Suami Misterius - Bab 117 Terima Kasih Nenek Moyang

Nyonya Han terkesan lebih ramah dari biasanya, menarik kedua tangan Clara, dari atas hingga bawah, menilai dengan teliti, merasa penampilan dan etikanya lumayan bagus, baru mengangguk dengan puas. Tersenyum dan berkata, “Nyonya Han apanya, kamu memanggilku bibi, aku juga memanggilmu Clara, kesannya lebih dekat.”

Clara menarik sedikit sudut bibirnya, tersenyum dengan paksa, sambil berpikir : bibi apaan, Clara apaan ! bibi, aku tidak merasa dekat denganmu !

Setelah itu, Yunita dan Clara menduduki di tempatnya.

Posisi tempat duduk Clara tepat disamping Nyonya Han, Nyonya Han menarik tangannya dan terus bertanya.

Sudah berapa umurnya, tamatan di sekolah apa, biasanya ada hobi apa. Clara hanya bisa menahan dengan kesabarannya dan menjawab satu persatu.

Yunita kadang kalanya juga ikut campur beberapa kalimat, “ Clara adalah anak perempuan yang paling unggul di keluarga kami, Ayah paling memanjakan dia, Ibu juga lebih perhatian dengan dia daripada aku. Aku saja sering cemburu dengannya.”

Rina yang berada disamping letak gelasnya, mencubit hidungnya dengan manja, “Kamu tidak segan ya, kamu kakak sulung, bukannya sangat wajar kalau mengalah dengan adik sendiri.”

Ibu dan anak tertawa berdua disamping, senyuman di wajah Nyonya Han juga bertambah.

Clara diam-diam menarik jarak antara dirinya dan Nyonya Han, melihat Rina dan Yunita yang saling berpadu, hanya ingin tersenyum sinis.

“Kok Nalan Qi dan Handy masih belum sampai, aku rasa mereka lelaki yang paling sibuk, lebih sibuk dari presiden.” Yunita tersenyum dan berkata, dia baru saja selesai bicara, pintu ruangannya terbuka lagi.

“Kamu lihat, baru dibilang orangnya sudah sampai.” Nyonya Han menoleh ke arah pintu dengan tatapan lembut, senyuman memenuhi wajahnya.

Handy dan Nalan Qi masuk bersamaan, Yunita menghampirinya sambil tersenyum, melayani Handy terlebih dahulu, setelah itu, menggandeng lengan Nalan Qi.

“Akhirnya anggotanya sudah lengkap, suruh pelayan menghidangkan makanannya.” Yunita menggandeng Nalan Qi, duduk bersamaan.

Disamping Clara adalah satu-satunya tempat kosong yang tersisa, jelasnya tempat ini sengaja disisakan untuk Handy.

Handy duduk disamping Clara dengan sewajarnya.

Seandainya tadi Clara masih merasa bingung, maka saat ini dia telah mengetahui dengan jelas niat Yunita dan Nalan Qi. Maksud dari makan bersama sekeluarga, hanyalah salah satu jenis dari kencan buta.

Rudy Sutedja pernah mengatakan bahwa, Ayahnya Handy akan berjabat sebagai wakil walikota, bertanggung jawab mengenai pembangunan kota, bagi perusahaan milik keluarga Qi yang bergerak dibidang pembangunan, paling membutuhkan relasi di bidang pembangunan kota. Sehingga, pada sebelumnya Nalan Qi akan menjalin hubungan pernikahannya dengan Lauren Ogana, hanya untuk memanfaatkan keluarga Ogana secara habis-habisan.

Pada saat ini, dirinya menjadi sasaran mereka yang baru lagi.

Dalam detik ini, Clara ingin sekali mengambil sebuah cermin untuk mencerminkan dirinya dengan teliti, melihat apakah dirinya memiliki sebuah tampang yang mudah diatur.

“Handy, kamu sama Clara, tidak perlu aku sengaja perkenalkan lagi kan.” Nalan Qi bertanya dengan nada canda.

“Sebelumnya di tim syuting, Handy paling perhatian dengan Clara, membuat aku yang sebagai kakak juga merasa kalah dibandingnya. Sekarang kalian dalam satu tim syuting lagi, ada kamu yang bantu menjaganya, kami sekeluarga merasa sangat tenang.” Yunita dan Nalan Qi saling bekerja sama, perpaduan yang sempurna.

Clara merasa mereka berdua bagaikan dua orang germo.

Dia sedikit melirik ke samping, kebetulan dapat melihat satu sisi wajah Handy yang tampan, tetap saja dingin dan suram, jarang tersenyum, hanya dibagian telinganya yang sedikit memerah.

Sebuah acara kencan buta, Clara dan Handy dapat dikatakan sebagai pemeran utamanya, namun mereka berdua tidak banyak berbicara. Malahan Yunita dan Nalan Qi yang terus meramaikan suasana.

Yunita dan Nyonya Han membahas dengan asyik, namun topik pembicaraannya seputaran mengenai Clara. Yunita yang demi berhasil menjual Clara, memujinya sampai setinggi langit.

Perhatian Nalan Qi terletak pada Karim Han, dia adalah orang yang sangat licik, dapat melontarkan kata-kata apapun, demi menyanjung orang lain, awalnya Karim Han masih mewaspadainya, namun setelah percakapan yang singkat, kedua orang ini sudah membahas dengan asyik.

Nalan Qi sangat pintar, sama sekali tidak mengungkit masalah pekerjaan, bahkan topik pembicaraan yang rada sensitif, dia akan langsung menghindarinya.

Jelasnya, Nalan Qi sangat mengerti arti ketergesaan tidak membuahkan hasil. Asalkan Karim Han menghapuskan rasa waspada terhadap dirinya, cepat atau lambat dia akan mencapai tujuannya.

Berpikir tentang hasil yang di alami keluarga Ogana, Clara benar-benar mengasihani Handy.

Sebuah acara kencan buta, menyenangkan tuan rumah dan tamunya.

Karim Han memiliki sejenis rasa penyesalan karena tidak mengenal Nalan Qi lebih awalnya lagi, obrolan dengan Yanto juga lumayan enak. Sikap Yanto terhadap Karim Han selalu baik.

Penanggung jawab dalam pembangunan kota adalah posisi yang menguntungkan, sepertinya Yanto juga ingin ikut membagi keuntungan ini.

Oleh sebab itu, Clara sangat diam, bahkan tidak berbicara dalam sepanjang acara. Tingkah ini malahan membuat Nyonya Han semakin menyukainya, Nyonya Han paling menyukai tipe gadis yang diam dan santun. Meskipun Yunita yang pintar bersosialiasi dapat menyenangkan hati, namun tidak cocok apabila menjadi menantunya.

Sebelum berpisah, Nyonya Han menarik tangan Clara, melepaskan gelang permata putih yang berada di tangannya dan memberikan kepada Clara secara paksa.

Clara tidak terlalu ahli dalam bidang permata, namun menurutnya warna di permata ini sangat cantik, permata unggul yang berasal dari Xinjiang dan Hotan, ada harganya tidak ada pasarnya.

Nyonya Han memberikan hadiah yang begitu berharga padanya, maksudnya sudah sangat jelas. Clara berusaha menolaknya :”bibi, gelang ini terlalu berharga, aku tidak boleh terima.”

Akan tetapi, Clara masih belum berhasil menolak gelangnya, Rina langsung menghampirinya, menahan tangannya, menuruti tujuan dari Nyonya Han, memakaikan gelang permata ini ke tangannya. Tangan Clara menjadi kemerahan karena garukan Rina.

Raut wajah Clara menjadi suram, menahan emosinya dengan terpaksa. Seandainya dia langsung memecahkan gelang permata ini di hadapan Nyonya Han, pasti akan menimbulkan pertengkaran antar keluarga, mempermalukan kedua belah pihak.

Nyonya Han merasa puas dan pulang bersama Handy, sepasang suami istri yaitu Yanto dan Rina, dan ditambah dengan Nalan Qi dan Yunita, mengantar pergi keluarga Han dengan tatapan semangat.

Bentuk wajah yang menyanjung, Clara benar-benar tidak dapat bertahan.

Setelah kepergian keluarga Han, tatapan Yanto terhadap Clara menjadi lebih memuaskan.

Dia telah bertahun-tahun menjabat posisi sebagai wakil walikota, tidak ada pegawai yang tidak ingin naik pangkat. Kekuasaan keluarga Han tidak kecil, pasti akan menjadi dukungannya pada saat penting.

“Handy muda dan berbakat, meskipun keluarga Han tidak tergolong keluarga bangsawan yang mulia, namun juga keluarga besar, keturunan dari keluarga ternama. Nyonya Han juga menyukaimu, Setelah kamu menikah kesana, hidupmu tidak akan susah. Ibumu yang berada di surga, juga akan merasa bersyukur.” Yanto berkata dengan nada serius.

Wajah cantik Clara, yang tidak mengubah ekspresi di wajahnya. Namun sepasang bola mata hitamnya menjadi semakin dingin. Seandainya Ibunya masih hidup, mengetahui dirinya dijual oleh Ibu dan anak dari keluarga Muray bagaikan barang, dan Yanto mengorbankan dirinya untuk mendapatkan keuntungan, mungkin saja Ibunya akan langsung meninggal dunia karena emosi.

Rina adalah orang pintar, paling hebat dalam menilai suasana, tentu saja tidak akan melepaskan kesempatan baik ini, untuk menyanjung dihadapan Yanto.

Dia memegang tangan Clara dengan ramah, tersenyum dengan wajah yang penuh kasih sayang, “ Clara, kamu harus banyak berterimakasih sama kakak dan abang iparmu, demi urusan kamu, mereka telah banyak berupaya. Keluarga Han yang begitu bagus, kakakmu langsung kepikiran dirimu.”

Clara tersenyum palsu, terima kasih ? Dia benar-benar ingin berterimakasih sama Yunita dan nenek moyangnya.

Novel Terkait

Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu