Suami Misterius - Bab 353 Sepertinya Melamar Pernikahan

Semalam terlalu kelelahan, sehingga dia langsung ketiduran setelah selesai, sama sekali tidak sempat mandi, saat ini badannya hanya terasa sangat lengket.

Dia langsung beranjak ke kamar mandi, mulai mandi dengan suasana hati yang senang, sambil bernyanyi dengan santai. Setelah selesai dan keluar dari kamar mandi, bel rumah kebetulan berbunyi.

Clara mengenakan mantel mandi yang longgar, menginjak pada tangga kayu, lalu menghampiri ke depan untuk membuka pintu.

Melanie berjalan masuk dari pintu besar, dengan ekspresi yang penasaran dan bersemangat.

“Hari ini memang membuka wawasanku, benar-benar mirip istana, Rudy memperlakukan kamu bagaikan puteri.”

“Villa ini juga bukan dibangun demi aku, dia tetap akan menyayangi siapapun yang menikah dengannya, memang sifatnya seperti itu. “Clara duduk di sofa dan menyisir rambut, sambil berkata padanya.

Melanie meletakkan tas Clara pada meja tamu di hadapannya, dan berkeluh :”Sudah enak masih protes. Berapa banyak orang yang berusaha susah payah untuk menjadi nyonya rumah di villa ini.”

“Kalau begitu yang mereka nikahi adalah villa ini ? Atau orangnya Rudy ?” Clara menjawabnya dengan nada datar.

Melanie terbengong, merasa bahwa yang dikatakan Clara masuk akal juga.

Seandainya Rudy tidak ada identitas sebagai CEO di Sutedja Group, Clara tetap rela menikah dengan ‘pengangguran’ di rumahnya, namun bagi anak gadis yang dikatakan terdidik, atau wanita berkedudukan tinggi, belum tentu akan menerimanya.

Mungkin juga, inilah alasan mengapa Clara adalah wanita yang spesial bagi Rudy.

“Kamu lihat dulu apakah barang di dalam tas ada kekurangan.” Melanie berkata.

“Tidak perlu lihat lagi, kurang juga tidak ada yang tanggung jawab. Lagi pula, selain kartu identitas penduduk sama paspor, sisanya hanya kosmetik sama uang tunai, tidak ada barang penting lagi.” Clara berkata dengan santai.

Dia sedang mengeringkan air di ujung rambutnya dengan handuk, kemungkinan dikarenakan gerakannya terlalu besar, sehingga kerah mantelnya sedikit terbuka,menampakkan bekas ciuman yang dipenuhi pada bagian tulang selangka, kesannya sangat mesra.

Melanie tidak bisa menahan untuk bercanda lagi :”Rudy apa tidak terlalu ganas ya.”

Clara melotot sekilas, lalu menutupi erat mantel mandi di badannya, “Jangan lihat yang tidak boleh dilihat.”

“Aduh, aku cuma melirik sekilas saja, jangan-jangan Rudy akan menggali keluar kedua bola mataku ini ya.” Melanie tertawa riang dan menjawabnya.

Mereka berdua sering mandi bersama sejak kecil.

“Sudahlah, tas sudah diantar, kamu juga sudah boleh pergi. Aku masih mau lanjut tidurku.” Clara ingin sambung lagi tidurnya, tidak ada waktu untuk mendengar kecerewetan Melanie pada saat ini.

Clara baru saja berdiri, langsung di tahan kembali oleh Melanie ke atas sofa. “Tidur apaan lagi ! Sudah kekacauan ya hidupmu. Lupa hari ini hari apa ya ?”

“Hari apa ?” Clara kebingungan, beberapa waktu ini dia sibuk menyiapkan konsernya, otaknya pusing karena kesibukan, jika lampu di acara konser mulai bergoyang sana sini, dia bahkan tidak dapat membedakan siang atau malam.

“Hari ini hari valentine. Hari yang begitu penting, kamu malah lupa. Kalau Rudy, dia tidak bertindak apapun ?” Melanie mengedipkan matanya, pertanyaannya sedang menyiratkan sesuatu.

“Tadi pagi saat dia berangkat kerja aku masih belum bangun lagi. Seharusnya tidak ada acara yang spesial. Jalan raya di hari valentine pasti sangat ramai, aku seorang selebriti, tidak cocok juga kalau keluar.” Clara menjawabnya.

Tangan Melanie menahan di dahinya, merasa Clara memang terlalu lambat untuk menangkap maksudnya. “Hari valentine, hari yang betapa spesial, paling cocok untuk melamar pernikahan. Abangku dapat informasi, Rudy sudah pesan cincin berlian, semalam orang toko permata sudah mengantar cincin itu ke Sutedja Group. Menurutku dia hari ini pasti akan melamarmu, bagusnya kamu ada sedikit persiapan dulu, bersiap-siap untuk jadi pengantin. ”

Melanie tersenyum dulu, sambil menyentuhnya dengan bahu.

Clara juga tersenyum keceplosan.

Setelah konser pertamanya berakhir, dia sudah menyampaikan maksudnya dengan jelas, Rudy bisa dikatakan sudah memberikan umpan balik kepadanya. Miko orang yang bisa diandalkan, seandainya dia bilang Rudy sudah memesan cincin, berarti memang kenyataan.

Rudy memesan cincin berlian, tidak mungkin juga kalau untuk melamar wanita lain.

Clara dengan refleksnya mengulurkan tangan dan menutupi wajah sendiri, tiba-tiba merasa grogi.

Pada saat ini, tiba-tiba ponselnya berdering, Rudy yang meneleponnya.

Clara selesai mendengar teleponnya, ekspresi senyuman di wajahnya tidak dapat tertutupi. “Rudy bilang malam ini mau makan bersamaku.”

“Makan apaan, pasti mau melamar, mau memberikan kejutan untukmu.” Melanie berkata.

“Jadi, jadi apa aku perlu menyiapkan sesuatu tidak.” Clara berkata dengan panik.

Melanie memegang dahi dengan ekspresi tidak berdaya, “Clara, tolong jangan buat malu ya, mesti begitu buru-buru mau nikah ya.”

Dia menekan Clara ke atas sofa, lalu membantu dirinya merapikan rambut yang kacau terurai.

“Kamu tinggal berdandan dirimu dengan secantik mungkin saja.”

Melanie membantu Clara memilih bajunya, mereka hampir membongkar semua baju yang berada di kamarnya, akhirnya, baru memilih sebuah gaun panjang yang berwarna merah muda, kesannya indah dan elegan.

Clara sudah berdandan cantik, ketika baru selesai bersiap-siap, sudah terdengar suara mesin mobil di halaman rumahnya.

“Suamimu sudah pulang. Aku pulang dulu, selamat buat kamu.” Melanie selesai berkata, langsung menyelip pulang lewat pintu belakang.

Setelah itu, Rudy berjalan masuk sambil menjinjing tas kerjanya, ketika dia melihat Clara yang berdandan cantik, langsung terbengong sejenak.

Bukannya hanya makan bersama saja, mesti begitu serius dan formal ya ? Kelihatannya gaya pemikiran wanita memang berbeda dengan lelaki, selalu pentingkan dan perhatian dengan acara sejenis hari valentine.

“Ayo.” Clara tersenyum dan gandeng lengannya, berjalan keluar

dengan bersamaan.

“Mau makan apa ?” Rudy bertanya.

“Ya ?” Clara terbengong sejenak, mau melamar tetapi tidak tentukan tempatnya ?”

“Kamu suka masakan Cina, bagaimana kalau malam ini kita makan hidangan laut.” Rudy menyarankan lagi.

Clara mengangguk-angguk, mengikuti dia masuk ke mobilnya.

Mobilnya perlahan-lahan masuk kawasan jalan raya, satu tangannya Rudy memegang stering, satu tangannya lagi memegang ponsel, menyuruh Raymond memesan tempatnya.

Mobil Maybach hitam berkendara terus melalui Jalan Gatot Subroto, tempat tujuannya adalah sebuah restoran hidangan laut yang paling disukai oleh Clara.

Luas restoran ini tidak terlalu besar, hanya ada lantai atas dan bawah, dikarenakan hari valentine, sehingga tamunya hampir memenuhi restoran ini. Clara memakai topi lidah cekung dan masker, mengikuti dibelakang Rudy untuk naik ke lantai atas, dalam hatinya berpikir : Rudy mau melamar di tempat seperti ini, apa tidak terlalu umum ?

“Ruangan yang dipesan tuan Raymond di nomor 202, ayo silakan.” Pelayan membimbing mereka masuk ke dalam ruangannya, setelah itu, mengeluarkan menu makan dan memberikan kepada mereka.

Rudy sedang memesan lauk, sementara Clara dikarenakan takut dikenal oleh orang lain, sehingga terus menundukkan kepalanya dan tidak berbicara.

Ciri khas di restoran ini adalah udang karang kecil, rebus ikan bass, kepiting kukus, dan juga bubur makanan laut. Rudy memesan lauk sesuai selera Clara, setelah itu, baru mengembalikan menu kepada pelayan.

“Tuan, hari ini hari valentine, tamunya lebih ramai, makanan mungkin akan sedikit lambat dihidangkan.” Pelayan berkata dengan ekspresi segan.

“Baik.” Rudy menjawabnya dengan nada datar, tidak menujukan tanda-tanda tidak senang.

Setelah pelayan meninggalkan tempat, Clara baru melepaskan masker di wajah dan topinya, menampakkan wajahnya yang cantik.

Rudy mengangkat poci yang berada di atas meja, lalu menuangkan segelas teh hangat dan meletakkan ke hadapannya, “Hari ini orangnya banyak, mungkin harus tunggu beberapa saat. Raymond bilang, pemilik restoran ini terlalu keras kepala, kita mau mencarter tempat ini dengan bayaran tinggi, tetapi pemiliknya tetap tidak setuju."

Clara menopang pipi dengan satu tangan, dan berkata :”Restoran ini sudah lama dibuka, pada saat aku masih SMP, sudah sering makan di sini bersama Melanie. Pemiliknya sangat baik, pernah sekali kami lupa bawa dompet, dia bukan hanya tidak menyusahkan kami, malahan menambah sebungkus sup ikan kasih kami.”

“Kamu kan gadis kecil yang begitu imut, siapa yang tega menyusahkan kamu.” Rudy tersenyum dan berkata.

Novel Terkait

Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu