Suami Misterius - Bab 114 Sebuah Ciuman

Seketika semuanya mulai bising, sangat ribut. Pria botak mungkin juga jengkel dengan keributan mereka, mengangkat tangan untuk menghentikan perkataan mereka. Berkata kepada Clara, "Sang aktris populer, botol alkohol kamu itu menyebabkan kepalaku dijahit beberapa jahitan, bagaimana ini?"

"Masalah itu sudah diobrolkan kita secara pribadi di kantor polisi. Tidakkah agak tidak masuk akal kalau kamu mempermasalahkannya lagi sekarang?" Kata Clara dengan kening berkedut.

Pihak mereka adalah sekelompok bajingan, aneh jika mereka berbicara rasional.

"Saat itu kamu masih bukan aktris populer, bukankah kalian yang menjadi aktor pada kaya-kaya, kamu mau menyelesaikan masalah dengan hanya sedikit uang itu? Setidaknya juga harus 200 ratus juta, 160 jutaan." Pria botak tidak segan-segannya meminta sejumlah besar uang.

Meskipun 200 juta ataupun 160 jutan bukan jumlah yang kecil, tapi itu memang sedikit bagi Clara. Tapi dia tidaklah bodoh, dia tahu bahwa orang-orang ini bagaikan lubang tanpa dasar, jika dikasih sekali, maka pastinya ada kedua kali, seperti plester kulit anjing yang tidak dapat lepas begitu tertempel, lagipula, dia tidak berhutang mereka, dia telah membayar biaya pengobatan dan kompensasi yang wajar kepada orang yang dilukainya pada saat itu.

Melihat Clara tidak tergerak, pria botak mengulurkan tangan hendak menyentuh wajah Clara, tersenyum dengan sangat cabul. "Tidak masalah jika kamu tidak bayar uang, kamu boleh bayar dengan tubuh."

Namun, sebelum tangannya menyentuh sedikit pun kulit Clara, Clara sudah menendangnya.

Pria botak mundur terpincang-pincang, Clara segera menggandeng Rudy, mengambil kesempatan untuk melarikan diri.

Mereka berlari sepanjang jalan, orang-orang itu mengejar mereka dengan ketat.

Clara menarik Rudy berlari masuk ke sebuah gang, pada akhirnya menemukan bahwa gang itu ternyata adalah jalan buntu. Dia sangat marah hingga ingin bercarut, tak berdaya, dia pun hanya bisa membawa Rudy bersembunyi di sudut.

Ruang di sudut terbatas, mereka berdua saling berdempetan, punggung Clara bersandar di dinding, sedangkan Rudy hampir membebankan seluruh tubuhnya pada Clara.

Setelah berlari sepanjang jalan, napas kedua orang agak berat dan ngos-ngosan, Clara bahkan bisa mendengar suara jantung Rudy yang berdetak kencang, setiap napas pria menyebarkan bau maskulin.

Clara tidak tahu apakah Rudy sengaja, bibir dia yang tipis berada tepat di sebelah telinganya, sesekali menyentuhnya secara tidak sengaja. Sentuhan bibir itu lembut dan hangat.

Wajah Clara terasa panas, tapi sekarang mereka sedang dikejar oleh sekelompok anjing gila, bukan waktunya bermesra-mesraan.

“Nanti aku akan menghalangi mereka, kamu lari keluar untuk memanggil orang.” Kata Clara dengan suara rendah. Maksudnya adalah membiarkan Rudy pergi terlebih dulu.

Pada saat kritis, dirinya begitu protektif terhadap Rudy, bahkan dia sendiri pun hampir tersentuh oleh dirinya sendiri.

Bibir Rudy terangkat, memberi Clara senyuman yang nyaris sempurna, raut wajahnya tampak senang. "Tidak perlu begitu repot, dengan satu ciuman, aku akan membantumu mengatasi orang-orang itu."

Suara magnetik rendah itu menggema di telinga, sangat enak didengar, seperti suara bass ganda. Mata yang dalam tertuju pada bibir merah muda Clara.

Clara malah tidak tahan untuk memutar mata, "Apakah kamu bercanda dengan aku, kamu bahkan tidak bisa berkelahi."

Clara tidak lupa, ketika Rudy menjemputnya keluar dari kantor polisi, Rudy memarahinya dengan ekspresi dingin, dia secara pribadi mengatakan bahwa dia tidak suka berkelahi.

"Tidak suka berkelahi, bukan berarti tidak bisa," kata Rudy sambil tersenyum.

Sehabis dia bicara, terdengar langkah kaki yang berisik dari luar gang, orang-orang itu telah mengejar kemari.

Rudy melonggarkan Clara, berjalan keluar.

Pada saat ini, orang-orang itu pada memegang senjata di tangan mereka, bilah tajam tampak menyilaukan di bawah penerangan lampu jalan yang berpijar.

Clara tidak tahu kemampuan Rudy, jadi dia pun berlari keluar dengan cemas, berteriak, "Hati-hati!"

Teriakannya ini malah menarik perhatian, beberapa orang menyerbunya dengan pegangan pisau di tangan. Clara menghindar dengan panik, berteriak tak terkendali.

Meskipun dia bisa melakukan beberapa pukulan, tapi ini adalah pertama kalinya dia berjumpa pedang dan pistol asli. Pisau tajam melambai kemari, melihat sudah terlambat untuk menghindar, dia pun menutup matanya dengan pasrah.

Namun, rasa sakit yang dibayangkan itu tidak terjadi, dia masuk ke dada yang hangat dan berisi.

Lengan berotot Rudy setengah memeluk Clara, mata Rudy yang mendalam terlihat berkelip-kelip, memancarkan cahaya yang tajam dan dingin.

Gerakan Rudy luar biasa indah, Clara merasa dirinya seolah-olah sedang menonton film aksi yang mantap, protagonis pria di dalam seperti biasanya, terlihat sangat keren dan tampan ketika berkelahi.

Bagai hanya dalam sekejap mata, para gangster itu pada tergeletak di tanah, berguling dan meratap kesakitan, mereka yang terluka ringan sudah lari ketakutan dari tadi, menggulir dan merangkak pergi.

Sedangkan mereka berdiri dalam keadaan berantakan ini, cahaya lampu terpancar di atas kepala mereka, sosok Rudy tercermin pada mata Clara, terlihat sangat tampan dan tinggi.

Clara mendongak, menatapnya dengan eskpresi penuh pemujaan dan keranjingan, bahkan mata pun tak berkedip, tampak tercengang.

Bibir Rudy menyunggingkan senyuman menggoda, tangan besar ramping yang indah mengangkat dagu Clara, menatapnya dengan mata agak menyipit, Clara masih ternganga, hanya merasakan sebuah aroma jernih meluap. Kemudian, bibir merahnya terkatup.

Ciuman Rudy sama seperti orangnya, membawa semacam kekuatan dan dominasi yang tidak diragukan. Clara masih dalam keadaan bengong, tanpa sadar menggerakkan lidahnya, dan tindakannya ini sepertinya menggerakkan pria, cium yang kasar perlahan menjadi lembut dan melekat, Clara agak terengah-engah, kedua tangan secara naluriah memegang erat lengan pria, kemudian terasa sentuhan panas dan lembab dari ujung jari.

Clara seketika terkejut, mendorong pria dengan kuat dan dengan panik mengecek lengan pria, sesuai dugaan, lengan pria terdapat luka sepanjang 2 inci. Luka yang didapat ketika pria menghalang di depannya untuk melindunginya.

"Kamu terluka!"

“Hanya luka ringan, jangan melebih-lebihkan,” jawab Rudy dengan santai, kening pun tidak bergerak sekali pun.

Namun Clara melihat lukanya masih berdarah, lengan baju dinodai merah cerah.

"Luka masih berdarah. Ayo segera ke rumah sakit." katanya gugup, menarik Rudy dan hendak pergi. Karena tergesa-gesa, sehingga dia tidak memperhatikan jalan, hampir tersandung.

Clara menundukkan kepala, terlihat kaki pria yang besar.

Orang-orang yang bergeletakan di tanah masih menangis dan melolong-lolong, dan mereka baru saja berciuman leluasa di sini tanpa memedulikan orang-orang ini. Wajah Clara merona merah begitu menyadari hal ini. Dia mengulurkan tangannya dan menyentuh pipinya yang panas.

Alis indah Rudy berkerut, pandangan dingin menyapu orang-orang di tanah, satu tangan melingkari pinggang ramping Clara, tangan lainnya memegang telepon, melakukan panggilan telepon dan memberikan perintah pada pihak di balik telepon. Nantinya, akan ada orang yang datang untuk membersihkan tempat kejadian ini.

“Ayo, pergi ke rumah sakit terdekat.” Tatapan Rudy sekilas menyapu luka di lengan, mengestimasi dengan mata bahwa luka sekitar dua inci, tidak terlalu dalam, tetapi kulit telah robek, jika tidak segera ditangani, mudah terinfeksi ataupun tetanus.

Rudy tidak bisa mengemudi karena lengannya terluka, tentu saja, ini adalah pendapat Clara. Dia merebut kunci dan menduduki kursi pengemudi. Karena tidak kenal jalan, dia memutar beberapa kali sebelum menemukan rumah sakit, Rudy merasa tak berdaya dengan dia.

Novel Terkait

Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu