Suami Misterius - Bab 286 Membuat Fakta Sepenuhnya Terungkap

Sus Rani berjalan ke sana, mulai mengemas makanan ringan di atas meja, dia mengemas sambil menggelengkan kepala dan menghela nafas. Benar-benar seorang anak besar dan seorang anak kecil.

“Sus Rani, nanti aku bersihkan sendiri.” Clara duduk di atas sofa.

“Kamu menemani Wilson, aku sekalian membersihkannya.” Sus Rani segera berkata.

Terakhir kali, Clara membersihkannya sendiri, sampai mengotori lantai. Sus Rani mengambil penyedot debu, menyedot dari dalam karpet hingga bersih.

Sus Rani membersihkan ruangan, Clara membawa Wilson ke lantai atas.

Dia mencucikan tangan Wilson, kemudian mereka berdua masuk ke dalam kamar anak bermain mainan. Clara dan Wilson bermain dengan sangat harmonis.

Keduanya menggunakan balok memasang sebuah stasiun kereta api, kereta api kecil bergemuruh di lintasan, Clara menekan tombol di bagian depan kereta, menguji pengetahuan Wilson.

Bocah kecil telah mewarisi gen yang sangat baik dari orang tuanya, dia sangat pintar, belum dua tahun sudah tahu angka satu sampai seratus, dua puluh enam huruf abjad, dan bisa menghafal puisi.

Clara menguji Wilson, bocah kecil menjawab dengan sangat lancar, setelah menjawab dengan benar, dia menepuk tangannya yang gendut, dan tersenyum senang.

“Dasar bocah kecil, apakah kamu tidak bisa lebih rendah hati.” Clara mengulurkan tangan menyentuh hidung Wilson, dan berkata dengan penuh kasih sayang.

Sampai malam hari, Rudy masih belum kembali. Dan ponselnya juga tidak bisa dihubungi.

Kadang-kadang juga pernah terjadi situasi seperti ini, Rudy sedang rapat atau sedang menemani tamu yang sangat penting, ponselnya akan distel menjadi mode diam.

Clara tidak terlalu khawatir, dia makan dan tidur seperti biasanya.

Pria memiliki kerjaan pria, bukan anjing kecil yang harus selalu mengikat di samping. Selesai bekerja, dia secara alami akan kembali ke rumah.

Ketika tidak bekerja, Clara berkebiasaan tidur malas.

Pagi hari berikutnya, Sus Rani membawa Wilson bermain ke Benteng Takeshi, tidak mengganggu Clara tidur.

Clara tidur sampai siang hari, ketika dia membuka mata sudah jam sebelas.

Clara duduk di ranjang, mengulurkan kedua lengannya, meregangkan tubuhnya, kemudian, turun dari ranjang dengan kaki telanjang, berjalan masuk ke kamar mandi dan mencuci muka.

Dia berdiri di depan wastafel, menggosok gigi, sambil berpikir apa yang harus dia lakukan di sore hari. Tidak tahu apa yang dilakukan Milki akhir-akhir ini, boleh mengajaknya keluar berjalan-jalan.

Tepat ketika dia sedang konsen berpikir, dia sama sekali tidak mendengar suara langkah kaki di luar toilet, sampai pintu toilet di dorong terbuka dari luar, sosok Rudy yang besar tinggi muncul di depan matanya.

Punggungnya yang tegap bersandar di kusen pintu, sikapnya agak malas, dan tersenyum memandangnya.

Clara mengedipkan matanya yang bersinar, mulutnya masih menggigit sikat gigi, mulutnya penuh dengan busa pasta gigi rasa spearmint.

“Kamu, kamu sudah kembali!” Setelah tertegun beberapa saat kemudian, Clara berkata dengan samar-samar, kemudian dia melepaskan sikat giginya, membersihkan busa di mulutnya dengan air, dan segera bergegas ke tubuh Rudy.

“Setelah kembali, mengapa tidak memberitahuku duluan.” Clara mengeluh, penampilannya tadi pasti sangat memalukan.

Dia seperti koala, rambut panjangnya dilepaskan seperti rumput laut, sepasang lengan merangkul lehernya, dan kakinya yang telanjang menginjak di atas kakinya. Clara menaikkan tumit kakinya, bibirnya yang merah dengan lembut menggosok bibirnya yang tipis dan dingin, matanya tersenyum, terlihat sedikit kemalasan dan kelicikan, sangat mirip seekor kucing yang malas.

“Kembali mengambil dokumen, tidak menyangka kamu berada di rumah.” Rudy tersenyum menjawab. Kedua lengannya merangkul di bawah ketiaknya, mengangkatnya dengan lembut, dan langsung menekannya di dinding samping.

Kakinya sangat kuat dan bertenaga, setelah saling memandang sesaat kemudian, dia menundukkan kepala menciumnya.

Meskipun keduanya baru saja kembali dari liburan, tetapi mereka pergi sekeluarga bertiga, si kecil hampir menjadi selokan alami di antara mereka. Berjalan di antara mereka, menggandeng tangan ibu dan ayah. Di saat duduk, kalau tidak duduk di pangkuan Rudy, maka dia duduk di pelukan Clara. Tiba di malam hari, dia langsung tidur di bagian tengah, berbaring di lengan Rudy, dan tangannya yang kecil dan gemuk sembarang menyentuh di bagian dada Clara.

Meskipun selalu bersama, mereka hampir tidak memiliki waktu untuk berdekatan. Melihat tanpa menyentuh, Rudy hampir mengalami luka dalam beberapa hari ini.

Lengan yang memeluk di pinggangnya mengencang, seolah-olah hampir memasukannya ke dalam tubuh. Ciuman semakin mendalam dan semakin mesra, ruangan kamar mandi yang kecil, suhunya semakin meningkat, nafas yang mesra tersebar di udara.

“Kamu, jangan sembarang lakukan, Wilson dan Sus Rani akan segera kembali.” Clara terengah-engah sambil bergumam.

Rudy selalu menempelkan bibir padanya dan mencium dengan mesra, dia tidak berkata, tapi langsung bertindak, mengulurkan tangan mengunci pintu toilet.

Clara: “.......”

Hatinya berpikir, ini sama seperti membuat fakta sepenuhnya terungkap,dengan jelas memberitahu orang lain bahwa mereka sedang melakukan sesuatu di dalam toilet, orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk.

Clara menjadi bingung dicium olehnya, bahkan kehilangan tenaga untuk membantah, dia hanya merasa dingin di bagian dadanya, baju tidurnya sudah dilepaskan, dan jatuh di lantai keramik yang kilat.

“Kamu, pelan-pelan.....” Alis Clara yang indah berkerut, kedua tangan diletakkan di bahunya, kukunya telah memasuki otot tubuhnya yang kuat.

Antusiasme yang berlebihan membuatnya tidak bisa beradaptasi untuk sementara waktu.

Badai petir menghantam api, memulai dengan tergila-gila, ketika berakhir, Clara jatuh lumpuh di pelukannya, dia merasa seluruh kekuatan dalam tubuh terkuras habis.

Rudy membuka air, dan meletakkannya di dalam bak mandi.

Clara mengambil air di dalam bak mandi, sengaja memercik ke tubuhnya. Melihat kemejanya menjadi basah, dia tiba-tiba merasa lumayan senang.

Dia sudah telanjang, tapi Rudy masih mengenakan kemeja dan celana panjang. Pura-pura serius, Clara ingin melihat akankah dia melepaskan pakaiannya yang basah.

Rudy tersenyum, sikap kekanak-kanakannya selalu membuatnya tidak tahu harus menangis atau tertawa.

“Apakah kamu sedang mengundang?” Rudy mengangkat alisnya, ada kesenangan dan kemesraan di dalam ekspresinya, dia membuka kancing kemejanya satu per satu dengan elegan.

Senyuman di wajah Clara menjadi tegang, hatinya berpikir: “Parah, dia menyalakan api membakar diri."

Kemudian, keduanya melakukan sekali lagi di dalam toilet, Clara benar-benar kehilangan tenaga.

Setelah membersihkan, Rudy menggendongnya kembali ke ranjang kamar, Clara berbalik dan tertidur.

Setelah bangun, langit sudah gelap, masalah berjalan-jalan dilupakan sepenuhnya.

Clara memarahi Rudy dalam hati. Setiap kali seperti begini, seperti seekor serigala yang lapar, tidak dapat mengenyangkannya sama sekali.

“Sudah bangun? Ayo keluar makan.” Rudy mendorong pintu masuk, dan menatapnya dengan tatapan lembut.

Rambut Clara yang panjang dilepaskan, pandangannya terlihat malas dan menawan, “kamu yang masak?”

“Ada Sus Rani di sini, bagaimana mungkin ada giliranku memasak, Sus Rani memasak sup bebek.” Rudy tersenyum berkata.

Mendengar sup bebek, mata Clara bersinar, membungkus dengan seprai, dan melompat turun dari ranjang.

Novel Terkait

Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu