Suami Misterius - Bab 1326 Sampai Di Sini Saja, Aku Tidak Sanggup Lagi

Melihat kondisi tersebut, Mahen mengulurkan tangan mendekapnya dalam pelukannya “Bisakah tidak ribut lagi.”

Dari nada bicaranya yang biasanya terdengar sedikit helaan napas “Diva, aku mengakuinya, aku memang ada keinginan untuk menidurimu, tapi bukan seperti yang kamu pikirkan. aku seorang Mahen apabila ingin tidur dengan wanita, biasanya mereka sendirilah yang menawarkan tubuhnya kepadaku, mengapa aku harus bersusah payah dan terus menempel padamu. Di dalam hatiku kamu itu berbeda.”

Diva menggigiti bibirnya, matanya terasa berkabut dan wajahnya tampak mencibir.

Apa bedanya? Mungkin karena dia lebih sulit untuk didapatkan, oleh karena itu Tuan Muda Kedua Sutedja menjadi lebih bersemangat untuk menaklukkannya.

“Sudah lapar? Makanlah terlebih dahulu, kemudian mari kita bicarakan baik-baik.” Selesai berkata, Mahen melepaskan pelukannya dan menariknya ke ruang makan.

Diva sama sekali tidak memiliki selera, setelah memakan dua suap bubur ia langsung meletakkan mangkok dan sendoknya.

Melihat hal tersebut, Mahen mengangkat alisnya dan mengambil sendok untuk menyuapinya. Diva menatapnya sambil mengerutkan kening dan tidak membuka mulutnya.

“Ini pertama kalinya aku menyuapi orang, kamu hargailah sedikit.” Mahen berkata sambil tersenyum.

Diva ragu sejenak lalu membuka mulut memakan buburnya.

Merupakan suatu kehormatan dapat disuapi oleh Tuan Muda Kedua Sutedja, namun dia sama sekali tidak mengharapkannya.

Mahen menyuapinya bubur hingga setengah mangkok dan Diva sudah merasa tidak sanggup untuk memakannya lagi. Saat ia menyodorkan sendoknya lagi, Diva langsung mendorongnya.

Tidak tahu apakah karena dorongannya terlalu kuat atau karena Mahen tidak memegang sendoknya dengan baik, yang jelas sendok berisi bubur tersebut jatuh di atas pakaian Diva yang membuat pakaiannya menjadi kotor.

Karena baju yang dipakai Diva agak tipis, bubur lengket yang jatuh menembus pakaiannya dan menempel pada kulitnya.

Mahen mengambil handuk basah dan membantunya untuk mengelap sambil berkata “Pergi cucilah, kamar mandi di sebelah sana.”

Diva berdiri dengan diam, berjalan keluar ruang makan dan masuk ke dalam kamar mandi. Kemudian dari kamar mandi terdengar suara air.

Mahen sedikit membereskan ruang makan lalu ia pergi ke ruang ganti pakaian memilih sebuah kemeja untuk dikenakan Diva sementara waktu.

Di apartemennya tidak ada pakaian wanita, Mahen sedang berpikir apakah ia perlu meminta orang untuk menyiapkannya beberapa agar kelak saat ia menginap di sini akan lebih praktis.

Saat Mahen membawa kemeja dan berjalan keluar dari ruang ganti pakaian, Diva telah selesai mandi dan sedang berdiri termenung di depan jendela Prancis.

Diva membelakanginya, rambut hitamnya yang panjang terurai santai, masih ada tetesan air yang menetes dari ujung rambutnya.

Tubuh Diva hanya terbalut handuk berwarna putih, tampak kedua kakinya yang ramping dan indah tanpa alas kaki berdiri di sana, penampilan seperti itu sangat memikat orang.

Mahen berjalan menghampiri dan memeluknya dari belakang, kecupan lembut perlahan mendarat di bahunya.

Dia jelas-jelas mengatakan ingin berbicara dengannya secara baik-baik, tapi akhirnya belum sempat berbicara namun sudah bergelut lagi di ranjang.

Mahen merasa di depan Diva dia seperti kehilangan kendali dirinya.

Di tengah ganasnya hujan, Mahen menjadi semakin emosional dan hilang kendali.

Setelah selesai, Diva hanya merasa tenaga di tubuhnya seperti terkuras habis, dadanya terasa naik turun dan terdapat keringat halus di tubuhnya.

Diva merasa sangat lelah dan tidak nyaman. Akan tetapi dia masih memaksakan diri untuk duduk dan memakai baju kemeja yang diletakkan oleh Mahen di samping ranjang.

Dia mengancing kancing di depan dada dan berkata dengan datar “Berapa lama lagi baru akan berakhir?”

Berapa lama lagi baru dapat mengakhiri permainan antara pria dan wanita ini? Tuan Muda Kedua Sutedja pernah memiliki banyak wanita dan masa pakai setiap wanita-wanita tersebut biasanya tidak akan terlalu panjang. Setelah tidak lama biasanya dia sudah akan merasa bosan.

Walapun perkataan Diva sangat pendek, namun Mahen mengerti akan maksudnya. Dia berbaring menyamping di ranjang dengan satu tangan menopang kepalanya dan posisi bermalas-malasan menatapnya.

“Siapa yang tahu, jangan-jangan seumur hidup.”

Gerakan Diva yang sedang mengancingkan kancing tampak jelas terhenti sejenak.

Seumur hidup? Dia tidak ingin menghabiskan waktu seumur hidup dengannya.

Diva telah selesai mengancingkan bajunya dan duduk di sisi ranjang dengan sepasang matanya yang indah menatap Mahen.

Matanya yang indah bersinar terang membuat orang yang melihatnya menjadi tidak berdaya.

Mahen tidak dapat menahan diri dan mendekatinya, dia ingin menciumnya namun Diva mengulurkan tangan menghalangi bibirnya.

Mahen tersenyum, ia menarik tangannya dan mencium telapak tangannya.

Wajah Diva terlihat acuh tak acuh dan tidak memiliki ekspresi apapun dengan datar berkata “Mahen, apakah kamu masih ingat dengan perkataan yang pernah kamu katakan padaku di rumah sakit? Kamu pernah mengingatkanku agar tidak jatuh cinta padamu.”

Mahen sedikit mengangkat alisnya dan seperti sedang memikir sesuatu sambil menatapnya.

Ingatannya selalu bagus, tentu saja dia ingat dengan apa yang pernah dikatakannya. Akan tetapi semua berubah seiring berjalannya waktu, dulu saat dia mengatakannya juga tidak terpikirkan olehnya kalau dia akan terjebak sedalam ini.

“Mahen, tubuh dan hati wanita adalah hal yang tidak terpisahkan, apabila aku jatuh cinta padamu, maka kita berdua akan mendapat masalah. Permainan ini sampai di sini saja, aku sungguh tidak sanggup lagi.”

Diva merasa dirinya mungkin sudah tidak sanggup mengendalikan dirinya.

Pria seperti Mahen ini memiliki penampilan yang baik, latar belakang yang baik dan pendidikan yang baik, apabila dia ingin maka ia dapat memanjakan seorang wanita tanpa batas. Sangat mudah untuk jatuh cinta dengan pria seperti ini.

Sedangkan wanita adalah makhluk yang perasa, Diva tidak mungkin tidak tergerak sama sekali setelah berkali-kali tidur dengannya.

Setelah selesai berkata, mereka berdua terdiam.

Mata Mahen yang hitam menatapnya, setelah diam beberapa saat baru berkata “Kalau aku bukan sedang bermain?”

Nada bicara Mahen jarang terdengar serius.

Diva menatapnya dengan heran, seperti sudah tidak mengenalnya lagi.

Mahen duduk di atas ranjang dan memeluknya, menguncinya dalam pelukannya. Telapak tangannya yang hangat dengan lembut mengelus rambut panjangnya, nada bicaranya juga terdengar lembut.

“Diva, bagaimana kalau aku serius? Serius ingin berpacaran denganmu, serius ingin memiliki masa depan denganmu, apakah kamu bersedia menerimaku?”

Diva masih terlihat linglung dan menatapnya dengan tercengang, dia bahkan curiga apakah otaknya sudah rusak karena penindasan dari keluarga Bone sehingga ia mengalami halusinasi.

Mahen jarang melihat ekspresi Diva yang linglung, dia tidak dapat menahan tawa dan mengulurkan tangan membelai kepalanya dengan sayang.

“Kamu boleh mempertimbangkannya terlebih dahulu, tidak perlu buru-buru untuk memberiku jawaban.” Mahen berkata.

“Kamu pernah berkata tidak akan pacaran.” Diva berusaha untuk fokus dan berkata dengan suara pelan.

“Apakah kamu akan?” Mahen tertawa kecil “Kita belajar bersama dan maju bersama, bagaimana?”

Diva tidak tahu harus berkata apa.

Mahen merasa tampangnya yang linglung sangat imut, dengan tidak tahan ia mematuk bibirnya beberapa kali.

Pikiran Diva masih sedikit bingung, ia duduk diam di sana dan membiarkan dia menciumnya.

Sambil mencium, tangan Mahen sudah mulai nakal lagi, sambil menciuminya ia berkata “Bagaimana ini, aku ingin lagi, Diva apakah kamu jelmaan siluman, cepat atau lambat aku akan mengalami defisiensi ginjal karenamu.”

Diva “…..”

Diva merasa otaknya berpikir sangat lambat malam ini, setelah beberapa saat ia baru mengerti maksud perkataannya, wajahnya memerah dan dia memukul dada Mahen dengan kepalan tangannya yang berwarna merah muda.

Tuan Muda Kedua Sutedja benar-benar ahli, dia tahu bagaimana cara meluluhkannya.

Mahen memeluknya terbaring di ranjang, mereka berpelukan dan berciuman namun tidak melakukan hubungan badan untuk kedua kalinya.

Diva mengatakan kalau perutnya sakit, dia terbaring di ranjang dengan tangan memegangi perutnya dan wajahnya terlihat pucat.

Novel Terkait

Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu