Suami Misterius - Bab 250 Anggap Sebagai Hadiah

“kebanyakan ini dipesan oleh Raymond dari luar negeri dengan menggunakan namaku. Untuk mobil, aku tidak terlalu banyak permintaan, asal berfungsi dengan baik sudah cukup.”

“Oh.” Clara menanggapi, ia juga tidak tahu banyak tentang mobil.

“Aku ingat di dalam garasi ada satu mobil Maserati merah yang diimpor dari luar negeri, itu lebih cocok untuk perempuan. Besok aku akan meminta sekretaris mencarikan kuncinya untukmu.” Kata Rudy.

“Di dalam garasimu masih ada mobil untuk dikendarai perempuan?” Clara bertanya, ia tanpa sadar curiga bahwa itu adalah mobil yang disiapkan Rudy untuk diberikan kepada mantan tunangannya, tetapi pada akhirnya tidak jadi diberikan.

“Itu punya Raymond. Awalnya ia bermaksud untuk diberikan kepada pacarnya. Ketika kapal pengiriman tiba di dermaga, keduanya sudah putus,” Rudy menjelaskan.

“Aku menerima hadiah semahal ini darinya, sepertinya kurang baik.” Clara agak ragu-ragu.

“Dia yang memesan mobil, aku yang membayarnya, kamu tidak perlu merasa terbebani,” Rudy tersenyum.

“Kalau begitu aku dengan senang hati menerimanya.” Clara tersenyum seperti rubah kecil. ia tidak tertarik pada mobil, namun sesekali ganti yang baru lumayan juga.

Begitu mobil berhenti di depan studio rekaman, ponsel Rudy berdering. ia mengangkat teleponnya dan terdengar suara asisten Johan.

“Presdir, rapat telah ditunda selama setengah jam. Apakah ingin dijadwal ulang? Lalu masih ada juga proyek pembelian Epson electric, juga sedang menunggu anda untuk kembali mengurus ...”

Clara melihat bahwa ia sedang membahas pekerjaannya, ia perlahan membuka sabuk pengamannya, dan berencana untuk turun dengan tenang, tetapi Rudy memegang lengannya.

Dia sambil menelpon, sambil tetap memegang pergelangan tangannya.

Lima menit kemudian, ia menutup telepon dan menatapnya, ia tersenyum dengan hangat.

“Masih ada urusan?” wajah Clara menatapnya bingung.

“Hm.,” jawabnya singkat, ia tiba-tiba mendekat, dan mencium bibirnya.

Sebelum pergi, Clara telah mengoleskan lip gloss di bibirnya rasanya sedikit manis, membuatnya sedikit tidak bisa berhenti menciumnya.

Clara juga membiarkan dia menciuminya sebentar, ketika menyadari bahwa pria ini tidak berencana untuk mengakhirinya, ia akhirnya tidak bisa menahannya dan mengulurkan tangan untuk mendorongnya mundur.

“Menyebalkan, makeup ku semuanya berantakan.” ia mengerutkan wajahnya yang kecil dengan kesal.

Rudy tersenyum, ia menyeka bibir tipisnya dengan jari panjangnya, ada banyak benda mengilap di bibirnya.

Clara juga tersenyum dan memberikan tisu untuknya, lalu membuka pintu mobil.

Sebelum turun, ia mendengar Rudy berkata: “Nanti malam aku datang menjemputmu.”

“Hm.” Jawabnya singkat, ia bergegas menuju studio rekaman dengan sepatu hak tingginya.

Rudy terus menunggu hingga bayangan Clara mehilang, baru menyalakan mobilnya.

Rudy tiba di kantor dan langsung pergi ke ruang pertemuan untuk rapat.

rapat tentang laporan pertengahan tahun,terus berlangsung sampai malam.

Begitu Rudy berjalan keluar dari ruang rapat, Johan segera menghampirinya.

“Kak Fandy dan kakak ipar akan kembali ke kota Jing minggu depan. Semua akan membuat pesta perpisahan malam ini di rumah wine-mu.” Maksud Johan berarti dia ikut pergi bersamanya.

Rudy menghentikan langkahnya sejenak, ia sedikit ragu, lalu menjawab: “Kamu pergi duluan, aku akan menjemput Clara lalu pergi bersama.”

Ketika mobil Rudy tiba di depan studio rekaman, rekaman Clara masih belum selesai.

Setelah Ia menunggu di dalam mobil selama satu jam lebih, Clara baru keluar.

“Maaf membuatmu menunggu lama.” Clara meminta maaf.

Rudy membungkuk, lalu mengikatkan sabuk pengaman dengan lembut.” Aku sudah pernah bilang, untukmu, aku bisa bersabar.”

Clara juga mendekat dan menciumi pipinya sebagai hadiah.

“Temani aku ke rumah wine sebentar,” kata Rudy, “Hanya ada Johan, Fandy dan Aldio, kamu sudah pernah bertemu dengan mereka sebelumnya.”

Clara mengangguk setuju. Keduanya sudah memutuskan untuk bersama, cepat atau lambat mereka harus saling membaur ke dalam lingkungan. Dibandingkan dengan sahabat-sahabatnya itu, lingkungan hidup Rudy tidak termasuk dalam golongan kacau.

Di perjalanan, Clara terus memegang cermin untuk memperbaiki make upnya.

“Saat mobil berjalan bercermin kepalamu tidak pusing?” Tanya Rudy.

“Sedikit.” Kata Clara dengan jujur. “Namun, wanita ingin cantik, kalau sampai dibandingkan dengan gadis-gadis yang mereka bawa, aku akan sangat malu.”

Setelah Rudy mendengar itu, ia tersenyum. “Kekhawatiran yang berlebihan. Hari ini Nyonya Tubagus (wanita Fandy) ada di sini. Johan dan Aldio tidak akan membawa teman wanita.”

“Kenapa?” Clara tidak mengerti.

“Nyonya Tubagus percaya: cinta yang tidak bertujuan untuk menikah adalah pelecehan seksual.”

Clara:“……”

Mobil berhenti di depan rumah wine pribadi di pinggiran kota.

Bangunan rumah wine ini mengikuti gaya rumah wine di Eropa, dengan desain mirip kastil dan dikelilingi oleh kebun-kebun anggur yang luas. Namun, untuk saat ini, bukan musim anggur, sehingga pemandangannya biasa saja.

Rudy memarkirkan mobilnya di depan kastil dan membawa Clara masuk ke dalam.

Bagian dalam rumah wine di desain dengan dekorasi bergaya klasik. Hampir terdapat rak anggur di setiap dindingnya, dan rak-rak itu dipenuhi dengan berbagai jenis anggur merah.

“Ini milikku pribadi, bukan atas nama Sutedja Group. Awalnya membangun tempat ini hanya untuk bersenang-senang. Tapi dalam beberapa tahun terakhir, pasar anggur merah domestik lumayan bagus, dan keuntungan dari anggur merah cukup tinggi.”

Rudy selalu rendah hati, yang dia katakan lumayan, ini adalah sudah sangat lumayan.

Pabrik anggur itu memproduksi anggur yang sangat sedikit, sebagian besar diimpor dari luar negeri, untuk mendapatkan keuntungan, mereka mengambil pasar kelas atas. Hampir semua putra dari keluarga konglomerat di kota A sudah lama mengetahui rumah wine Rudy ini, mereka datang kemari setiap beberapa hari sekali. Orang-orang ini telah menjadi pelanggan tetap, biasanya biasa mendapatkan keuntungan 40 juta hingga 60 juta.

Clara juga tidak tahu banyak tentang dunia bisnis dan tidak tertarik dengan itu, ia hanya merasa bahwa prianya sangat hebat, ia bisa menghasilkan uang hanya dengan bermain asal seperti ini.

Rudy membawanya berkeliling di rumah wine, dan akhirnya berjalan ke ruang penyimpanan anggur yang tidak terlalu besar.

Di keempat sisi dinding ada rak anggur berbentuk menyiilang, di atas rak nya ada beberapa botol anggur.

Di tengah-tengah ruang ada meja kayu yang panjang. Di atas meja hanya ada anggur dan perlengkapan anggur. Fandy dengan istrinya, Johan dan Aldio duduk di sekeliling meja dan mengobrol dengan senang.

Rudy membawa Clara masuk bersamanya, dan mereka segera menarik perhatian semua orang. Tangan Rudy merangkul pinggang Clara, berkata ia dengan lembut padanya, “Johan, Kak Aldio, dan Fandy kalian sudah pernah bertemu. Dan Ini adalah istri Fandy.”

“Nyonya Tubagus, apa kabar.” Clara tersenyum dan menyapa dengan sopan.

Dia adalah orang luar, biasanya kalau lawan bicara tidak memulai pembicaraan, dia tidak akan mengambil inisiatif terlebih dahulu, karena mereka mungkin akan merasa tidak senang.

“Memanggilku nyonya Tubagus terasa tidak akrab, kamu boleh sama dengan Rudy memanggilku kakak ipar, atau Kak Liana juga boleh.” Nyonya Tubagus adalah orang yang ceria dan ramah, ia menghampiri sambil tersenyum, dan menggandeng tangan Clara.

“Kak Liana.” Clara mengubah panggilannya.

“Hai.” Nyonya Tugabus menjawab, ia menatapnya dari atas ke bawah, memandangnya dari ujung kepala hingga ujung kaki. “Dari dulu sudah kukatakan bahwa nantinya Rudy pasti akan menemukan calon istri yang cantik. Lihatlah, sama seperti yang sering kubilang bukan.”

“Iya, kakak ipar, kamu memang ahli untuk hal seperti ini, coba ramal aku juga.” Aldio mengejeknya.

“Pergi jauh-jauh sana, kenapa dimana-mana selalu ada kamu.” Sebelum Nyonya Tubagus berbicara, Fandy sudah kembali.

Aldio mengangkat tangan menopang dahinya, terlihat seperti sakit kepala, “Seorang bucin seperti Fandy saja sudah cukup kacau, sekarang ditambah satu lagi, sungguh mengerikan, kelak menghabiskan waktu untuk mencari gadis dan minum-minum sudah tidak seru lagi."

Novel Terkait

Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu