Suami Misterius - Bab 589 Pria Ini Benar-Benar Bagai Lem Yang Terus Menempel Saja

Ahad yang saat itu begitu berharap keindahan kehidupan ini terus berlanjut seperti ini.

Tapi, ada Hyesang di antara mereka berdua.

Di matanya hanya ada Ahyon, Sedangkan di mata Ahyon hanya ada Hyesang.

Dulu, Ahad bertanya pada hatinya sendiri, ‘sakitkah?’

Ikhlaskah?

Tapi pada akhirnya dia tetap melepaskan tangannya.

Ahad dan Hyesang adalah dua orang yang sangat berbeda.

Hyesang bagai bara api yang terus membara, sangat kuat arogan dan tidak memedulikan semuanya.

Orang yang dicintainya harus berada di bawah sayapnya sendiri. Mencintainya begitu cinta yang kuat dan membara.

Sedangkan, karakter Ahad adalah air lembut yang hangat.

Dia memberikan perlindungan yang lembut untuk Ahyon. Ketika Ahyon membutuhkan, dia akan terus menemani dan berada di samping Ahyon. Ketika Ahyon tidak butuh, dia akan pergi sejauh-jauhnya.

“Ini tidak bisa ditukar dengan uang juga, jadi simpan saja untuk kenang-kenangan.”

Kata Ahad dengan lembut sambil tersenyum.

“Ucapanmu ini seolah kamu tidak akan kembali saja.”

Ahyon tersneyum santai.

“Kali ini, aku menetap dan tinggal di luar negeri. Mungkin benar-benar tidak akan kembali.”

Kata Ahad.

Negara ini baginya adalah negara musuh, juga bisa dibilang negara kesedihan untuknya.

“Kehidupan di luar negeri juga cukup bagus kok. Kalau mau pulang kesini untuk jalan-jalan silahkan pulang saja, aku akan selalu menyambutmu.”

Ahyon sudah terbiasa dengan perpisahan hidup ataupun mati. Jadi dia tidak menunjukkan kesedihan terhadap kepergian Ahad. Nada bicaranya begitu lembut tapi tenang.

Nada bicara bicara Ahyon tidak hanya tenang, juga terdengar cukup tak bertenaga, wajahnya terlihat semakin pucat.

“Ahyon, apa kamu benar-benar tidak apa?”

Ahad mengerutkan keningnya memperlihatkan kekhawatiran di wajahnya.

Ahyon menarik napas sedalma-dalamnya lalu menggelengkan kepala tersenyum memaksakan diri kuat.

Sejak keguguran, situasi penyakitnya seperti sebuah bom waktu yang bisa kapan saja meledak.

Kali ini karena terlihat akan meledak lagi, ketika sakit benar-benar ada perasaan ingin memohon tetap bisa hidup tapi juga memohon mati karena tidak kuat.

Ahyon sudah pernah pergi ke banyak sekali rumah sakit. Hasil akhirnya dari semua pemeriksaan hanya satu.

Dalam analisis terakhir, rasa sakit fisik ini berasal dari hatinya karena dia tidak dapat menerima kenyataan kehilangan anaknya.

"Perutku sedikit sakit tapi tidak apa-apa kok.

Begitu mengantarkanmu naik pesawat, aku langsung kembali.”

Kata Ahyon sambil memaksakan diri menahan sakitnya.

“Benar-benar tidak apa?”

Ahad masih saja tidak tenang.

“Tidak apa kok. Ayo pergi, aku akan menemanimu sampai ke pemeriksaan keamanan.”

Ahyon terus menguatkan dirinya lalu berjalan melangkah dengan mengepalkan tangannya dengan erat.

Ahad cukup khawatir jadi dia pun mengulurkan lengannya untuk memapahnya. Hanya saja, belum sempat lengannya menyentuh pinggang Ahyon, tiba-tiba ada kekuatan yang menepisnya.

“Ahad, di depan banyak orang begini tidak pantas untukmu merangkul calon istri orang lain.”

Kata Hyesang dengan malasnya.

“Hyesang, kenapa kamu bisa disini?”

Ahyon mengangkat pandangannya dan menatapnya. Mata yang cantik itu penuh dengan keterkejutan dan tak berdaya.

Pria ini benar-benar bagai lem yang terus menempel saja. Kapanpun dan dimanapun selalu saja menempel dan terus mengikuti.

Hyesang mengulurkan lengannya dan langsung menarik Ahyon ke dadanya. Ahyon pun langsung menabrak dada Hyesang yang keras dan tegap itu, menarik saraf yang menyakitkan di tubuhnya. Dia pun menarik napas dingin karena sakit itu.

"Hyesang, jangan ribut oke? Ahad akan menetap di luar negeri, aku di sini hanya untuk mengantarnya pergi.”

“Aku tahu.”

Hyesang mengangguk, “Kita berdua yang mengantarnya besama semakin memperlihatkan ketulusan kita.”

Satu tangan Hyesang merangkul Ahyon dan satu tangan yang lain terulur menjabat tangan Ahad.

Ahyon merasa sakit ketika melihat Hyesang sekarang.

Pria ini, diluarnya kelihatan begitu mendominasi dan melakukan semuanya sendiri.

Tapi ketika dia keras kepala, dia seperti anak kecil.

Ahyon benar-benar tidak ingin menemaninya ribut. Perutnya terasa sangat sakit sampai keningnya berkeringat dingin.

"Karena kamu begitu sangat antusias. Kamu bantu aku mengantar Ahad ya. Aku pergi ke toilet dulu.”

Ahyon melepaskan lengan Hyesang yang ada di pinggangnya, berbalik dan pergi ke arah toilet.

Setelah Ahyon pergi, Hyesang melipat kedua tangannya ke depan lalu berpose sangat malas sambil memandang Ahad, “Sana pergilah, Ahad. Aku akan mengantarmu sampai ke pemeriksaan keamanan. Semoga perjalananmu lancar dan selamat.”

Ahad mengangguk dan tersenyum, “Tuan muda Hyesang kamu begitu buru-buru mengejar kami, apa kamu takut aku akan menculik Ahyon?”

“Mana punya kamu kemampuan itu?”

Hyesang tersenyum di sudut bibirnya.

Sudut bibir Ahad juga masih terdapat senyuman. Dia sudah terbiasa dengan kepercayaan diri dan kebanggaan diri yang dimiliki Hyesang.

“ Bibi Yang ada di sini jadi tentu saja Ahyon tidak akan mungkin pergi denganku.”

“Aku di sini jadi dia juga tidak akan mungkin pergi.”

Hyesang langsung menambahi, tanpa menunggu Ahad menyelesaikan ucapannya.

Ahad kali ini sudah tersenyum pahit.

“Tuan muda Hyesang selalu saja begitu percaya diri ya.

Namun, kamu memang punya hak untuk begitu percaya diri.

Aku pergi ya, mungkin kedepannya tidak akan kembali lagi.

Ahyon kembali ke kamu.”

“Ucapanmu ini seperti kamu memberikannya kepadaku saja.

Ahad, dia dari dulu sampai sekarang adalah milikku. Kamu tidak pernah menang.”

“Baiklah, kamulah pemenangnya.”

Ahad merasa tidak ada keharusan untuk berdebat dengannya, “Aku sudah harus pergi. Ahyon aku serahkan padamu ya. Aku harap kamu bisa memperlakukannya dengan sangat baik.”

Jika kamu menyakitinya lagi, aku akan langsung kembali dan membawanya pergi.”

Selesai bicara, Ahad mengepalkan tangannya dan memukulkannya ke pundak Hyesang.

“Dah.”

Ahad menenteng tas dokumennya. Begitu mau berbalik, tiba-tiba terdengar suara teriakan yang berasal dari toilet.

“Ada seseorang yang pingsan di toilet. Apa ada keluarganya di sini?”

Tidak hanya satu orang yang berteriak.

Ahad tanpa sadar menoleh dan saling menatap dengan Hyesang. Mereka berdua pun langsung berlari ke arah toilet.

Di toilet wanita, Ahyon pingsan di samping wastafel.

"Ahyon, Ahyon!"

Hyesang memeluk Ahyon dari lantai sambil meneriakkan namanya beberapa kali. Ahyon masih saja memejamkan matanya dengan erat dan tidak menanggapi sama sekali.

"Pergi, ambil mobil!"

Hyesang berteriak pada Ahad, lalu memeluk Ahyon dan bergegas keluar dari bandara.

Ahad tidak memedulikan penerbangannya lagi. Bahkan tidak peduli dengan koper bagasinya. Dia mengikuti Hyesang dan mengantar Ahyon bersama-sama ke rumah sakit.

Ahyon tidak sadarkan diri dan didorong masuk langsung ke unit gawat darurat.

Hyesang bersandar di dinding dengan wajah muram menunggu di depan pintu ruang UGD.

Ahad duduk di kursi di sampingnya, kedua tangannya mengepal erat dan terlihat sangat menyalahkan dirinya sendiri.

Dia dari awal seharusnya sudah bisa merasakan tubuh Ahyon yang tidak sehat. Kemudian, Ramzez juga buru-buru datang menghampiri.

Suasana di sana sangat mencekam.

Untungnya tidak lama setelah Ahyon masuk ke dalam, tiba-tiba pintu UGD terbuka.

Muncullah dokter wanita muda yang cantik. Dia pun melepas masker sterilnya. Hyesang langsung mengenali wanita itu, dia adalah Lena , mantan pacar Raymond.

Dia juga adalah dokter ginekolog paling top di kota A.

“ Lena , Bagaimana keadaan Ahyon?”

“Bukan masalah yang besar kok.”

Lena berkata tapi kemudian menghela napas yang berat dan terlihat agak tak berdaya.

“Ahyon benar-benar bisa kuat menahannya. Menahan sakit luar biasa sampai pingsan.

Untuk sementara tidak ada masalah yang besar. Hanya saja, perlu tinggal di rumah sakit untuk dirawat sementara waktu.

Ada lagi, setelah dia keguguran, apa dia terus seperti ini?”

“Apa yang kamu katakan?”

Hyesang tidak percaya dengan apa yang didengar, dia pun menatap tajam ke Lena .

“Tidak jelaskah apa yang aku katakan?

Atau Tuan muda Hyesang yang tidak bisa bahasa kita?”

“Kamu bilang, Ahyon pernah keguguran?”

Hyesang merasa otaknya berdengung. Tubuhnya gemetaran tak terkendali.

“Kamu ini pacarnya. Apa jangan-jangan kamu tidak tahu dia pernah keguguran?”

Lena mengerutkan kening menatapnya.

Novel Terkait

Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu