Suami Misterius - Bab 1093 Bagaimana kalau Mabuk?

Apanya yang cantik! Diana mengulurkan tangan memegang kening, ada semacam dorongan ingin segera menghancurkan kertas gambar itu.

Desta mengulurkan lengan merangkul pundaknya, sedikit memiringkan kepala, bibir perlahan menempel di telinganya, berbisik mengatakan: “Masih lebih bagus kamu yang melukis aku, lukisannya sangat cantik.”

Diana agak tertegun sejenak, seolah-olah teringat sesuatu, seketika pipi juga memerah.

Dulu waktu masih kecil Diana pernah belajar membuat sketsa, memiliki keterampilan seni yang sangat baik, terutama membuat gambar karakter dan struktur tubuh manusia, sangat pandai dalam semua hal itu.

Dulu dia pernah membuat gambar sketsa untuk Desta, namun, bukan lukisan potret melainkan lukisan telanjang.

Diana menunjukkan lukisan itu padanya, Desta malah mengatakan bahwa lukisan tidak mirip, menyuruh dia mengikuti yang sebenarnya. Alhasil, Desta benar-benar melepas baju dan menunjukkan padanya.

Diana teringat akan hal ini tidak bisa menahan diri menggeleng dan tertawa lepas.

Ketika Diana belum pulang, ayah dan anak bergaul dengan harmonis sekali.

Tetapi begitu Diana pulang, tampaknya tidak seharmonis itu lagi.

Sekeluarga duduk bersama untuk menonton tv, Desta mendekat ke samping Diana, seperti biasa mengulurkan lengan merangkul pingganngnya, setelah si kecil melihatnya, langsung melompat turun dari sofa sambil mengerutkan kening, melepaskan tangan papanya dari pinggang mamanya, kemudian, dia sendiri yang memeluk.

Sepasang lengan pendek Gungun melingkari pinggang Diana, tampangnya yang menunjukkan bahwa itu adalah miliknya. Si kecil sejak lahir sampai besar selalu berada di sisi mamanya, di dalam pemahamannya, mama adalah milik dia sendiri.

Di malam hari, tetap Diana yang membawa Gungun di kamar utama.

Desta menangani beberapa surat penting di dalam ruang kerja, ketika kembali ke kamar, hanya merasa dalam kamar dingin dan tenang, ranjang juga sangat tidak nyaman ditiduri.

Dia berjalan keluar dari kamar tamu, pergi ke kamar utama yang ada di sebelah.

Diana masih belum tidur, menyalakan lampu untuk membaca informasi, Little Sweet akan segera mulai syuting, sebagai produser masih banyak hal yang harus dia lakukan.

Si kecil sudah tertidur, ditutupi selimut motif kartun, menunjukkan wajah mungil yang putih lembut, tidur dengan tenang.

Desta duduk di tepi ranjang, menundukkan kepala untuk mencium wajah mungil putranya, mungkin karena kumis yang baru tumbuh menusuk kulit lembut si kecil, Gungun mengerutkan kening, memonyongkan bibir kecil, lalu mendengus dengan rasa tidak puas.

Diana mengulurkan tangan memeluknya, menepuk punggungnya dengan lembut. Gungun ganti posisi tidur, agak membenamkan wajah kecil dibantal, lalu tidur dengan nyenyak lagi.

“Kamu jangan ganggu dia lagi, jika sampai bangun dia rewel sekali.” Diana mengulurkan tangan ingin menepuk bahu Desta, tapi dia malah menangkap tangannya dan mengusap ke dalam telapak tangannya.

“Tidak mengganggu dia, mengganggu kamu saja, boleh tidak?” Alis tebal Desta diwarnai kehangatan, telapak tangan mengikuti lengannya sedikit demi sedikit mengelus ke atas, ujung jari baru saja masuk ke dalam bajunya, dalam tidurnya Gungun tiba-tiba mengangkat tangan kecilnya untuk memegang dada mamanya, tidak memegang kelembutan yang ada dalam ingatannya, sebaliknya memegang ujung jari ramping papanya, mungkin karena sentuhan tidak benar, dengan mata tertutup langsung mulai menangis.

Diana menyingkirkan tangan Desta, menggendong putra ke dalam pelukannya sambil membujuk.

Tangan kecil Gungun sesuai keinginan diletakkan di dada lembut mamanya, baru merasa puas dan menutup mulutnya, mulai melanjutkan tidur nyenyaknya.

Desta: “……”

Wajah tuan muda Sunarya frustasi sekali, dia sudah menunggu selama tiga tahun, baru berhasil menunggu istrinya, alhasil, bibi dari istrinya datang tidak mau pergi, akhirnya berhasil menunggu kepergian bibi, tapi si kecil pulang dan berada tepat diantara dia dan Diane.

Desta duduk disalah satu sisi tempat tidur, menyangga kepala dengan satu tangan, melihatnya dengan tatapan hangat dan tidak berdaya “Benar-benar ingin membuatmu mabuk.”

”Setelah mabuk, kamu bisa lakukan apa pun sesuka hatimu?” Diana bertanya sambil mengedipkan mata.

Desta mengangkat-angkat alis, berkata: “Nyonya Sunarya, aku perlu mengingatkanmu, setiap kali kamu mabuk baru berani melakukan apa pun yang ingin kamu lakukan.”

“Apakah ada? Kenapa aku tidak ingat. “ Diana berkata, tapi tanpa sadar telinga malah memerah.

Gungun sudah tertidur nyenyak, Diana melepaskannya, duduk dengan setengah bersandar di sandaran ranjang, mengambil data dan lanjut membacanya.

“Cahaya lampu meja redup, tidak bagus untuk mata, jangan lihat hingga terlalu malam.” Desta bersuara mengingatkan.

“Iya.” Diana mengiyakan, mendekat ke sana, memberi kecupan ke bibirnya “Kamu juga tidur lebih awal, selamat malam.”

Desta mengangguk, kemudian, dengan enggan meninggalkan kamar tidur utama.

Diana melihat dia menutup pintu dan pergi, sedikit menggeleng kepala dan tertawa lepas.

Dia sudah pulang satu bulan lebih, tinggal dalam satu atap yang sama, masih mendiamkannya, tampaknya memang agak kejam.

Tidak tahu apakah karena setiap hari memikirkannya sehingga malam baru bermimpi, pada malam itu juga Diana bermimpi, memimpikan hubungan pertama kali mereka.

Pada saat itu Desta benar-benar murni seperti seorang anak laki-laki besar.

Mereka sudah berpacaran selama lebih dari setengah tahun, tetap bertahan pada tahap berciuman, selain itu, kebanyakan dia yang lebih berinisiatif melakukannya.

Pada hari itu, reunian teman sekelas SMA-nya, bermain dengan heboh hingga tengah malam, setiap orang juga minum hingga mabuk.

Dia adalah tipe orang yang minum segelas langsung mabuk, untuk itu tidak mabuk baru aneh.

Dia menelepon Desta, menyuruh dia datang menjemputnya.

Awalnya Desta ingin mengantarnya pulang ke rumah, dia membuat keributan juga berteriak tidak mau pulang ke rumah.

Bercanda apaan, dia pulang tengah malam dalam keadaan mabuk berat, Jay tidak marah besar baru aneh. Lebih baik Diana tidak pulang saja.

Desta tidak berdaya, membawa dia pulang ke villa yang ada di daerah Gebang.

Pada saat itu, dia baru saja beli villa itu, di villa hanya ada beberapa kebutuhan sehari-hari, selain kamar tidur utama tempat lainnya bahkan belum ada perabotan.

Desta menggendongnya ke sofa ruang tamu, lalu pergi ke dapur untuk membuat teh penghilang alkohol.

Ketika dia keluar dari dapur, Diana yang ada di atas sofa malah menghilang.

“ Diane, Diane.” Desta sambil memanggil namanya sambil menaiki tangga ke lantai atas.

Dari dalam kamar utama samar-samar terdengar suara.

Desta membuka pintu dan masuk ke dalam, kebetulan melihat Diana keluar dari dalam kamar mandi.

Tubuhnya hanya terbungkus sebuah handuk mandi besar, bahu dan kaki panjangnya yang indah terlihat jelas, rambut hitam yang panjang basah sekali dan terurai ke pinggang, rambut masih meneteskan butiran air.

“Desta, kenapa tidak ada sampo di rumahmu.” Dia bergumam menanyakannya.

Desta hanya melihatnya sekilas, terburu-buru dan panik membalikkan badan “Sementara waktu masih belum ada orang yang tinggal di villa, belum sempat membeli sampo.”

“Oh, sudahlah kalau begitu.” Diana berkata.

“Kamu, kamu pakai baju dulu, aku keluar ya.” Desta melangkahkan kaki panjangnya ke depan pintu, tangan baru saja memegang pegangan pintu, sepasang lengan lembut mendadak melingkar di pinggangnya.

Tubuh lembut gadis itu menempel di punggungnya yang kekar, aroma sabun mandi seakan memenuhi udara disekitarnya.

Dalam sekejap tubuh Desta menjadi kaku, bahkan tidak tahu tangan harus diletakkan di mana.

Tanpa sadar jakunnya bergulir, membalikkan badan dengan agak sulit, melihat ke arahnya, sedikit menghela nafas mengatakan: “Tahu diri sendiri mudah mabuk, maka jangan minum terlalu banyak.”

Tubuh Diana lembut sekali, seperti tanpa tulang menempel di badan Desta, wajah kecil mendongak, tersenyum mempesona “Bagaimana kamu bisa tahu kalau aku tidak sengaja mabuk.”

“Lalu, bagaimana kalau mabuk?” Dia mengangkat alis sambil bertanya.

“Berhubungan sex denganmu.” Diana sedikit bercanda mengatakannya, mata indah berkedip-kedip dan bersinar terang tapi terdapat sedikit kebimbangan.

Lengan lembut Diana perlahan melingkar ke atas lehernya, berinsiatif mempersembahkan bibir, dengan menggoda mengecup sudut bibirnya. “Desta, apakah kamu menginginkanku?”

Novel Terkait

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
5 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu