterius - Bab 1375 Merasa Puas Dengan Hidup Ini

Mahen bersandar di pintu, diam-diam menatap Diva. Pernikahan merupakan hal yang asing bagi Mahen dan Diva. Mereka yang dulu tidak pernah berpikir bahwa mereka akan bertemu satu sama lain, lalu menikah atas nama cinta.

Ketegasan Mahen, kekeraskepalaan Diva, sifat mereka tidak cocok. Lingkungan pertumbuhan dan kebiasaan hidup mereka memiliki perbedaan besar. Namun, mereka selalu berusaha untuk saling bertoleransi dan menerima satu sama lain.

Mahen berusaha menjadi suami yang benar, sementara Diva berusaha untuk menjadi istri yang baik.

Mahen bersandar di pintu dan menatap Diva untuk waktu yang lama. Tatapannya sangat dalam, sepertinya dia tersesat dalam semacam merenung.

Diva melihatnya dari sudut mata. Bibir memasang senyuman, berkata "Untuk apa kamu lihat aku, tidak kenal?"

Mahen tersenyum rendah, melangkahkan kaki panjang dan masuk ke ruang cuci. Dia menjawab dengan mesra "Seberapa lama pun aku melihat kamu, aku tetap tidak akan merasa cukup."

Tangan Diva penuh dengan gelembung sabun, sehingga dia merasa tidak nyaman dengan pelukan Mahen. Jadi, dia agak meronta "Jangan main, oke? Aku belum selesai mencuci."

"Bukankah ada mesin cuci? Kenapa kamu menggosoknya dengan tanganmu?" Kata Mahen.

“Tidak higienis untuk mencuci pakaian dalam dengan mesin cuci.” Jawab Diva.

“Aku selalu mencucinya dengan mesin cuci, kenapa tidak higienis? Kalian para wanita terlalu ribet.” Ucap Mahen dengan nada malas.

Sebelum dewasa, dia selalu tinggal bersama orang tuanya. Pakaian yang dia lepas langsung dimasukkannya ke dalam keranjang. Mengenai persoalan cuci, dia tidak pernah peduli.

Kemudian dia bersekolah di luar negeri. Setelah pulang negeri, dia tinggal sendirian. Semua makanan dipesan dari hotel. Baju kotor langsung dilempar ke mesin cuci atau dikirim ke laundry untuk dicuci dan disetrika. Kebersihan rumah ditangani oleh pekerja paruh waktu.

Sebagai pria, Mahen tidak pernah menggosok celana dalam dengan tangan. Dia juga belum pernah melihat pria yang tidak menggunakan mesin cuci dan menggosok celana dalam dengan tangan sendiri.

“Wanita ribet, jadi untuk apa kamu cari wanita.” Diva mengerang pada Mahen.

“Kalau aku tidak cari wanita, siapa yang melahirkan anak untukku. Aku tidak punya kemampuan semacam itu.” Ucap Mahen dengan diiringi senyuman di wajah sambil mengelus perut Diva.

Si kecil di dalam perut sepertinya merasakan sentuhan ayahnya. Dia mulai menendang dengan kuat, seolah setuju dengan perkataan ayahnya.

Diva memelototi Mahen, berkata dengan nada gurau "Tuan Muda Kedua Sutedja cari wanita hanya untuk melahirkan anak?

Mendengar itu, Mahen tertawa dengan tak berdaya. Dia menundukkan kepala dan mengecup salah satu pipi Diva. Cermin di depan memantulkan dua sosok yang berpelukan.

"Diva, haruskah kamu sengaja menafsirkan maksudku dengan maksud yang berbeda? Kalau kamu berbicara seperti ini, topik pembicaraan akan berakhir dengan tidak memuaskan."

Diva terkekeh, mengusap busa di tangan. Detik berikutnya, barang ditangannya direbut oleh Mahen. "Jangan cuci lagi, bagaimana kalau kamu kecapekan."

“Kalau aku tidak cuci, kamu yang cuci?” Tanya Diva dengan senyuman di bibir.

“Aku cuci, lagian ini bukan pekerjaan berteknologi tinggi.” Usia bicara, Mahen melepas jas, menyerahkannya pada Diva, menggulung lengan baju, berdiri di depan wastafel, mulai menggosok pakaiannya dengan tangan.

Diva berdiri di pintu ruang cuci, menyaksikan Tuan Muda Kedua Sutedja bertarung melawan celana dalam. Air memercik ke mana-mana, Diva merasa lucu.

“Kenapa kamu pulang sepagi ini?” Tanya Diva.

“Aku rindu kamu.” Mahen menunduk sambil menggosok pakaian, menjawab “Aku langsung pulang sehabis rapat.”

“Kamu belum makan siang?” Tanya Diva lagi.

"Iya." Mahen mengangguk.

"Aku masak untuk kamu." Ujar Diva.

“Jangan repot-repot, aku bisa pesan sendiri.” Sahut Mahen. Dia memang sengaja pulang seawal ini untuk melihat Diva. Saat makan, selama Diva duduk di seberangnya, apa pun yang dimakannya akan terasa enak.

“Aku juga belum makan. Makan makanan luar tidak sehat bagi anak.” Usai itu, Diva berbalik dan berjalan menuju dapur.

Sekarang dia hamil lima bulan, ini merupakan periode paling aman.

Diva masuk ke dapur, membuka kulkas, mengeluarkan beberapa bahan sederhana dari kulkas, memasak dua hidangan rumahan.

Makanan disaji di atas meja dalam waktu singkat. Keduanya duduk berseberangan untuk makan.

Masakan Diva lumayan bagus, tapi jelas tidak sebagus koki di hotel. Namun, tidak peduli seberapa enak masakan koki hotel, rasanya tetap tidak seperti masakan rumahan.

Hanya Diva yang bisa memberi Mahen perasaan hangat semacam ini.

Mahen berpikir, selama mereka bisa hidup bersama dengan tenang dan damai seperti ini, dia pun merasa puas dengan hidup ini.

Saat anak berusia enam bulan, Diva menjalani pemeriksaan USG Doppler 4D berwarna. Ini adalah pemeriksaan terbesar selama kehamilan.

Mereka berdua keluar pagi-pagi, berencana pergi ke mal setelah pemeriksaan untuk membeli beberapa kebutuhan bayi. Alhasil, pemeriksaan berlangsung selama hampir dua jam. Si kecil di perut sangat pemalu, dia terus membelakangi dinding perut, sangat tidak bekerja sama.

Diva keluar dari ruang pemeriksaan USG Doppler berwarna untuk kedua kalinya, tatapan penuh ketidakberdayaan.

Mahen memapahnya berjalan mondar-mandir di sepanjang koridor rumah sakit. Dokter menyuruh Diva untuk lebih banyak bergerak. Dengan demikian, bayi di dalam perut mungkin akan berputar arah.

Mereka berdua berjalan sambil berbicara. Diva berkata "Putramu tidak patuh sama sekali."

"Apa salahnya dengan putraku? Dokter bilang itu adalah tindakan menjaga privasi." Tutur Mahen.

Diva "..."

Dia akhirnya mengerti bahwa Tuan Muda Kedua Sutedja adalah orang yang picik. Mahen tidak memperbolehkan orang lain menjelekkan putranya. Putranya ini mungkin akan dimanja-manjakannya di masa depan.

“Kalau kamu bilang seperti ini, maka kita tidak usah periksa saja. Putramu punyak hak privasi.” Kata Diva.

“Aku sudah bayar biayanya. Kalau tidak periksa, kita rugi. Lagipula, aku mau lihat foto putraku.” Ujar Mahen lagi.

Diva "..."

Semua yang dikatakan Tuan Muda Kedua Sutedja didukung alasan yang masuk akal.

Diva berjalan mondar-mandir di koridor luar. Setengah jam kemudian, dia dipanggil ke ruang USG lagi.

Diva berbaring di meja pemeriksaan, dokter meletakkan instrumen di atas perutnya yang buncit.

Kali ini, si kecil akhirnya membalikkan posisi dan menghadap ke dinding perut. Pemeriksaan berjalan dengan lancar, tapi si kecil tampak tidak bisa diam. Sebentar-sebentar menendang kaki, sebentar-sebentar menggerakkan tangan, seolah sedang memprotes.

Setelah dokter memeriksa janin, dia berkata kepada Diva "Daftar yang ditulis Dekan Tahar tertera pemeriksaan jantung, tolong lepaskan pakaian dalammu."

Diva mengangguk, lalu mengulurkan tangan untuk melepaskan pakaian dalam. Dokter meletakkan instrumen di posisi jantung, mengusapkannya dengan lembut.

Setelah pemeriksaan, Diva duduk dari tempat tidur, mengenakan pakaian, memakai sepatu dan turun dari tempat tidur.

Dokter telah mencetak hasil USG Doppler berwarna dan menyerahkannya kepada Diva.

Beberapa lembar hasil USG Doppler berwarna pada dasarnya adalah foto anak. Lembar terakhir adalah foto jantung Diva. Foto kelihatan kabur, tidak jelas. Semuanya adalah data medis, Diva tidak paham.

Diva mengambil lembaran hasil USG Doppler berwarna, berjalan keluar dari ruang pemeriksaan.

Mahen segera menghampirinya, bertanya "Apakah pemeriksaan sudah selesai?"

"Iya." Diva menyerahkan foto USG Doppler berwarna kepada Mahen "Kondisi putramu normal, amat sehat."

“Bagaimana denganmu?” Tanya Mahen.

“Aku juga baik-baik saja.” Jawab Diva sambil tersenyum.

Mahen mengambil foto USG Doppler berwarna dan melihat foto putranya, terus-menerus tersenyum bodoh. Dalam foto tersebut, si kecil mengisap jari. Ada juga foto si kecil yang sedang mengucek mata, terlihat imut dan menggemaskan, seakan bisa meluluhkan hati orang.

Novel Terkait

The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu