Suami Misterius - Bab 501 Pengkhianat

“Kak Rina, Elaine, kalian sudah datang ya, duduklah.” Heru berkata dengan sikap lamban.

Rina yang sudah terlantar beberapa jam, telah emosi sejak tadi, namun dia juga tidak bisa melampiaskan emosinya. Bagaimanapun mereka datang untuk meminta bantuan, setidaknya harus memperlihatkan sikap memohon.

Rina menggandeng Elaine duduk di atas sofa ruang tamu.

Heru menyelesaikan pekerjaannya, juga duduk di atas sofa tunggal yang berhadapan dengan mereka, lalu memerintah sekretarisnya untuk menyajikan kopi.

“Tidak perlu lagi, kamu sudah kenyang minum kopi dari tadi.” Rina berkata dengan kesan sindir.

Namun sekretaris Heru tetap mengantarkan segelas kopi, kopi jamaika yang murni, dan meletakkan pada meja di hadapan Heru.

Heru mengangkat gelas dan meneguk kopinya, lalu berkata dengan datar, “Aku baru saja mau meluangkan waktu buat membahas masalah dengan kakak, sekarang kalian sudah datang, aku juga tidak perlu sengaja buat janji lagi.”

“Masalah apa ?” Rina bertanya.

“Tidak lama yang lalu, aku sudah menyelesaikan formalitas penceraian sama Cindi.” Heru berkata.

“Apa ?” Rina sangat kaget dan melotot besar kedua matanya, “Masalah cerai yang begitu penting, kamu kenapa tidak diskusi dulu sama aku !”

Cindi adalah mata-mata yang sengaja diatur oleh Rina untuk mengawasi Heru, untuk menghindari apabila kekuasaan Heru yang semakin besar, akan terlepas dari pengendaliannya. Tidak tahu juga apa yang sedang diperhitungkan Cindi, bahkan tidak memberitahukan terlebih dahulu kepadanya mengenai masalah cerai.

Heru meletakkan gelas kopi di tangannya, kakinya melipat dengan santai, lalu menatap Rina dengan tatapan dalam, “Hukum pernikahan dalam negeri menyatakan, bebas menikah, dan bebas cerai juga, jadi tidak perlu merepotkan kakak sepupu yang mengkhawatirkan lagi.”

“Aku kakak sepupumu, saudaramu satu-satunya. Masalah cerai yang begitu penting, aku mana mungkin tidak peduli. Haih, sudahlah, sudah terlanjur cerai, pasti juga karena Cindi bukan seorang istri yang baik. Ke depannya, kakak carikan lagi calon yang baik, kamu begitu sibuk kerja, mana boleh kalau tidak ada yang menjaga pola hidupmu.”

Rina terus berkata dengan tanpa henti, dia dapat mengatur seorang Cindi, tentu saja juga dapat mengatur mata-mata yang lainnya.

Heru melirik sekilas, lalu berkata dengan lamban, “Tidak perlu lagi, aku sudah mengundurkan diri dari jabatan CEO Tianxing media, tidak lama lagi aku akan pindah ke luar negeri, ke depannya, seharusnya tidak terlalu sibuk lagi.”

“Kamu bilang apa !” Rina yang mendengar kabar cerainya, hanya sekedar kaget, sekarang dirinya telah menjadi sangat kaget sekali, bahkan tidak dapat berbicara karena kekagetan.

Sikap Heru selalu datar, dan terus berkata :”Aku pesan sekretaris memberimu kartu ATM, di dalamnya ada satu miliar. Kalau tidak terlalu mubazir, harusnya cukup untuk menjadi biaya pensiunmu.”

“Satu miliar ? Heru, kamu sedang memberikan sedekah ke pengemis ya. Aset Tianxing media yang begitu besar, kalau kamu tidak membagikan setengah untukku, jangan berharap bisa lolos dengan begitu mudah !” Wajah Rina penuh dengan ekspresi rakus dan tamak, memang jelek sekali.

Heru membungkuk pinggang untuk mengambil bungkusan rokok di meja dan menyala rokoknya dengan gerakan santai, senyuman pada sudut bibirnya, membawa sedikit kesan menyindir.

“Apa hubungannya Tianxing media sama kita ! Rina, kamu lupa ya, Tianxing media milik keluarga Qin (kakek Clara, ayah Evi Pipin).”

Sudah lama merebut dan menyita barang orang lain, malah merasa telah menjadi milik sendiri ! Ternyata manusia dapat tidak tahu malu sampai batas seperti ini.

Pada kenyataannya, di dalam moto hidup Rina sama sekali tidak mengetahui apa arti dari tahu malu. Dia berdiri dari sofa dengan emosi, lalu berkata dengan sikap arogan :”Abang iparmu kejatuhan dari karirnya, sekarang kamu juga mau balik menginjak ya. Heru, kamu memang pengkhianat. Kamu jangan lupa, keberhasilan kamu hari ini, semuanya berkat bantuanku.”

“Kalau kakak sepupu ingin menghitung utang piutang, kita hitung saja semuanya.” Heru mengisap rokoknya, lalu membuang asap rokok yang tipis. Dia tetap saja duduk di tempat, sambil mengangkat kepala untuk menatap Rina, tatapannya penuh dengan kesan tidak acuh.

“Sebelumnya pabrik terjadi kecelakaan, kalau bukan ayahku yang melindungi paman besar, paman besar sudah meninggal dunia. Tetapi kami sama sekali tidak mendapatkan uang kompensasi yang diberikan pihak pabrik, kalian sekeluarga bukan hanya tidak berterima kasih dengan ayahku yang telah menyelamatkan nyawa, malahan makan uang ayahku yang digantikan dari nyawanya.

Ibuku yang sudah tidak ada jalan keluarnya, hanya bisa melutut di hadapan paman besar, memohon kepadanya agar mengasihani kami berdua. Paman besar takut masalah makan uang akan ketahuan, sehingga baru menyetujui untuk sponsor dana sekolah.

Tentu saja, hanya membiayai dana sekolah saja. Ibuku sekaligus bekerja di berbagai tempat, baru bisa membesarkan aku. Tetapi kondisi kesehatannya juga semakin memburuk, ketika aku menyelesaikan sekolah menengah, dia yang bekerja melebihi batas, telah meninggal dunia karena sakit.

Aku menyelesaikan kuliah dengan sambil bekerja, sebenarnya aku sudah lolos dari syarat menjadi pegawai negeri, tetapi kamu demi memanfaatkan aku agar bisa bekerja untukmu, bahkan menyuruh Yanto membatalkan wawancara kerjaku.

Setelah itu, aku sudah mulai berkuasa di Tianxing media, tetapi kamu takut aku akan lepas dari pengendalian kamu, bahkan ikut campur masalah pernikahanku, memaksa aku untuk menikah dengan wanita pilihanmu.

Beberapa tahun ini, uang yang kamu ‘pinjam’ dariku, sudah mencapai delapan miliar lebih, setiap masalah yang dibuat oleh anakmu, pasti aku juga yang menyelesaikannya…kamu merasa aku pengkhianat, kalau begitu aku ingin balik bertanya, Rina, kamu merasa dirimu hanya apaan !”

Rina terdiam karena penegasan Heru, wajahnya yang terus berubah bentuk telah dipenuhi dengan amarah.

“Ma !” Elaine mengulurkan tangan untuk menarik sudut baju Rina. Rina juga ikut jatuh terduduk ke atas sofa.

Suasananya menjadi kaku seketika.

Heru perlahan-lahan mengisap rokoknya, menghabiskan sebatang dan sebatang, asap rokok terus melayang di udara.

Rina tersedak dan batuk ringan, akhirnya memecahkan juga suasana yang kaku ini. “Sudahlah, kamu sekarang juga sudah hebat kan, aku juga tidak berani berbuat apa lagi padamu. Tetapi dengan hubungan persaudaraan sekian tahun ini, kamu bantu lagi Elaine sekali ini.”

Tatapan Heru menembus dari asap rokok dan perlahan-lahan berpindah ke tubuh Elaine, tatapan membawa sedikit rasa penasaran.

Elaine mengulurkan tangan sambil mengelus matanya, matanya telah menjadi kemerahan.

“Elaine sudah di usir sama keluarga Liu, Andika Liu mau cerai sama dia. Kamu sebagai pamannya, setidaknya harus membela dia.” Rina berkata lagi.

Heru selesai mendengarnya, hanya tersenyum sindir, lalu memadamkan rokok yang akan habis ke dalam asbak rokoknya.

“Kak, kamu salah menilaiku. Aku hanya pengusaha biasa, meskipun aku ikut membelanya, orang keluarga Liu belum tentu akan menuruti permintaanku.”

Elaine selesai mendengar, langsung melontarkan tangisan. Tangisannya yang tersedu-sedu, membuat orang merasa risi dan kehilangan kesabaran, bahkan sampai tanpa hentinya, seolah-olah apabila Heru tidak menyelesaikan masalahnya, dia akan menangis mati-matian di sini.

Heru mengerutkan alis dan meminum kopinya, lalu membuka mulut dengan nada datar :”Seandainya Elaine tidak mau cerai, mungkin bisa mencari bantuan keluarga Sutedja. Keluarga Liu tidak akan menuruti permintaanku, tetapi pasti akan menuruti Rudy.”

“Jadi maksudmu, suruh aku memohon sama Clara ? Heru, kamu sedang bercanda ya !” Rina berkata sindir, hubungan mereka dan Clara sudah mencapai batas saling mematikan, Clara akan membantu mereka ? Kecuali otaknya telah bermasalah.

“Paman, kamu bantulah aku.” Elaine menangis dan terus memohon.

Heru terdiam sejenek, akhirnya mengangguk dengan tidak berdaya. “Baiklah, aku bisa bantu kalian minta tolong sama Clara. Tetapi, kalian harus tahu, ini terakhir kalinya aku bantu kalian.”

Setelah Rina dan Elaine pergi, ruang kerjanya menjadi sunyi dan luas dalam seketika.

Heru duduk sendirian di atas sofa sambil termenung, pemikirannya sedikit kacau. Sampai ketika matahari di luar jendela mulai terbenam, dia baru sadar kembali, lalu mengambil ponsel yang berada di meja, dan menghubungi nomor Clara.

Novel Terkait

Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu