Suami Misterius - Bab 158 Kartu Ucapan Keinginan Ke Sekian

Clara memegang ponsel, sambil melihat resep masakan di internet, sambil belajar membuatnya, memaksakan diri memasak sepanci bubur sayur hijau untuk Rudy.

Meskipun rasa sangat hambar, tapi tidak sampai sulit untuk menelannya. Rudy Santoso sangat memberi muka dengan memakan semangkok.

Mereka berdua baru saja selesai makan, Sus Rani membawa Wilson pulang.

Sejak Sus Rani pulang terus sibuk di dalam dapur, Clara memasak sekali, di dapur malah seperti medan perang, saat membersihkannya butuh banyak tenaga.

Dan Wilson sulit bisa melihat papa dan mama semua berada di rumah, merasa senang sekali, sebentar ingin digendong papa, sebentar ingin digendong mama.

Petak umpet adalah permainan yang selamanya tidak membuat Wilson bosan memainkannya, Clara bersembunyi, Wilson yang mencari.

Meskipun ruang apartemen duplex tidak terlalu kecil, tapi tempat bersembunyi juga tidak banyak, walau Wilson belum 20 bulan, tapi sangat pintar, setiap kali selalu bisa menemukan Clara.

Setelah dia menemukan Clara, akan mengangkat wajah mungilnya, lalu cekikikan dengan bangga.

Di ruang tamu, Rudy mengganti pakaian rumah dan duduk di sofa, mengerutkan alis melihat ibu dan anak itu bermain.

Clara sudah tidak ada termpat bersembunyi lagi, akhirnya melepaskan sepatunya, berlari ke atas sofa, bersembunyi di belakang badan Rudy.

Selanjutnya, suara langkah kaki Wilson tuk tuk tuk terdengar dari lantai atas, anak kecil yang gemuk dengan sepasang mata hitam besar, berlari bolak balik di dalam ruang tamu, pertama dia berlari ke depan pintu, tidak menemukan mama di sana. Lalu mendorong lemari pakaian, masih masuk ke toilet berkeliling sekali, masih tidak menemukan mama.

Wajah mungil Wilson menunjukkan ekspresi bingung dan ragu-ragu, terlihat lucu dan imut, benar-benar orang yang kaya ekspresi.

Rudy mengerutkan alis sambil tersenyum melihat putranya, mengulurkan kaki menendang sandal yang ada di bwah sofa.

Sandal Mickey warna merah muda Clara terlempar ke bawah sofa. Setelah Wilson melihat sandal mendadak matanya bersinar, melangkahkan sepasang kaki kecilnya, bergegas lari ke sini, dan merangkak naik ke atas sofa, lalu mengulurkan tangan menyingkirkan papanya, berhasil menemukan mama di belakang badannya.

Saat ini perasaan puas Wilson semakin meledak, senang hingga menari-nari.

Clara dengan kedua tangan merangkul putranya, dengan memanjakan langsung mencium di wajah munggilnya yang tembem, tapi menjulurkan satu kaki, sekuat tenaga menendang Rudy.

Bahkan mengkhianatinya, pengkhianat ini, jangan mengira dia tidak melihat tindakannya saat menendang sandal.

Wilson sudah kelelahan bermain, tidur di atas sofa nonton film kartun bersama papa dan mama, dalam gambar itu muncul seekor babi kecil warna merah muda: namaku Peppa Pig, ini adalah adikku George Pig, ini adalah mamaku, ini adalah papaku, kemudian ini adalah suara teriakan babi.

Wilson menonton hingga bersemangat, Clara menonton hingga mengantuk, sedang menguap, ponsel yang diletakkan di atas sofa mendadak berdering.

Clara mengangkat telpon, telpon dari pengacara, berpesan padanya agar menemukan data-data rencana pembangunan yayasan amal.

Akhir-akhir ini pekerjaan Clara lebih sibuk, skrip, kontrak, data semua itu banyaknya hingga tak terhitung jumlahnya, dia sama sekali tidak ingat data rencana pembangunan yayasan amal diletakkan di mana.

Tapi untung saja, kebiasan hidup Clara masih termasuk baik, dia tidak akan sembarangan membuang dokumen penting, hampir semua diletakkan di dalam laci yang ada di kamar.

Clara melompat turun dari sofa, sambil memakai dan menarik sandal naik ke lantai atas, Wilson seperti ekor kecil ikut di belakangnya.

Clara mencari dokumen di kamar, Wilson ikut di belakangnya, tubuh kecil yang montok tergeletak di atas laci, meniru tampang mama, mencari-cari di dalam laci. Bertemu barang yang menarik akan mengambil keluar dan bermain sejenak.

Clara sedang fokus mencari dokumen, sementara waktu tidak memperhatikan putranya.

Dia mencari lama sekali, baru berhasil mendapatkan dokumen mengenai rencana pembangunan yayasan amal dari laci paling bawah. Dia meletakkan dokumen di ambang jendela, agar tidak tercampur dengan dokumen lainnya. Kemudian, membungkuk, memungut dokumen yang berserakan di lantai.

Wilson si kecil jahat ini, hanya bisa menambah kekacauan saja.

Clara menyimpan kembali semua dokumen yang berserakan di lantai ke dalam laci, tiba-tiba merasa ada sesuatu yang berkurang. Dia menuangkan lagi semua dokumen yang ada dalam laci, memeriksa lagi satu per satu, benar saja, kartu-kartu ucapan keinginannya hilang.

“Wilson!” Clara berlari turun ke bawah dengan kesal.

Dia baru saja menuruni tangga, sudah melihat Rudy dan Wilson satu besar satu kecil duduk di atas sofa, di samping berserakan banyak kartu ucapan keinginan.

Di tangan Rudy masih memegang selembar, sedang dibuka untuk melihatnya. Sepertinya dia mendengar suara langkah kaki, mengangkat mata melihat ke arah Clara, mata yang sama seperti batu hitam obsidian, ekspresi mata seperti tersenyum tapi tidak tersenyum.

Dalam sekejap wajah Clara langsung memerah. Sedang ragu apakah langsung berbalik dan pergi saja, anggap tidak terjadi apa-apa. Atau pergi ke sana dan merebut kembali semua kartu ucapan keinginan itu.

Dia merasa walau pilih yang mana pun, sudah sangat memalukan sekali.

Rudy menarik kembali pandangannya, wajah tampan yang selalu acuh tak acuh menunjukkan senyum lembut. Pandangannya tertuju ke kartu-kartu ucapan keinginan itu, dilihat satu per satu.

Model kartu-kartu ucapan keinginan ini sama dengan yang dia berikan pada Clara waktu itu, konten di dalamnya sangat beraneka ragam.

Buka kartu pertama, di dalam tertulis: menjelang malam di luar mulai hujan, mendadak sangat ingin makan steamboat bersamanya.

Buka kartu kedua, tertulis: hari ke-103 memasuki kru, sangat merindukannya.

Buka kartu ketiga: membuka mata, menemukan dia berbaring di sebelah, tampang saat dia tertidur tenang sekali, sudut mulut yang sedikit melengkung mirip sekali dengan Wilson.

Buka kartu keempat: hari ini di jalanan melihat sepasang suami istri tua, kakek tua memegang tangan nenek tua, turun bersama dari bus, mendadak merasa selalu berpegangan tangan seperti ini, berjalan sampai rambut menjadi putih, juga sangat bahagia.

Buka kartu kelima: sudah turun salju, melihat dia memegang payung berjalan di depan, mendadak ingin tahu, berjalan terus seperti ini, apakah bisa berjalan sampai tua.

Buka kartu ke sekian: ……

Dikartu semua hanya tertulis hal-hal sepele, keinginan yang sangat kecil, namun begitu tulus dan nyata.

Rudy bukanlah orang yang mudah menunjukkan perasaannya, juga bukan orang yang suka merasa sedih, tapi pada saat ini, dia juga dipenuh segala macam perasaan.

Ternyata, mereka sudah melewati empat musim bersama.

“Sudah cukup belum lihatnya!” Clara berjalan ke hadapannya, langsung merebut kartu ucapan keinginan yang ada di tangannya.

Kemudian, secara acak mengambil semua kartu ucapan keinginan lain yang tersebar di sofa.

Rudy tidak menghentikan tindakannya, hanya bersandar di sofa dengan gaya agak malas, menyilangkan kedua kaki yang ramping dengan santai, mata yang agak tertahan, melihatnya sambil tersenyum.

Clara merasa sangat tidak nyaman dengan tatapannya, melototinya dengan galak. “Rudy, kamu tidak perlu merasa bangga!”

Rudy tertawa terbahak-bahak, bertanya dengan perasaan tidak mengerti, “Kenapa bisa ada begitu banyak kartu ucapan keinginan?”

Clara masih memeluk setumpuk kartu ucapan keinginan dalam pelukannya, tidak bersikap baik menjawab: “Melihat kartu ucapan keinginan yang sama persis di sebuah butik, semuanya aku beli apakah tidak boleh?”

Clara berkata dengan penuh alasan yang benar, tapi dalam hati tidak bisa menghindari rasa bersalah. bukankah keinginannya sudah terlalu banyak, akankah dia merasa dia terlalu serakah dan tidak tahu puas.

Rudy berdiri, sudut bibir yang kuat melengkung penuh kelembutan. Dia megulurkan telapak tangan, membelai rambut panjangnya dengan memanjakan. “Apakah sementara ini hanya ada keinginan ini? Aku sudah mengingatnya.”

Dia selesai bicara, menggendong Wilson dari sofa, timbang-timbang di lengannya, tersenyum mengatakan, “Tambah berat lagi.”

Novel Terkait

The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu