Suami Misterius - Bab 1084 Ciuman Rasa Kue

Beberapa kaleng bir di dalam kantong itu sudah kosong. Diana memegangi perutnya dengan tangannya, dia merasa sedikit kembung kebanyakan minum.

Desta berdiri dari lantai lalu menepuk debu di tubuhnya dengan santai, menatap Diana dan berkata, "Ayo pergi, aku akan membawamu ke suatu tempat."

“Mau pergi ke mana?” Tanya Diana dengan wajah bingung. Menjelang jam satu pagi, tengah malam seperti ini, seorang pria meminta seorang wanita untuk pergi ke suatu tempat. 'Suatu tempat' ini dengan mudah terpikirkan pada sebuah hotel.

“Tidak berani pergi?” Mata Desta yang dalam menatapnya sambil tersenyum.

“Siapa bilang aku tidak berani.” Diana mengangkat dagunya dan mengikuti Desta masuk ke dalam mobil.

Putra keluarga Sunarya yang sangat berkuasa dan bermartabat. Diana tidak percaya pria seperti itu akan memaksa wanita bercinta. Dia cukup menggerakkan jarinya saja dengan santai, maka pasti dengan cara itu saja, akan ada banyak sekali wanita bersedia telanjang dan menunggunya dengan suka hati di ranjang dan tidak ada keharusan untuknya memaksa sama sekali.

Desta mengemudikan mobilnya, Desta membawanya ke sebuah toko kue yang buka 24 jam.

Diana berdiri di depan etalase memandangi berbagai model kue di etalase itu, lalu memilih kue stroberi yang cantik dan lembut.

“Baiklah, Nona, harap tunggu sebentar, butuh waktu sekitar setengah jam untuk menyelesaikan kue ini.” kata pelayan dengan sopan.

Diana dan Desta duduk di depan jendela mulai menunggu.

Diana menyanggah pipinya dengan tangannya, lalu berkata dengan bingung, "Apa koki kue tidak pulang kerja ketika malam? "

Ada banyak toko kue yang buka 24 jam. Tapi mereka umumnya menjual kue-kue yang didinginkan yang telah dibuat pada siang hari. Karena tidak ada yang membeli kue ulang tahun di dini hari seperti mereka ini.

“Koki kue di toko ini tidak libur kerja, jadi kamu cukup beruntung,” kata Desta sambil tersenyum lembut.

Diana, "..."

Setelah setengah jam kemudian, pelayan menyajikan kue ulang tahun di depan mereka bedua. Kue berukuran delapan inci itu tidak terlalu besar, tapi sangat indah. Modelnya jauh lebih indah dari model kue yang ada di etalase. Kue stroberi merah cerah terlihat sangat menarik.

Desta menaruh lilin di kue itu, lalu menyalakan lilin itu dengan korek api.

Cahaya lilin berkedip-kedip dan cahaya terang itu terpantul di mata Diana yang jernih.

"Berdoa buat permintaan dulu." katanya.

Diana berpikir, dia bukanlah gadis kecil lagi yang percaya keinginannya akan terkabul dengan meniup kue itu.

Tapi dia masih saja terlihat serius dan berkata, "Aku berharap dunia selalu damai.”

Desta, "..."

Setelah meniup lilin, Diana memotong kue jadi beberapa potong dengan pisau dan garpu.

Karena Desta tidak suka makan yang manis-manis, jadi dia sama sekali tidak bergerak. Dia hanya memandangi Diana makan.

Stroberinya sedikit asam dan krimnya begitu manis. Perpaduan rasa yang lezat.

Diana seperti seorang gadis kecil. Setelah makan makanan lezat, matanya yang indah menyipit dan dia terlihat sangat puas dan senang sekali.

Ketika Diana sedang makan kue, tanpa sengaja dia mengangkat pandangan matanya dan menyadari Desta yang sedang memandanginya dengan saksama.

“Kenapa?” Tanya Diana.

Mereka pun saling memandang, mata Desta dalam dan lembut. Desta tiba-tiba mengangkat dan mengulurkan tangannya, lalu jari-jarinya yang panjang dengan cepat menyentuh dan menyeka bibir Diana.

Ada sedikit rasa dingin di ujung jarinya, wajah Diana langsung memerah.

"Ada kue di sudut bibirmu." kata Desta santai dengan senyum tipis di bibirnya yang samar.

"Oh." Jawab Diana dengan malu-malu, lalu bertanya, “Kenapa kamu tidak makan?"

“Aku tidak terlalu suka makan yang manis-manis.” Jawab Desta. Dia terus memperhatikan Diana yang begitu tampak senang dan riang makannya, lalu dia pun bertanya dengan sedikit senyum dan rasa ingin tahu, “Enakkah?”

Begitu selesai bicara, tiba-tiba Diana mendekat dan langsung menciumnya.

Ada aroma manis kental krim dan wangi lembut manis khas wanita di bibirnya. Dia tidak menyangka semua ini, Desta menyipitkan matanya karena terkejut.

Ciuman bagai capung yang menancap. Sentuhan yang ringan tiba-tiba pergi dengan cepat.

"Bagaimana rasanya? Manis?" Tanya Diana sambil mengedipkan mata bersinarnya.

“Em.” Desta mengangguk dengan sangat jujur.

Diana menyeka sudut mulutnya dengan tisu dan menyeka krim putih di bibirnya. Kemudian, dia mendekat dan mencium Desta lagi.

Ada sedikit rasa sejuk di bibir Desta yang sama enaknya dengan permen mint yang dia makan saat kecil.

Ciuman selembut air. Setelah selesai berciuman, Diana mengedipkan matanya, lalu berkata, “Terima kasih untuk kuenya, aku harus pulang."

Setelah dia selesai berbicara, wajahnya memerah lalu berlari keluar dari toko kue. Dia pun langsung menghentikan taksi di sisi jalan.

Desta masih duduk diam di tempatnya. Jari-jarinya yang panjang menyentuh bibir tipisnya, sudut bibirnya perlahan terangkat dengan senyuman lembut.

Pada saat ini, Calming perlahan keluar dari ruang produksi toko kue itu dan duduk di samping Desta.

“Menyuruhku mencari seorang koki kue untukmu tengah malam seperti ini. Taun muda Sunarya benar-benar bekerja keras untuk mengejar seorang wanita ya.” Calming menyanggah dagunya dengan tangannya. Lalu, memandang Desta dengan tatapan menggoda dan berkata dengan bercanda, “Ini pertama kalinya aku melihatmu seperti ini. Bukannya hanya ciuman mulut dengannya saja. Kenapa bisa wajahmu memerah malu seperti pantat monyet.”

Desta mengabaikannya dan berdiri dari bangkunya, "Aku mau pulang, apa kamu mau nebeng?”

Calming melambaikan tangannya, "Aku kemari mengendarai mobilku sendiri."

“Em, sampai jumpa nanti.” Selesai bicara, Desta berjalan keluar dari toko kue dengan kaki jenjangnya.

Suara Calming terdengar lagi di belakangnya, "Hei, keluarga Zhou mengadakan ulang tahun untuk anak perempuan pertamanya di akhir pekan ini. Semuanya disana pasti banyak gadis cantik. Aku akan bersenang-senang di sana, apa kamu mau pergi bersama?"

Desta tidak suka ikut bersenang-senang dalam keramaian seperti itu. Tapi kali ini, dia mengangguk tanpa berpikir panjang.

Rumah keluarga Zhou, dia pasti bisa bertemu lagi dengan Diana.

***

Di akhir pekan, pagi-pagi sekali, Diana terbangun karena kebisingan di luar jendela.

Dia membuka selimut dari ranjang dengan kesalnya. Dia berdiri di depan jendela dengan baju tidur yang hanya ada tali ikat di pundaknya.

Kamar Diana menghadap taman kecil di lantai bawah dan pesta ulang tahun Daria diadakan di taman itu. Pagi-pagi, para pelayan sudah sibuk menata dan mendekorasi taman itu.

Diana menutup jendela dan mematikan suara berisik di luar jendela itu. Saat dia hendak tidur kembali, pintu kamar diketuk dari luar.

"Masuk," kata Diana dengan sedikit jengkel.

Susana membuka pintu dan masuk, memegang nampan di tangannya yang berisi makanan lezat dan tampak segar.

“Pemalas kecil, lagi-lagi bermalasan berbaring di ranjang ya?” kata Susana lalu meletakkan nampan di atas meja sambil tersenyum, “Pergi mandi sana dan makan sarapannya selagi panas.”

“Oh.” Diana pergi ke kamar mandi untuk mandi sebentar lalu mengganti bajunya dengan kaus dan celana panjang sederhana, lalu duduk di depan meja.

Susana memberikan sendok padanya, Diana pun menundukkan kepala memakan buburnya.

“Hari ini adalah pesta ulang tahun Daria. Semua tamu yang datang adalah teman-teman Daria. Hubunganmu dengan orang-orang itu tidak begitu baik, jadi jangan pergi kesana dan membuat keributan.” Kata Susana setelah duduk di hadapan Diana.

Tangan Diana yang memegang sendok tiba-tiba berhenti, dia menarik sudut bibirnya dengan dingin, "Kedepannya, apa jika di tempat mana pun ada Daria, aku harus mundur dan tidak perlu di sana.”

“Kamu ini nak, kenapa kamu selalu salah paham dengan maksudku. Hari ini, kamu boleh keluar dan jalan-jalan atau tinggal di kamar untuk membaca buku, yang penting tidak perlu membuat kesal dan membuat keributan dengan Daria.” Bujuk Susana.

“Bagaimana denganmu? Apakah kamu tidak kecewa dengan melakukan hal-hal tanpa pamrih yang membuatmu tidak senang ini?” kata Diana sambil menaruh sendoknya.

“Selama bertahun-tahun ini, aku sudah lama terbiasa dengan ini semua.” kata Susana sambil tersenyum pahit.

"..." Diana sangat marah hingga dia tidak bisa berkata apa-apa.

Susana tersenyum dan mengulurkan tangannya untuk mengelus kepala anaknya. Lalu, meletakkan kotak perhiasan hitam di depan Diana.

Diana membuka kotak itu dan melihat ada satu set lengkap perhiasan dari permata ruby di dalam kotak hitam itu. Entah itu kualitas permata ataupun pengerjaan perhiasannya, sekilas melihatnya langsung tahu kalau satu set perhiasan ini harganya tidak biasa.

Novel Terkait

Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu