Suami Misterius - Bab 292 Bibi Terbaik Di Negeri Ini

Clara mengangkat bahu dengan tidak berdaya, menginjak sepatu hak tinggi dan berjalan keluar dari bandara.

Clara kembali ke vila keluarga Santoso, sangat tidak mudah Yanto dan istrinya juga ada di dalam rumah, begitu melihatnya,

nenek langsung berwajah ramah, menarik tangannya dan menanyakan kabarnya.

Clara menanggapinya, tapi berpikir dalam hati: Sikapnya yang berbeda dengan biasanya pasti ada sesuatu yang aneh, mungkin nenek sedang merencanakan sesuatu yang buruk.

“Nenek, aku baru saja pulang, seluruh tubuhku penuh dengan debu, aku naik ke atas dan mengganti pakaian dulu, baru turun menemanimu mengobrol.”

“Baiklah, kamu ganti baju dulu, kemudian kita pasangan nenek dan cucu baru perlahan-lahan mengobrol.” Wajah nenek yang penuh kerutan dipenuhi senyuman.

Clara berbalik dan naik ke lantai atas, baru saja masuk ke kamar, Wulan dan Vivi langsung ikut masuk.

Wulan menekannya duduk di tepi ranjang, berjongkok dan menaikkan ujung celananya ke atas, melihat bekas luka di kaki Clara, matanya terasa hangat, hampir saja menangis.

“Bibi Wulan, hanya sedikit luka kecil, sudah tidak sakit, kamu jangan khawatir.” Clara membujuknya.

Wulan menyeka air matanya dan menegur: “Mengapa begitu tidak hati-hati, kalau meninggalkan bekas luka yang jelek, bagaimana mengenakan rok pendek di musim panas.”

“Itu adalah jarum kecantikan, bekas lukanya akan sangat dangkal, tidak akan terlihat kalau tidak melihatnya dengan teliti.” Clara menjawab dengan tidak peduli.

“Bibi melihat beritamu dari berita hiburan, dia sangat khawatir dan insomnia selama beberapa hari. Setelah tahu kamu pulang hari ini, dia mulai menyiapkan sup kaki babi kedelai dari pagi.”

Vivi membawakan semangkuk sup ke depan Clara, “Nona, segera minum ini, kalau dingin rasanya kurang enak.”

Clara: “.......”

Dia memaksa diri meminum beberapa tegukan, kemudian meletakkan di atas meja.

“Nenek memanggilku kembali dengan tergesa-gesa, Bibi Wulan, apakah kamu tahu apa yang telah terjadi?” Clara bertanya.

“Nona Ester akan menikah.” Wulan menjawab.

“Menikah? Bersama Vito Maramis? Mengapa begitu mendadak.” Clara sangat kaget. Bahkan hubungan kencan yang normal juga membutuhkan waktu setidaknya satu tahun untuk saling mengenal satu sama lain, mereka baru kenal belum sampai dua bulan, mengapa langsung membicarakan pernikahan.

“Perutnya sudah berisi, tentu saja tergesa-gesa menikah.” Tidak menunggu Wulan selesai berkata, Vivi langsung menjawab.

“Kakak sepupu sudah hamil?” Clara sangat terkejut mendengar kabar ini, dagunya hampir saja jatuh. Biasanya nenek sangat ketat terhadap Ester, tidak akan mengizinkannya menginap di luar, dan juga tidak mungkin membiarkannya melakukan hal tidak senonoh dengan pria. Mengapa begitu bertemu Vito langsung menjadi kacau?

Tapi pikir-pikir, Vito adalah pria yang bergaul dalam kumpulan wanita, Ester yang polos bagaimana bisa menjadi lawannya, tidak aneh kalau dibohong ke atas ranjang.

“Hadiah keluarga Maramis telah diantar, dan lumayan tepat janji. Mobil dan rumah semuanya diganti atas nama Ester, dan memberikan 2 miliar sebagai hadiah pernikahan.” Wulan melanjutkan, “Beberapa hari ini nenek sedang memikirkan mas kawin untuk Nona Ester, Tuan memberikan 1 milliar, Nyonya memberikan 200 juta, dan Nona Yunita juga memberikan 200 juta. nenek merasa mas kawin lebih sedikit dari hadiah pernikahan yang diberikan pihak pria, dia takut setelah Nona Ester menikah ke sana akan dipermalukan.”

“Jadi, dia menargetkanku?” Clara tersenyum dingin.

“Rakyat tidak bersalah, tapi malah dijebak.” Wulan menggelengkan kepalanya dan merasa tak berdaya. Kakek Qin meninggalkan sejumlah besar harta, siapapun ingin menggigitnya.

“Ada lebih banyak uang di bank, mengapa mereka tidak pergi merampok bank! Mereka berpikir Nona mudah dibully.” Vivi berkata, “Nona, jangan segan dengan mereka, aku melihat orang-orang di dalam keluarga ini , semuanya hanya tahu membully yang lemah dan takut dengan yang keras. Pokoknya tidak punya uang, hanya ada nyawa, emang mereka bisa membunuhmu!”

“Kamu jangan ikut campur.” Wulan memelototinya, Vivi hanya tahu membuat masalah semakin kacau, hanya tahu menuangkan minyak ke dalam api.

Vivi mengeluarkan lidahnya ke Vivi, dan berwajah sombong.

Clara tersenyum menggeleng kepalanya dan tersenyum, “Aku tahu apa yang harus aku lakukan, jangan khawatir.”

Clara mengganti setelan kasual dan turun makan.

Hidangan di atas meja sangat jarang begitu lezat, dan semuanya adalah favorit Clara.

Clara tidak segan, mengambil sumpit dan mulai makan, nanti masih harus menanggapi nenek sekeluarga, jadi harus makan dulu baru memiliki tenaga.

nenek selalu tersenyum, dan kadang-kadang mengambilkan hidangan untuk Clara, dan menunggu Clara hampir selesai makan, dia mulai memasuki topik.

“Clara, kamu sibuk syuting di luar sepanjang hari, tidak terlalu jelas tentang urusan di dalam keluarga. Kebetulan aku punya kabar baik ingin memberitahumu, Ester dan Vito akan menikah bulan depan.”

“Bulan depan? Mengapa begitu mendadak, apakah sempat mempersiapkan pernikahan? Mantan teman sekelasku menikah, dari mengambil surat pernikahan hingga mendekorasi rumah, dan mengadakan pesta pernikahan, membutuhkan waktu lebih dari setengah tahun, dan itu juga lumayan ketat.” Clara pura-pura terkejut.

Ester berekspresi malu di wajahnya, telapak tangannya tanpa sadar menyentuh perutnya.

nenek lebih tenang darinya dan berkata, “Sudah tiba waktunya menikah. Cepat atau lambat, wanita juga harus menikah, kalau selalu tinggal di rumah hanya akan menambah kekhawatiran.”

“Nenek.” Ester berwajah malu-malu dan menjawab: “Keluarga Maramis telah menyiapkan rumah pernikahan sejak awal. Dan Iparnya Vito adalah mitra dari Hotel Kiene, pernikahan kami telah dijadwalkan akan diadakan di Hotel Kiene. Lalu kami akan mengambil surat pernikahan sehari sebelum pernikahan.”

Keluarga Maramis benar-benar menyiapkan segalanya dengan baik dan menunggu Ester memasuki perangkap. Kelihatannya nenek dan Ester tidak mendengar peringatannya, dan sedang bermimpi indah menikah dengan pria kaya.

Clara menggelengkan kepalanya tak berdaya, kayu sudah menjadi perahu, dia tidak perlu mengatakan apapun lagi.

“Dalam kedipan mata, Ester sudah tumbuh besar dan sudah mau menikah. Aku masih ingat pertama kali membawa kamu datang ke Kota A, kamu masih seorang gadis kecil yang tidak tahu apa-apa. Pada saat itu, Evi masih sebagai menantu keluarga Santoso, dia sangat baik terhadap Ester, benar-benar memperlakukannya seperti putrinya sendiri.”

nenek berkata dengan penuh perasaan.

Selesai mendengar, Clara menatap Rina dan tersenyum berkata, “Bibi Rina juga sangat baik pada kakak sepupu, dan juga memperkenalkan pria yang begitu baik seperti Tuan muda Maramis kepada sepupu.”

Clara sengaja memperkuat kata “pria yang begitu baik.”

Namun, Rina sangat tenang, tidak ada gelombang sedikit pun di wajahnya. Dia tetap berbicara dan tersenyum, bahkan Nyonya memuji Evi, dia juga tidak peduli.

Benar juga, siapa yang akan peduli dengan orang mati?

Karena Rina memperkenalkan Vito, nenek bersikap agak baik padanya baru-baru ini, dan tersenyum melanjutkan: “Rina juga baik, meskipun kemampuannya terbatas, tapi dia bahkan memberikan uang pribadinya untuk menambahkan mas kawin Ester. Kalau Evi masih hidup, dia pasti tidak akan merugikan Ester.”

Clara memegang sumpit dan menundukkan kepala mengambil makanan, dan mengabaikan kata-kata nenek.

Evi telah meninggal, dia meninggal begitu lama, Ester bahkan tidak pernah mengajukan sebuah pertanyaan pun. Evi memang memperlakukannya seperti putrinya sendiri sebelum meninggal, tetapi Ester tidak pernah menganggapnya sebagai ibu. Sekarang malah ingin membandingkan Evi dan Rina bahwa siapa adalah bibi terbaik di Negeri ini.

Novel Terkait

Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu