Suami Misterius - Bab 419 Diam-Diam Menjadi Udara

Setelah makan, keduanya membawa anak pergi ke Benteng Takeshi.

Karena Clara adalah figur publik, dia hanya bisa memakai masker dan duduk melihat di samping. Rudy menemani Wilson bermain di dalam Benteng Takeshi.

Ketika tidak menunjukkan sikap tegas seorang ayah, Wilson sangat suka main dengannya.

Wilson bermain dengan senang di Benteng Takeshi, sampai merasa lelah, dan tidak berhenti menguap, Rudy baru menggendongnya keluar dari dalam Benteng Takeshi.

Benteng Takeshi hanya berjarak satu jalan dari apartemen tempat mereka tinggal. Rudy tidak menyetir, dia menggendong anak dengan satu tangan dan satu tangannya lagi menggandeng tangan Clara, berdiri di persimpangan, menunggu lampu lalu lintas.

Wilson bersandar di bahu ayahnya yang lebar, terlihat sangat ngantuk.

Sekeluarga bertiga tiba di rumah, Rudy menyerahkan Wilson kepada Sus Rani, dan Sus Rani membawa anak kembali ke kamarnya.

Rudy dan Clara mengganti pakaian kasual dan duduk menonton TV di ruang tamu.

"Cuti pernikahanku sudah hampir habis, kakak Lun telah mendesakku untuk mulai bekerja akhir-akhir ini." Clara bersandar di bahu Rudy dan berkata dengan santai.

“Ya.” Rudy mengangguk, dan berkata, “Jangan membuat dirimu terlalu lelah.”

Clara masih muda, Rudy tahu tidak boleh mengikatnya, dan juga tidak boleh terlalu egois memintanya melepaskan kariernya demi keluarga.

Cara mencintai seseorang, selain mempercayainya, juga harus memberinya dukungan yang seharusnya dia dapatkan.

Clara juga menyukai perasaan seperti ini, didukung dan dipercayai tanpa syarat, dia memeluk leher Rudy dan mencium pipinya.

“Sebagai imbalan untukku?” Rudy tersenyum, memeluk pinggangnya, menekannya ke sofa, lalu menciumnya dengan mesra.

Clara terengah-engah dicium olehnya, memukul dadanya dengan malu dan kesal.

Rudy tersenyum dan memegang tangannya, "Ingin membunuh suamimu?"

Clara memelototinya, “Yang jujur, Wilson dan Sus Rani masih di atas.”

“Sus Rani sangat pengertian, tidak akan turun mengganggu kita saat ini.” Rudy memeluknya dengan lembut, baru saja ingin menciumnya, ponsel di atas meja tiba-tiba bergetar.

Setelah Rudy menjawab telepon, dia tersenyum berkata pada Clara: “Besok Revaldo akan keluar dari rumah sakit. Aku tidak bisa pergi, kamu pergi menjenguknya untukku.”

Clara mencibir, dan berpenampilan enggan, "Kamu menyuruhku pergi menjenguk Revaldo, apakah kamu tidak takut aku akan membuatnya marah hingga mati."

Setelah mendengar, Rudy mencubit pipinya dengan lembut, “Nyawa Revaldo sangat keras, kamu ingin membuatnya marah hingga mati masih kurang sedikit api.”

Meskipun sakit parah, Revaldo masih bisa menentangnya berulang kali. Rudy benar-benar curiga apakah dia berpura-pura sakit.

“Oke, aku akan pergi ke rumah sakit besok.” Clara menjawab.

"Masih ada satu hal lagi." Rudy menambahkan, "Sesuatu terjadi dalam manajemen keluarga Nalan."

“Oh.” Selesai mendengar, Clara mengangguk, dan tidak terkejut, seolah-olah dia telah mengetahui masalah ini sejak lama.

Dan kenyataannya, dia memang sudah tahu sejak lama, sangat jarang, dia bisa mendapat berita lebih awal beberapa hari daripada Rudy.

“Kamu sudah tahu?” Rudy mengangkat sudut bibirnya, sedikit penasaran.

Clara mengangguk, “Aku sudah memberitahumu sebelumnya, Nalan Qi berguna bagiku, kalau ingin melawan Yunita, Nalan Qi adalah kuncinya.”

“Oh? Kelihatannya sudah punya ide. Ayo katakan, aku akan mendengarnya.” Rudy menyipitkan matanya dan bertanya dengan penuh semangat.

Clara duduk bersila di sofa dan berkata, “Aku ingat kamu pernah memberitahuku, ketika Revaldo bertanggung jawab atas Sutedja Group, keluarga Nalan sering mengambil untung darinya. Akun-akun itu masih tergantung pada Sutedja Group. Sekarang, kamu yang mengambil alih atas Sutedja Group, apakah keluarga Nalan tidak tahu bahwa tunggakan itu akan menjadi bahaya yang tersembunyi? Mereka pasti tahu, tapi mereka tidak bisa menutup lubang ini.

Mengapa begini? Ini sangat jelas bahwa perusahaan keluarga Nalan sendiri memiliki masalah. Jadi, aku menyuruh Miko menyelidikinya secara diam-diam. Meskipun agak lambat, tapi tetap menemukan bahwa keluarga Nalan sebagai salah satu dari empat keluarga besar, hanyalah berpenampilan gemilang di permukaan, banyak proyek investasi berakhir dengan penuh masalah.

Belum lama ini, perusahaan konstruksi keluarga Nalan gagal investasi lagi dan menghadapi masalah putus modal. Miko sudah menyelidikinya, kali ini membutuhkan triliun rupiah untuk memenuhi lubang ini.

Karakter Nalan Qi selalu memiliki masalah, demi uang dan keuntungan, dia dapat melakukan segalanya. Kali ini, aku ingin Yunita merasakan pengalaman mendalam tentang bagaimana rasanya dikhianati oleh prianya sendiri.”

Pandangan Clara sedikit demi sedikit menjadi dingin, dan telapak tangannya mengepal.

Yunita membunuh ibunya, dia selalu mengingat dendam ini dalam hatinya. Dia telah menunggu terlalu lama, dan menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan semua ini, akhirnya dia mendapatkan kesempatan ini.

Setelah mendengar, Rudy mengulurkan tangan mengelus kepalanya, dan berkata dengan nada serius, "Akhirnya gadis kecil tumbuh dewasa."

Dia mengajarinya bagaimana menggunakan kekuatan untuk bertarung, dan sampai hari ini, Clara sudah bisa melakukannya dengan sempurna.

Rudy merasa bangga dari dalam hatinya. Pandangannya pada Clara sangat hangat, sedikit demi sedikit melelehkan kedinginan dan kekejaman di sekelilingnya.

“Sudah malam, tidurlah.” Rudy mengambil remote control dan mematikan TV.

Besok Clara masih harus pergi ke rumah sakit, dia tidak boleh bangun terlambat.

Dia meletakkan remote control, baru saja ingin berdiri, Clara malah mendekatinya, sepasang lengan merangkul lehernya, kakinya yang putih dan indah bergesekan di tubuhnya.

“tidur?” Dia mengangkat wajah menatapnya, dan mengedipkan sepasang matanya yang lembut.

Rudy tersenyum lembut, sangat jarang gadis kecil mengambil inisiatif menggodainya.

“Tidur bersama.” Bibir Rudy menempel di telinganya, dan berbisik dengan lembut dan mesra.

Tubuh Clara bergetar tak terkendali, kemudian Clara digendong olehnya, berjalan menuju kamar tidur di lantai atas.

Clara merasa dirinya mengambil inisiatif menggodainya bukanlah keputusan yang benar.

Rudy tidak berhenti melakukannya sepanjang malam, dan hari berikutnya, Clara menggertakkan giginya bangkit dari tempat tidur dengan susah payah, dan berkali-kali memarahi Rudy di dalam hatinya.

Clara mencuci dan merias wajah. Sebenarnya, kalau tidak syuting, dia tidak begitu suka merias wajah, tidak peduli seberapa bagus kosmetiknya, tetap tidak begitu baik bagi kulit. Tapi semalam Rudy meninggalkan banyak jejak di tubuhnya, lehernya yang putih dipenuhi bekas ciuman biru dan ungu, Clara mengoles pondasi yang tebal untuk menutupinya.

Bedak tebal dioleskan di bagian leher, kalau wajahnya terlalu bersih juga tidak sesuai, jadi dia memakai make-up sebelum pergi.

Ketika tiba di rumah sakit, Nalan Vi sudah menjalani prosedur pemulangan untuk Revaldo.

Revaldo terlihat lebih kurus, tetapi lumayan semangat.

Manusia hidup di dunia ini, mungkin hanya demi melampiaskan emosi, diperkirakan mungkin Revaldo belum cukup melakukan hal yang bisa membuat dirinya dan Rudy merasa menjijikkan, sehingga enggan menelan nafasnya.

Clara masuk ke bangsal, dalam bangsal sangat ramai, nenek dan Arima semua ada di dalam, selain itu, Nalan Qi juga datang, sibuk mengatur sana sini, sangat antusias dan penuh hormat terhadap kakak iparnya ini.

“Nenek, Ayah, Kakak, kakak ipar.” Clara memanggil dengan sopan, dan menanyakan kondisi Revaldo, kemudian berdiri ke samping, diam-diam menjadi udara.