Suami Misterius - Bab 324 Banyak Yang Membicarakan Malah Dikira Kenyataan

Setelah Sutradara menasehati Clara, lalu dia memberi isyarat dengan tangannya. Clara mengangkat bajunya lalu melangkahkan kakinya dengan pelan berjalan masuk ke hutan pohon plum.

Langit masih dipenuhi dengan butiran salju halus yang berterbangan. Dia mengulurkan tangan dan mulai menari berputar-putar dengan senangnya di antara lautan plum sambil menyenandungkan lagu.

"Ikan menyelam, bulan memejamkan matanya malu bagai bunga, keindahan yang tidak bisa disembunyikan. Seseorang di samping bagai cahaya musim semi, lebih baik mati tanpa penyesalan. Kecantikan nasional dan aroma surgawi biarkan terus bersamaku,walaupun kehidupan ini pendek. Kamu bersedia aku pun bersedia, kamu datang aku pergi, betapa beruntungnya dipasangkan....”

Dia perlahan membuka lengannya dengan nyamannya, memutarkan langkah kakinya. Tubuhnya menari mengikuti irama. Pinggang yang begitu lembut dan anggun sedang menarikan tarian Limbo.

Angin malam bercampur dengan kepingan salju, menyapu hutan plum, merobohkan keramaian di pohon, kelopak plum merah muda perlahan berjatuhan dan tersangkut di rambutnya.

Pada saat ini, lensa kamera berubah arah. Kaisar yang diperankan Afri datang dari ujung hutan pohon plum. Sepatu bot kuning cerahnya menginjak salju, meninggalkan sederet bekas jejak kaki.

Kaisar dalam drama itu adalah seorang raja yang menyembunyikan perasaannya. Setiap kali pesta festival lentera, hari dimana orang-orang berkumpul bersama. Dia sangat merindukan istrinya yang sudah meninggal.

Ketika dia meninggalkan pesta kerajaan. Dia hanya diikuti oleh kasim yang bertanggung jawab untuk melayaninya dengan cermat.

Ketika kaisar melewati hutan plum di taman bunga Kerajaan, perhatiannya teralih kepada nyanyian samar. Dia pun berjalan ke hutan plum mengikuti arah suara nyanyian itu.

Kaisar selangkah demi selangkah berjalan masuk ke tengah hutan pohon plum. Lalu dia melihat sesosok wanita yang begitu cantik sedang berputar dengan pelan menari dengan indahnya.

Qing Wan tidak menyangka akan ada orang yang tiba-tiba masuk ke taman pohon plum ini, dia pun tidak tahu harus berbuat apa lalu hanya membeku di tempatnya.

Poin terpenting dalam adegan ini adalah tatapan mata pertemuan yang begitu dalam antara pemain utama pria dan wanita. Menggunakan tatapan mata untuk merefleksikan apa yang dirasakan oleh hati.

Mata Clara harus memperlihatkan penuh dengan suasana hati yang menunjukkan kekhawatiran, ketidakberdayaan, dan rasa malu.

Sedangkan mata Afri harus memperlihatkan suasana hati keheranan dan sukacita.

Kecantikan Clara bisa terihat oleh semua orang yang ada di lingkaran itu. tampak juga kekaguman dan takjub di dalam mata Afri. Tapi setelah itu, dia menyadari kalau dirinya tidak berani memandanginya lagi.

Mata Clara terlalu jernih seolah membawa semacam sihir penyerap jiwa.

Afri sedikit menyembunyikan tatapan matanya, Sutradara pun sudah berteriak terus tiga kali, “cut cut cut.”

Syuting adegan ini berlanjut dan diulangi terus sampai sepuluhan kali lebih, baru akhirnya lulus.

Lalu, Qing Wan tersadar dari keterkejutannya. Dia pun langsung berlutut di lantai. Dia berlutut di tanah, tetapi punggungnya begitu lurus, menunjukkan karakter seorang nyonya yang begitu angkuh dan kuat.

“Hamba, hamba tidak tahu kaisar ada di sini. Maaf telah mengganggu kaisar. Kaisar, saya mohon ampun.”

Kaisar pun melangkah maju lalu berjalan sampai ke sampingnya, menundukkan kepala lalu tersenyum dan berkata, “Angkatlah kepalamu.”

Setelah Qing Wan terkejut sebentar, dia pun langsung berdiri dan mengangkat dagunya memperlihatkan wajah lembut yang begitu cantik.

“Siapa namamu? Kamu bertugas dimana?” tanya Kaisar.

“Nama hamba Qing Wan. Bertugas di Istana Lonceng.” Jawab Qing Wan.

Kaisar mengangguk, “Nama yang begitu indah.”

Selesai bicara, kaisar pun melangkahkan kakinya lagi lalu melewati Qing Wan. Baru saja berjalan beberapa langkah tiba-tiba kaisar berhenti lalu berkata kepada Qing Wan, “Sudah malam, cepatlah pulang.”

“Baik, Hamba akan melaksanakan perintah kaisar.” Qing Wan membungkuk lagi memberi hormat.

Kaisar pun berjalan keluar dari hutan plum. Sedangkan Qing Wan berbaring di tanah tak bergerak sama sekali. Lalu tiba-tiba wakil utama berhenti di samping Qing Wan, dia tertawa dan berkata, “Cepat sana pulang, keberuntunganmu sudah datang.”

Sampai sini, adegan di hutan pohon plum pun selesai. Sutradara berteriak, “OK. Selesai syutingnya.”

Artis-artis satu persatu pergi meninggalkan tempat lokasi syuting. Para kru membersihkan dan mengepaki peralatan dan lampu-lampu alat syuting.

Sutradara berjalan ke samping Afri, dia mengatakan kalau dia tidak terlalu puas dengan penampilan dan pekerjaan Afri hari ini. dia pun memerintahkan dengan berkata, “Cari waktu kosong untuk latihan adegan dengan Clara. Kedepannya akan banyak komunikasi dengan tatapan mata dan perasaan. Setiap kali harus diulang sepuluh kali baru lulus maka syuting ini pengambilannya bisa-bisa melewati tahun monyet.”

“Aku tahu, Pak Sutradara.” Afri mengangguk dan merasa bersalah.

Setelah pulang ke hotel dan selesai makan. Afri pergi ke kamar Clara dengan membawa skripnya.

“Kakak Afri, ada urusankah?” Karena Clara lebih muda daripada Afri, Clara pun memanggilnya kakak.

“Clara, apa kamu punya waktu luang? Sutradara meminta kita untuk latihan adegan-adegan berikutnya.” Afri menggoyangkan skrip di tangannya.

Clara sedikit ragu lalu dia mengepalkan tangannya berkata dengan terlihat sangat kelelahan, “Maaf, aku kelihatannya tidak enak badan. Besok pagi saja kita ke lokasi syuting dan berlatih di sana, oke?”

“Kenapa tiba-tiba tidak enak badan? Apa perlu aku panggilkan dokter untuk memeriksanya?” kata Afri dengan sopannya mencoba perhatian kepada Clara.

“Mungkin karena dua adegan malam hari itu selalu saja kena angin malam yang dingin. Santai saja minum obat dan tidur, nanti akan baik-baik saja.” kata Clara.

“Baiklah, kalau begitu aku tidak akan mengganggumu lagi. Cepatlah istirahat kalau begitu.” Afri juga peka. Walaupun tahu kalau Clara hanya alasan saja mengatakan ‘tidak enak badan’ tapi dia tidak akan membuka kebohongan Clara itu.

Clara menutup pintunya lalu kembali lagi ke ruang tamu.

Melanie duduk di sofa, bertanya dengan bingungnya, “Kapan mulai kapan pusing?”

“Hanya alasan saja. Afri saja bisa mendengarnya jelas kalau ini alasan. Kamu malah tidak mendengar jelas kalau ini hanya alasan?” Clara menatap Melanie dengan tatapan bodoh.

Melani bingung, “Kenapa kamu berbohong dengan mengatakan tidak enak badan?”

“Tengah malam dan selarut ini, dia seorang pria dewasa di kamarku, menurutmu apa itu pantas? Jika ini tiba-tiba terdengar oleh yang lain, semua orang merasa kalau latihan hanyalah alasan saja, nanti yang ada malah akan banyak gosip aneh-aneh dan jadi ribut.” Jawab Clara tak berdaya.

Sebagai seorang publik figur, juga ada ketidak berdayaan.

“Di lingkaran industri ini setiap harinya banyak sekali gosip-gosip percintaan, itu juga tidak begitu aneh.” Kata Melanie dengan sok tahunya.

“Banyak yang membicarakan malah dikira kenyataan, Jika gosip semakin banyak, Apa yang akan dipikirkan oleh Rudy? Dia bisa percaya aku sekali, dua kali, tiga kali, sampai berkali-kali. Tapi apa sekali pun dia tidak akan mencurigaiku! Kenapa gosip-gosip tidak cari orang lain saja. Kenapa selalu saja mencariku. Segala hal itu tidak akan terjadi tanpa ada alasan atau apa diriku yang memang bermasalah ya. Jadi, hal-hal semacam itu lebih baik dihindari saja. Lebih baik berhati-hati agar bisa berjalan lama.”

“Bicara panjang tapi intinya tetap saja demi priamu Tuan Muda Sutedja.” Selesai mendengarnya, Melani pun tertawa menggoda Clara.

Clara tidak mengatakan apapun, dia berjalan ke depan jendela memandangi kepingan salju yang berterbangan jatuh di luar jendela. Ini adalah salju pertama di musim dingin tahun ini.

Clara dari dulu sangat suka salju, dia merasa turun salju adalah hal yang sangat romantis.

Dia sedang melamun berdiri di depan jendela. Tiba-tiba bel pintu kamar berbunyi.

“Tidak mungkin Afri lagi kan.” Gumam Melanie, lalu dia pun perlahan berdiri dari sofa dan berjalan ke arah pintu.

Clara sudah jelas sekali menolak ajakan Afri. Jika dia masih saja datang, itu namanya dia tidak dewasa.

Melanie membuka pintunya, ketika melihat orang yang ada di depan pintu, dia pun langsung membeku di tempatnya.

“Melanie siapa yang datang?” tanya Clara sambil menoleh. Lalu, dia melihat Rudy yang berjalan masuk ke dalam kamar.

Rudy mengenakan mantel panjang warna abu-abu asap. Dirinya tampak begitu tegap dan dalam. Rudy menghentikan langkahnya di depan Clara, masih tercium aroma salju dan angin dari tubuhnya.

Clara membelalakkan matanya lebar, dia sangat terkejut sampai tidak bisa berkata apa-apa.

“Jadi bodoh?” Rudy tertawa ceria. Dia mengulurkan ujung jarinya dan mencubit pelan ke ujung hidung Clara.

Novel Terkait

My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu