Suami Misterius - Bab 1334 Tatapan Mata Ketika Melihat Pria Yang Dicintai

Ahyon memiliki kesan pertama yang baik terhadap menantunya ini. Dia tersenyum menyapanya dan menyuruhnya duduk di sampingnya.

Mahen juga ikut duduk di sofa, lalu memerintahkan pembantu di rumah untuk mengambilkan hadiah.

“Ibu dan Ayah, Diva juga sudah memilihkan beberapa hadiah untuk kalian.” Kata Mahen sengaja mengingatkan.

Hyesang melirik Diva dengan tatapan lembut dan berkata, "Terima kasih. Kedepannya tidak perlu mengeluarkan uang atau membawa apapun ketika datang berkunjung ke sini. Rumah ini tidak kekurangan apapun kok.”

Diva mengangguk dengan lembut.

Untuk orang berstatus tinggi seperti Hyesang, kesan umum yang diberikan pada orang lain adalah dia pasti orang yang sangat serius dan begitu perfeksionis. Diva cukup terkejut dengan perlakuan lembut Hyesang terhadap keluarganya.

Hyesang juga menggunakan kata ‘kedepannya’, ini artinya sudah jelas sekali. Mereka jelas puas dengan calon menantu mereka, Diva. Jika tidak, tidak akan mungkin menggunakan kata ‘kedepannya’.

“Iya benar sekali. Jika punya waktu luang, sering-sering pulang ke rumah. Aku dan ayahnya Mahen sudah cukup puas dengan seperti itu. tidak perlu membeli barang apa-apa.” kata Ahyon sambil menarik tangan Diva dan tersenyum penuh kasih sayang.

“Ayah ibu, Diva ini sudah khusus memilihkan hadiah untuk kalian sepanjang sore ini. Kalian malah tidak menghargainya. Kedepannya, aku jamin kami akan datang dengan tangan kosong. Siapa juga yang suka menyulitkan diri.” Kata Mahen mengulurkan lenga merangkul Diva.

“Dasar bocah tengik, kamu ini benar-benar paling banyak omong ya.” kata Hyesang melirik ke putranya.

Senyum di wajah Ahyon semakin kuat. Dia menarik tangan Diva dan menggodanya, "Bocah tengik ini, ternyata tahu bagaimana mencintai dan menghargai istrinya ya.”

Pipi Diva sedikit memerah, bibirnya merapat dan dia tersenyum.

Antusiasme Keluarga Sutedja melebihi harapannya. Ternyata Keluarga Sutedja hanyalah sebuah keluarga biasa yang begitu damai dan bahagia setelah mereka merobek jaket kekuasaan dan kekayaan mereka.

Keluarga itu duduk bersama dan mengobrol bersama sebentar, lalu mulai makan malam.

Persiapan untuk makan malam sangat beragam dan suasananya sangat harmonis.

Namun, Diva tidak bernafsu makan. Mungkin karena kehamilannya, jadi nafsu makannya tidak terlalu baik belakangan ini. Jadi meskipun anggota keluarga Sutedja ini sangat ramah padanya, namun makannya Diva tetap saja hanya sedikit.

Apalagi ketika pembantu menghidangkan ikan chinese steamed perch di meja. Diva merasa perutnya semakin tidak nyaman.

Tapi jelas sekali kalau keluarga Sutedja tidak mengetahui hal ini, Ahyon sengaja memasukkan insang ikan ke dalam mangkuk Diva. "Coba cicipi ikan ini, bagaimana rasanya. Ini adalah masakan buatan Mbak Li yang paling enak di dapurnya.”

Antusiasme dan keramahan berlebihan Ahyon ini membuat Diva tidak tega menolaknya. Dia dengan enggan memakan ikan itu, lalu mengangguk pelan dan berkata, "Rasanya enak."

Rasa ikan steamed perch ini memang enak. Namun karena Diva saat ini adalah wanita hamil, jadi mungkin dia memiliki nafsu makan yang terlalu sensitif dan masih merasa ikannya bau amis.

Mahen terus menambahkan makanan ke mangkuk Diva, mengambilkan makanan dan bertanya pada Diva, "Kenapa makanmu sedikit, apakah makanannya tidak sesuai dengan seleramu?"

Diva tersenyum dan menggelengkan kepalanya, menundukkan kepalanya dan memakan sedikit demi sedikit.

Makan malam akhirnya selesai dan yang ada di atas meja telah diganti dengan minuman dan buah-buahan.

Diva minum teh. Namun, dia masih merasa tidak nyaman, sehingga dia meletakkan cangkir tehnya dan berkata, "Maaf, aku mau pergi ke kamar mandi sebentar."

“Aku temani saja.” kata Mahen mengulurkan tangannya menariknya.

Diva menatap mata Mahen dengan agak tidak berdaya. Dia pergi ke kamar mandi, apakah pantas Mahen untuk mengikutinya.

“Mahen, kamu jangan terlalu menempel seperti ini dong. Kekasihmu ini masa bisa tersesat di dalam rumah.” goda Rita yang duduk di seberangnya.

Pipi Diva kembali memerah tak terkendali, dia pun melepaskan tangan Mahen dan berjalan keluar dari ruang makan.

Setelah Diva pergi, hanya Keluarga Sutedja yang tersisa di ruang makan. Sambil memegang cangkir teh, Hyesang bertanya dengan santai, "Apakah kamu siap untuk serius dan tidak main-main kali ini?"

“Bukannya kalian terus mendesakku untuk menikah? Bukannya sekarang ini aku sedang berusaha memenuhi keinginan kalian itu ya. Agar kalian tidak terus mengoceh dan melomel di telingaku sepanjang hari.” kata Mahen sambil menyeringai.

Setelah mendengarkannya, Hyesang menaikkan alisnya, “Oh, ternyata tuan muda kedua keluarga Sutedja menikah hanya karena kita ini! Apa kalau kita tidak setuju, kamu tidak akan menikah?”

“Atas dasar apa tidak setuju, mana sisi buruk Diva hingga kalian tidak setuju?” kata Mahen dengan wajah yang langsung muram.

Melihat situasi ini, Maul memelototi Mahen dengan dingin, "Atas dasar kamu yang sangat tergila-gila seperti ini kepada Diva. Sehingga kami pun punya alasan untuk tidak setuju.”

"Berani menikah dengan wanita yang aku suka, itu tidak bagus. Kalau begitu apa kalian senang kalau aku menikah dengan wanita yang tidak aku suka?”

“Jangan mengalihkan pertanyaan ke hal yang tidak baik.” Kata Hyesang sambil menaruh cangkir tehnya. Dia lanjut berkata, “Karakter Diva terlalu dingin dan kaku.”

Nona besar keluarga Maveris semuanya sangat bagus. Hanya saja karakter dan emosinya terlalu dingin dan kaku. Apalagi orang yang punya karakter kaku dan dingin biasanya juga tidak akan terlalu menggebu-gebu ketika menjalani sebuah hubungan.

Hari ini, sejak Diva masuk ke dalam rumah, Mahen terus saja bersiap untuknya. Seperti ucapan Maul, Mahen benar-benar telah tergila-gila olehnya. Jika orang itu menginginkan hatinya, maka dia bisa langsung menggali untuknya.

Meskipun Diva terlihat pemalu dan cukup lembut, sopan dan bermartabat, tahu mana batasan yang tidak boleh dilewatinya. Namun, perasaannya pada Mahen tampak begitu biasa dan santai. Kelembutan seperti ditelan habis.

Yang paling ditakuti dan dikhawatiri oleh Hyesang adalah putranya ini hanya sekedar antusias sementara. Semakin dia berkorban banyak, maka luka yang didapatkannya nanti juga semakin parah.

“Aku senang kok melakukannya. Dia bersikap dingin kepadaku tidak masalah. Lagipula, juga tidak menjalani hidup denganmu kan. Kamu jangan terlalu mengkhawatirkan kami.” jawab Mahen.

“Ayah khawatir, ini juga kan karena dia takut kamu akan menderita. Jangan tidak tahu diri begini.” Kata Maul menasehatinya.

Diva juga bukanlah wanita biasa, tapi dia ini adalah wanita yang sangat cerdas dan cerdik. Jika dia punya perhitungan sendiri, maka keluarga Sutedja juga tidak mungkin tidak rugi ataupun menderita.

Terlebih lagi, baik Hyesang dan Maul telah memeriksa latar belakang Diva. Jadi jelas mereka tahu kalau memiliki penyakit jantung bawaan.

Mereka bukanlah orang yang keras kepala dan kolot. Mereka tidak mungkin mencela atau menolak Diva hanya karena masalah fisik Diva ini. Yang paling dikhawatirkan oleh mereka adalah nantinya Diva akan menggunakan hal ini untuk dijadikan alasan untuk tidak mau punya anak.

Tapi, ini juga bukan berarti harus punya anak. Namun di antara pria dan wanita kalau tidak punya darah daging sendiri. Maka begitu hubungan dan perasaan mereka memudar, maka akan dengan muda kehilangan perasaan masing-masing.

Jika sampai ke tahap itu, dengan kecerdikan yang dimiliki nona besar keluarga Marveis, pasti dia akan membuat perencanaan demi keuntungannya sendiri.

“Aku membawa seseorang pulang, apa hanya untuk dipilih dan dibeda-bedakan oleh kalian? Pokoknya, jika kalian setuju, maka itu hal terbaik. Namun, jika kalian tidak setuju, aku tetap akan menikahinya.” Kata Mahen dengan lantang, lalu segera berdiri dan pergi dari sana.

Watak tuan muda kedua keluarga Sutedja memang selalu begini.

Namun, sebelum Mahen menggerakkan kakinya, Ahyon lebih dulu menghentikannya.

“Siapa juga yang bilang tidak setuju sih. Kamu ini teriak-teriak untuk apa. Kalau kedengaran oleh Diva, nanti malah jadi ribut dan menimbulkan masalah, bagaimana dong.” kata Ahyon menegur Mahen. Dia menoleh untuk melihat Hyesang dan Maul.

"Kalian ini benar-benar suka sekali memaksa keadaan hingga membuat diri kalian merugi dan menderita sendiri. Tidak takut yang lain menderita. Kamu kira putra kita ini cukup baik apa, begitu suka bermain perempuan begini. Diva tidak meremehkannya saja, itu sudah bagus. Menurutku, Diva ini sudah cukup baik, sangat cocok dengan Mahen.”

Sebagai perempuan, Ahyon bisa melihat lebih jelas dari pada Keluarga Sutedja dan putra yang lain.

Diva memang lebih dingin, karena kepribadiannya. Meskipun dia memperlakukan perasaan tidak begitu menggebu-gebu, namun Ahyon bisa mengerti dan melihat jelas, kalau tatapan mata Diva ke Mahen adalah tatapan mata seorang wanita ketika melihat pria yang dicintainya.

Terlebih lagi, dibandingkan dengan artis ataupun model muda yang pernah dikencani oleh Mahen, Diva ini jauh lebih sangat baik dalam latar belakang, karakter serta pengetahuannya. Dia juga cantik dan berperilaku baik.

Mahen dapat membawa kembali menantu seperti itu, Ahyon sudah dengan senang hati ingin menyembah Bodhisattva.

Novel Terkait

Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu