Suami Misterius - Bab 135 Senjata Makan Tuan

Clara dan Rudy sedang tidak terganggu dengan emosi mereka, mereka berpelukan dan berciuman dengan mesranya. Pintu ke akses darurat tiba-tiba berderit, dan kemudian sinar senter yang kuat menyinari mereka.

Cahaya menyilaukan lewat di depan mata, Tanpa sadar, Clara langsung bersembunyi di dekapan Rudy. Hatinya jadi gemetar tidak karuan, kenapa ada perasaan seperti tertangkap basah saja.

Rudy memeluk wanita di dekapannya, matanya menggelap, wajah tampannya pun tampak tidak enak dipandang. Tidak peduli siapapun yang mengalami hal semacam ini, jelas ekspresi di wajahnya pasti tidak akan enak dipandang.

Dan di pintu di akses darurat itu, Sus Rani langsung panik mematikan senternya, dia merasa sangat sangat canggung sekali.

Malam ini Wilson tidur lebih cepat, Sus Rani duduk di ruang tamu lantai satu menonton tv, tiba-tiba dia mendengar suara jeritan wanita di koridor. Karena dia takut ada hal buruk terjadi, Sus Rina pun mengambil senter dan memberanikan diri memeriksanya, siapa juga yang tahu malah menyaksikan pemandangan semacam itu.

Dua orang ini, tinggal berjalan beberapa langkah sudah sampai rumah saja, tidak di rumah mesra-mesraan, malah bersembunyi di koridor. Anak muda sekarang, hobinya ya ampun!

“Kalian, kalian lanjutkan saja.” Selesai Sus Rina bicara, dia pun langsung lari kabur.

Clara menongolkan kepalanya dari dekapan Rudy, wajahnya tampak sangat jengkel. Dia merasa selama hidupnya dua puluh tahunan, ini adalah hari yang paling memalukan untuknya.

Lanjutkan? Lanjutkan apanya coba. Ini pulang mandi terus langsung tidurlah.

Rudy juga tidak punya mood lagi untuk melanjutkan, tangan hangat dan lembut Rudy pun menggenggam tangan lembut Clara, dengan wajah tenang berjalan masuk ke dalam rumah.

Sehingga, Clara menemukan kelebihan ketiga Rudy, selain tangannya yang indah dan otaknya yang cerdas, pria ini bermuka tebal.

***

Di waktu yang bersamaan, di rumah keluarga Santoso juga sama ramainya.

Ketika makan malam, Elaine dan Ester bertengkar lagi.

Ester selalu cari muka di keluarga Santoso, dan malah lebih antusias di meja makan, dia tidak hentinya mengambilkan makanan untuk Yanto sambil memanggil-manggil 'paman' dengan akrabnya. Bahkan sampai Yunita dan Eline putri kandungnya seolah harus berdiri di samping saja.

Yanto sangat baik kepada Ester, dia dengan penuh perhatiannya bertanya bagaimana kehidupan Ester di luar negri selama bertahun-tahun ini.

Ester menceritakan pengalaman belajar di luar negrinya, dan menyebutkan kalau dia pernah ikut berperan di beberapa film dan drama.

Yunita dan Elaine kakak beradik in tidak suka dengan gaya Ester, tapi Yunita tetap bisa tenang, rasa senang dan jengkelnya tidak diperlihatkan di wajahnya, dia terkadang juga malah bicara ataupun tersenyum kepada Ester.

Elaine tidak setenang dan sesopan kakaknya, jadi dia selalu mencari kesempatan menjatuhkan Ester.

“Adik Ester, film dan drama yang kamu sebutkan tadi, aku pernah menontonnya, tapi kenapa aku tidak melihatmu di dalamnya ya?”

Elaine sering sekali pergi jalan-jalan ke eropa dan amerika, dia juga punya banyak teman di sana, mereka sering sekali janjian untuk nonton film ataupun opera. Film-film yang kurang populer yang disebutkan oleh Ester, Elaine juga sudah pernah melihatnya, tapi, dia memang benar-benar tidak memperhatikan ada Ester di film dan opera itu.

Senyum di wajah Ester sekejap membeku. Beberapa film dan drama yang dia sebutkan tadi itu, dia hanyalah pemeran dalam segerumbulan orang saja, tidak perlu sampai membicarakan pengambilan gambar close-up, bahkan kadang wajahnya saja tidak tertangkap oleh kamera.

Dia sebenarnya tidak berbohong ketika mengatakan dia berperan dalam beberapa film dan drama itu. Hanya saja ketika ditunjuk tajam oleh Elaine, sudah pasti membuat ekspresi di wajahnya jadi tidak enak dilihat.

Apalagi harga diri Ester sangat tinggi, dan hatinya sangat rapuh, sehingga pada waktu itu matanya pun memerah.

Nenek paling sayang dengan cucunya ini, ekspresi wajah nenekpun langsung muram. Yanto walapun tidak bermuka masam, tapi senyum di wajahnya menghilang.

Rina paling ahli dalam menyadari kondisi, dia langsung memelototi putrinya dan buru-buru tersenyum sambil berkata, “ Ester belum lulus saja sudah berperan dalam begitu banyak film dan drama, ini termasuk sudah hebat loh. Dulu ketika Elaine baru masuk ke karir ini, dia kesana-kemari berjuang selama dua tahun saja masih belum mendapatkan pengambilan close-up langsung wajahnya.”

Setelah Elaine masuk ke karir ini, ada Heru yang mengawalnya. Sehingga popularitas dan namanya terus melambung tinggi. Ucapan Rina barusan ini hanya didengarkan ke Ester untuk membuatnya senang saja.

Ester tidak tahu apa-apa sehingga wajah yang awalnya kesal tadi langsung jadi senang mendengar itu.

Yunita hanya tersenyum dan tidak mengatakan apapun.

Sedangkan Elaine dalam hati tidak bisa menahan diri untuk memaki, Benar-benar wanita bodoh.

Elaine sudah tidak ingin lebih lama lagi satu meja makan dengan wanita bodoh itu, dia pun meletakkan sumpit dengan malasnya, “Aku sudah kenyang.” Selesai bicara, dia berdiri lalu pergi.

Setelah itu, Yunita juga meletakkan sumpitnya, “Nenek, ayah, aku sudah selesai makan. Aku kembali ke kamar dulu, kalian nikmatilah makanannya pelan-pelan.”

Dibandingkan dengan Elaine, Yunita lebih baik dalam mempertahankan sopan santun dan martabat wanita terpandang dan berpendidikan.

Kakak beradik itu satu persatu masuk ke dalam kamar, begitu Elaine duduk di ranjang tuan putri empuknya, dia tidak bisa menahan diri menertawakan dengan berkata, “Anak yang terlahir dari desa, mengira hanya dengan cantik biasa saja sudah bisa masuk dan menjadi populer di dunia entertainment ini, benar-benar lucu sekali.”

“Pelankan suaramu, jika ucapanmu ini didengar nenek, nanti malah menimbulkan masalah lagi.” Yunita mencoba memperingatkan.

“Penyihir tua itu, tinggal setengah langkah saja sudah masuk ke peti mati. Tapi masih saja begitu berkuasa di keluarga Santoso. Aku jadi mau lihat dia bisa hidup berapa tahun lagi.” Tutur Elaine menggertakkan giginya.

Yunita menggelengkan kepala tak berdaya, “Selama nenek masih hidup, jelas dia pasti akan terus melindungi Ester. Nanti jika Ester menikah, sudah pasti keluarga Santoso tidak akan sedikit mengeluarkan uang.”

Yunita sudah melihat dengan jelas kalau neneknya sudah pasti akan mati-matian memberikan mahar yang sangat mahal untuk Ester. Mungkin tidak sedikit dari punyanya dan Elaine. Membayangkan ini saja, rasanya sangat sayang.

“Atas dasar apa coba! Semua milik keluarga Santoso ini kedepannya akan diwariskan ke kita. Memang siapa Ester coba!” Elaine tidak setenang kakaknya, dia langusng emosi saat itu juga.

“Kamu marahpun tidak ada gunanya, siapa juga yang suruh ayah seorang yang berbakti. Kecuali, dalam beberapa tahun ini, Ester tidak menikah. Maka setelah nenek meninggal, Keluarga Santoso tidak akan memiliki tempat untuknya." Yunita dan Elaine saling bertukar pandang, ucapan Yunita berhenti di pokok intinya. Walaupun adiknya sedikit bodoh, tapi dia akhir-akhir ini punya masalah dalam hatinya sehingga sementara ini dia tidak bisa fokus dalam menghadapi Ester.

Sedangkan Elaine fokus berpikir berusaha mencari cara untuk menjegal Ester. Dan terbaik jika membuat namanya jatuh dan tercoreng, dan selama hidupnya ini dia tidak akan bisa menikah.

Kamar menjadi sunyi dalam sesaat, tetapi keheningan itu segera dipecahkan ponsel yang berdering tiba-tiba.

Yunita menjawab teleponnya, dan ekspresi wajahnya langsung berubah, “Kamu bilang apa! Hal sekecil ini kenapa tidak becus mengurusnya, dasar segerombolan orang bodoh!”

Sosok anggun bermartabat yang dipertahankan oleh Yunita seketika hancur.

Baru saja, Miko telah dibebaskan karena terbukti tidak bersalah, dan ibu dan putri yang disewa Yunita untuk melakukan penipuan telah ditangkap oleh polisi. Clara menggunakan janji palsu lima juta yuan untuk membuat mereka, dua orang bodoh itu masuk ke jebakannya.

Yunita gemetar karena marah. Dia benar-benar telah meremehkan Clara. Dia yang telah lama merencanakan ini semua, melihat kalau cerita buatannya ini akan berhasil dan tanpa celah, tapi tiba-tiba Clara menghancurkannya tanpa terluka sedikitpun, dan sebaliknya dia sendiri jadinya senjata makan tuan.

Untungnya, Yunita tidak berhubungan langsung dengan ibu dan anak itu, bagaimanapun mereka menggigit, tetap saja mereka tidak akan bisa menggigit dirinya.

Yunita mencoba menenangkan diri, lalu memaksakan diri tersenyum. “Tidak ada apa-apa, asisten yang bodoh saja, urusan kecil saja tidak beres mengurusinya.

Novel Terkait

Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu