Suami Misterius - Bab 1119 Pacar Masa Depan

Pada saat yang sama, di dalam vila Keluarga Sanusi.

Adella bersandar di sofa dengan wajah lemas dan cemberut. ekspresi wajahnya tidak menyenangkan, dia mengeluh, "Apakah pengacara ini dapat diandalkan? Sebenarnya apa maksudnya? Semua ucapannya itu terlihat seperti sedang mencurigaiku!"

“Jika kamu tidak melakukan kesalahan. Lalu kenapa kamu harus takut orang mencurigaimu.” Kata Erwin sambil menatapnya.

"Apa maksudmu? Apa kamu meragukanku juga!" Mata Adella memerah dan tampak sangat sedih dan tersudut, tapi dia berusaha sebisa mungkin menyembunyikan tatapan matanya. Kemudian, dua tangannya mengelus perutnya, seolah-olah berusaha menahan rasa sakit.

" Adella, aku sarankan kepadamu untuk mengatakan sebenarnya dan sejujur-jujurnya. Bahkan pengacara saja tidak bisa kamu tipu, apalagi polisi, mana bisa kamu menipu mereka.”

Adella dengan air mata berlinangan, dia menggigit bibirnya dan tidak bicara, tapi wajahnya terlihat lebih pucat dan mengelus perutnya semakin erat.

Erwin menggelengkan kepala dan menghela napas dan berkata pada seorang pembantu “Cepat bantu nona kembali ke kamar untuk istirahat. Lalu, jangan lupa telepon dokter dan katakan kalau nona Adella sedang tidak enak badan. Dan minta dokter untuk datang segera kesini.”

Pembantu pun langsung menggangguk, lalu memapah nona Adella kembali ke kamar.

Erwin bangkit dari sofa, lalu naik ke atas sambil pegangan susuran tangga.

Ruang kerja berada pada ruangan paling dalam di sebelah kiri lantai dua. Erwin membuka pintu dan berjalan masuk ke dalam. Di dalam ruangan itu, Alfy sedang berdiri di depan jendela dengan tangan ditopang di belakang punggungnya, punggungnya tampak begitu tegap dan dingin.

Mendengar suara langkah kaki, dia menoleh dengan santai dan tatapan matanya tertuju pada Erwin “Laporan kuartal terakhir kemarin, aku menaruhnya di mejamu. Jika tidak ada urusan yang lain, aku pulang dulu.”

Alfy jarang sekali kembali ke rumah ini, jelas sekali dia tidak bersedia untuk kembali ke sini.

Erwin mengerutkan keningnya, menunjuk ke sofa di sampingnya dan berkata “Duduklah dulu, minum teh baru pergi.”

Kemudikan, pembantu pun masuk ke dalam ruangan menyajikan dua cangkir teh.

Anak dan ayah itu duduk berhadap-hadapan, Alfy mengambil cangkir teh kacanya lalu menggunakan tutup teh untuk perlahan menyisihkan beberapa daun teh yang mengambang di atas air teh panas itu, gerakannya itu begitu santai dan elegan.

Erwin juga mencicipi tehnya, lalu dengan santai dia bertanya “Aku dengar, kamu sudah bertemu nona dari keluarga Sunarya, bagaimana menurutmu?”

“Tidak bagaimana-bagaimana.” Jawab Alfy dengan lembut. Nada bicaranya begitu tenang, tapi tidak ada emosi dan kehangatan di sana.

Kencan buta ini tidak diatur oleh Erwin, tapi diatur oleh salah satu tetua keluarga. Alfy awalnya ingin menolak, tapi identitas orang yang mengenalkan tidak baik untuk disinggung. Jadi dia pun memaksakan diri untuk pergi menemui pasangan kencan butanya.

Tentu saja, hanya sekedar bertemu saja. Keluarga Sunarya adalah keluarga yang sangat terpandang dan statusnya setinggi langit. Alfy tidak pernah berniat untuk menikahi nona tertua keluarga Sunarya dan memanjakannya.

Tapi, Erwin jelas tidak cukup puas dengan jawaban anaknya “ Alfy, sebenarnya apa rencanamu kedepan? Nona dari keluarga Sunarya saja kamu tidak suka. Apa kamu ini ingin menikahi seorang dewi dari langit?”

Setelah mendengarkan ucapan itu, Alfy meletakkan cangkir teh dan tersenyum.

Benar saja, di mata orang tua, anak-anak mereka adalah yang terbaik.

"Ayah, kepercayaan diri dari mana hingga kamu merasa kalau anakmu ini yang tidak suka. Kenapa tidak berpikir kalau nona dari keluarga Sunarya yang tidak menyukaiku. Keluarga Sunarya itu adalah salah satu keluarga paling terpandang dan juga sangat luar biasa.”

“Lalu, memang kenapa. Seberapa terpandangnya keluarga Sunarya, keluarga kita Keluarga Sanusi ini juga bukanlah keluarga kecil dan biasa, kita juga bukan tidak bisa naik seperti mereka.” kata Erwin.

Keluarga Sanusi adalah keluarga besar dan cukup terpandang. Keluarga ini dari mulai bisnis sampai pemerintahan, juga merupakan salah satu keluarga yang menghasilkan bakat-bakat terbaik dan juga bisa saling mengandalkan.

“Mau meraihnya pun, harus berusaha jadi lebih tinggi lagi dan lagi, kenapa harus repot-repot seperti itu.” kata Alfy sambil tersenyum hangat, nada bicaranya begitu tenang “Di tambah lagi, aku dengar keluarga Sunarya hanya punya satu anak perempuan. Jadi, pasti anak perempuan itu seperti mutiara di telapak tangan mereka dan pasti merupakan nona besar yang dimanjakan sekali, tidak cocok untuk dijadikan istri.”

Setelah mendengarkan Erwin, ayahnya seperti teringat sesuatu. Wajahnya tampak tidak menyenangkan “Semua ini kesalahanku, tidak memberi teladan yang baik untukmu.”

“Kamu tidak perlu menyalahkan dirimu sendiri, aku bukan tidak punya rencana menikah, hanya saja belum bertemu orang yang cocok saja.” kata Alfy lagi.

Erwin menghela napas ringan, lalu mengangguk. Merasa kalau yang diucapkan itu masuk akal. Tapi, juga merasa sayang karena tidak jadi ada pernikahan dengan keluarga Sunarya “Kalau begitu...”

Erwin sepertinya ingin mengatakan sesuatu, tapi ucapannya sudah keburu dipotong dulu oleh Alfy.

“Tabrak lari Adella sudah cukup membuatmu sangat khawatir, jadi jangan buang energimu lebih banyak untuk urusanku.” Alfy tampak lembut dan setelah berbicara, dia melihat ke jam tangannya.

"Ada rapat perusahaan sore ini, aku harus kembali dulu.”

Dia berdiri dan langsung keluar dari ruang kerja.

Erwin tetap duduk di tempatnya, melihat putra satu-satunya pergi menghilang dari pandangan matanya. Walaupun Alfy tersenyum hangat, tapi aura di sekelilingnya terasa begitu dingin.

Erwin mengulurkan dua jari dan memijat-mijat keningnya dengan kuat, tampak lesu, lelah dan tua di keningnya itu.

***

Alfy keluar dari vila dan begitu mobilnya melaju keluar dari halaman, dia melihat sebuah mobil sport merah yang ada di tengah jalan menghalangi jalan. Tubuh Keyra yang ramping bersandar di samping mobilnya, punggungnya bersandar di pintu mobil. Dia menundukkan kepala sedang bermain ponsel, posenya begitu santai.

Tanpa sadar Alfy mengerutkan kening, mematikan mobilnya lalu membuka pintu mobil dan turun dari mobil.

Keyra mendengar suara mobil, dia pun mengangkat kepalanya dan melihat Alfy yang berjalan menghampirinya. Dia pun memasukkan ponselnya, tersenyum melihat Alfy. Dia langsung mengangkat tangan, melambaikan tangannya kepada Alfy.

Alfy berhenti selangkah darinya. Jarak ini adalah jarak yang paling tepat dan aman di antara dua orang. Alisnya yang indah tampak begitu lembut, dia pun bicara dengan sopan.

“Nona Sunarya, kamu sudah mengganggu lalu lintas.”

Keyra mengangkat sudut bibirnya, sudut matanya menyipit tersenyum dan menjawab “Tidak sampai mengganggu lalu lintas begitu kok. Jalan ini hanya terhubung dengan rumah Keluarga Sanusi. Aku hanya menghalangi jalanmu saja.”

“Kamu sedang menungguku?” tanya Alfy dengan menaikkan alisnya.

“Iya.” Keyra menganggukkan kepala dan berkata sejujurnya.

“Apa yang mau dibicarakan oleh nona Sunarya ya?” tanya Alfy dengan tatapan yang cukup tenang dan dalam.

“Hari itu pergi terlalu terburu-buru. Aku lupa minta nomer kontakmu.” Selesai bicara, Keyra menyerangkan ponselnya ke depan Alfy, menunggunya memasukkan nomor teleponnya.

Dia meminta langsung nomer kontaknya, Alfy tidak memiliki alasan yang cocok untuk menolak memberikannya saat ini.

Alfy dengan sedikit ragu-ragu mengambil ponsel itu. Layarnya terkunci.

Keyra mengatakan serangkaian angka, lalu menambahkan ucapan, "Kode kunci layar itu adalah ulang tahunku.”

Alfy mengangkat pandangan matanya memandangnya, tatapan mata itu begitu tenang. Ujung jarinya yang ramping dengan cepat bergerak di layar ponsel, dia memasukkan nomor teleponnya ke ponsel Keyra. Sebelas digit nomer, lalu mengembalikan ponsel itu kepada Keyra.

Keyra mengambil ponsel itu, lalu tersenyum senang. Ketika dia tersenyum, dia sungguh tampak cantik, senyum yang cerah dan bersinar.

Dia mengambil kembali ponselnya dan menyimpan nomor itu dengan menamainya: BF Masa depan.

Alfy, "..."

Dia berpura-pura tidak melihat apapun, lalu mengalihkan pandangan matanya.

Lalu, Keyra mengecek wechat dengan nomer telepon itu “Nomer teleponmu ini adalah nomer wechat juga kan.”

“Ketika dia mau membantahnya, ponsel yang ada di saku bajunya tiba-tiba bergetar dan berbunyi.

Alfy, "..."

“Aku telah menambahkanmu sebagai teman di wechat. Cepat terima ya.” kata Keyra sambil melebarkan mata cantiknya, mengedipkan mata menatapnya.

Alfy menaikkan sudut bibirnya, di lengkungan sudut bibir itu tampak tak berdaya. Dia mengeluarkan ponselnya, lalu menyetujui permintaan pertemanan wechatnya. Lalu, dia kembali menaruh ponselnya kembali ke saku bajunya.

“Sekarang, bolehkah aku pergi?” tanyanya dengan nada bicara yang begitu lembut dan elegan. Tatapan matanya yang begitu dalam menatap tajam ke mobil sport Keyra yang menghalangi jalannya.

“OK!” kata Keyra sambil memberi isyarat “OK” dengan tangannya. Lalu, dia membuka pintu mobil pengemudinya dan masuk duduk di dalam mobilnya. Dia menyalakan mesin mobil.

Tapi, dia tidak segera pergi. Dia menurunkan jendela mobilnya, lalu menaikkan alisnya yang indah menatap Alfy dan berkata “ Alfy, semoga bertemu lagi lain hari ya.”

Alfy tidak bicara, dia merapatkan bibir tipisnya yang terlihat lembut dan lembab seperti giok.

Dia melihat bagian belakang mobil merah Keyra yang perlahan menghilang dari pandangan matanya. Mata hitamnya tiba-tiba menggelap dan sulit diterka.

Novel Terkait

Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu