Suami Misterius - Bab 736 Dia Membuatmu Sedih?

Clara kembali ke kamar dan ganti pakaian, kemudian, langsung pergi.

Clara menginjak jalanan batu, sepanjang jalan berjalan keluar dari villa, keluar dari halaman, berjalan sampai ke pintu, baru menyadari dirinya tidak membawa kunci dan ponsel.

Langit sore, sedikit abu-abu, tidak tahu apakah mau hujan apa bukan.

Clara membalikkan kepala secara tidak sadar, melihat bangunan villa kuno yang ada di bawah awan gelap.

Tiba-tiba merasa dia adalah sebuah penjara berbentuk persegi, dia terkurung di dalam, tertekan hingga sulit untuk bernafas.

Saat ini Clara tidak ingin pulang, lebih baik menyusuri jalan depan pintu villa, terus melangkah maju ke depan.

Dia termasuk cukup beruntung, setelah berjalan ratusan meter dengan mengenakan sepatu hak tinggi, bertemu sebuah taksi yang tidak membawa pelanggan.

Clara menghentikan taksi, membuka pintu belakang dan masuk ke dalam mobil.

Mungkin karena cuaca sedang mendung, sebelum Clara masuk ke mobil juga sudah mengenakan masker, menutupi sebagian wajhnya, supir tidak mengenali kalau dia adalah seorang artis terkenal.

“Gadis kecil, mau ke mana?”

“Terserah saja.”

Clara berkata dengan datar, kemudian, mengeluarkan dua lembar uang warna merah dari dompet merah mudanya lalu diberikan pada supir.

Supir mengambil uang, menyalakan mesin mobil.

Perlahan-lahan taksi melaju keluar dari perumahan villa, berkendara tanpa tujuan di sepanjang jalan datar.

Langit semakin gelap, guntur bergemuruh di atas kepala, dan hujan lebat pun menyusul.

Clara memiringkan kepala melihat keluar jendela mobil, menyaksikan air hujan tanpa henti jatuh ke jendela kaca.

Tanpa sadar dia mengulurkan ujung jarinya, menyentuh jendela mobil yang dingin, kemudian, ujung jari perlahan bergerak di sepanjang jejak air hujan.

Hujan yang dingin itu, sama seperti air mata yang jatuh dari orang yang sedang bersedih, seperti terus mengalir ke dalam hati.

Clara merasakan matanya sedikit pedih, tanpa sebab merasa sedih, tanpa sebab merasa sedikit ingin menangis.

Mobil melaju di sepanjang jalan melingkar selama lebih dari satu jam, supir di depan baru mengatakan: “Gadis kecil, sedang bertengkar dengan pacar ya?”

Saat ini, mata Clara penuh tekanan, tidak heran jika supir salah paham.

Bertengkar?

Clara merenungi kata ini, tiba-tiba sedikit ingin tertawa.

Walaupun dia ingin bertengkar, juga harus bertemu dengan orangnya baru bisa.

“Gadis kecil, sebenarnya kamu mau pergi ke mana, sebentar lagi aku harus ganti shift, tidak bisa terus membawamu berkeliaran di jalanan.

Cuaca di luar juga tidak baik.

Kamu lihat begini boleh tidak, kamu telepon pacarmu, aku akan mengantarmu ke sana.

Dua orang bersama, mana mungkin tidak bertengkar, aku dan istriku juga sering bertengkar, pagi bertengkar malam juga baikan lagi.”

“Tolong berhenti setelah persimpangan ini, di depan ada sebuah swalayan, aku mau pergi beli sesuatu.”

Clara berkata.

“Baiklah.”

Supir mengangguk, mobil melewati persimpangan, berhenti di sebuah toko swalayan dua puluh empat jam.

Clara membuka pintu mobil dan turun, berlari menerobos hujan masuk ke dalam swalayan.

Dia berkeliling di dalam toko, membeli segelas teh susu asli.

Clara memegang segelas teh susu hangat di telapak tangannya, seorang diri berdiri di bawah atap swalayan, mengangkat dagunya, dengan pandangan kosong melihat air hujan jatuh melalui atap, jatuh di bawah tanah, suara tik tik tik, hanya satu suara tapi berisik.

Dia hanya seperti ini, berdiri lama sekali, melihat air yang turun, melihat orang yang lalu-lalang di swalayan, dan tampaknya dia terperangkap dalam dunianya sendiri, dunia yang dilupakan oleh semua orang.

Teh susu yang ada di tangan sudah mendingin, mata jernih Clara agak menunduk, dalam mata ada cahaya gelap yang bergoyang.

Sayang sekali, dia masih belum minum seteguk pun.

Clara tidak bisa menahan diri untuk menghela nafas.

“Hujan yang begitu deras, kenapa berdiri di sini sambil menghela nafas?”

Tiba-tiba terdengar sebuah suara dari samping telinga.

Clara terkejut dan mengangkat kepala, yang terlihat oleh matanya adalah, tubuh pria yang tinggi besar, mengenakan seragam militer hijau, berdiri tegak di hadapannya, tangan memegang sebuah payung hitam.

“Kak Markal?

Kebetulan sekali.”

Wajah Clara menunjukkan sedikit senyuman.

Pada hari hujan yang dingin, tempat yang asing, bertemu dengan orang yang akrab, perasaan sungguh cukup baik.

Markal Chen sambil tersenyum, menganggukkan kepala padanya.

Dia beru kembali dari markas militer setelah rapat, ketika melewati persimpangan, secara tidak sengaja melihatnya.

Jelas-jelas, tidak seharusnya dia muncul di tempat ini, jelas-jelas, wajahnya memakai masker, menutupi sebagian wajahnya.

Tapi hanya sebuah bayangan saja, dia malah yakin sekali, ini adalah gadis kecil yang selalu diingat dalam hatinya.

Markal Chen melipat payung yang ada di tangannya, berdiri sejajar dengannya di bawah atap.

Dia mendongakkan kepala, melihat atap di atas kepala, air hujan turun mengikuti atap, membentuk sebuah tirai hujan.

Di bawah atap, seperti sebuah dunia yang terisolasi keluar.

Tanpa sadar dia memiringkan kepala, melihat gadis yang ada di sebelahnya.

Wajahnya yang cantik, sepasang mata indah yang sebening air.

Untuk sesaat, dia bahkan berharap waktu bisa berhenti di sini, biarkan dia menemaninya, selamanya hidup di balik tirai hujan.

“Kenapa berada di sini?”

Markal Chen bertanya dengan suara datar, pandangan tersebar di seluruh langit yang penuh air hujan.

“Keluar untuk melihat-lihat hujan, dan mencari angin.”

Clara mengangkat bahu, pura-pura bersikap santai menjawabnya.

Markal Chen malah memiringkan kepala melihatnya, mata coklat gelap, mata fokus sekali, tampak memikirkan sesuatu bertanya, “Dia membuatmu sedih?”

Dia ini, tentu saja maksudnya Rudy Sutedja.

Suasana hati Clara tidak terlalu baik, menggeleng secara pelan.

“Lalu kenapa suasana hati tidak baik?”

Markel Chen bertanya.

Clara sedikit mengatupkan bibir merah, seperti memikirkan sesuatu menghela nafas, “Mungkin karena aku merindukan mama.

Aku berada di Jing, dia dimakamkan di kota A.

Selalu merasa, dia sudah tidak ada di sisiku lagi.”

Markal Chen mendengarnya, tidak mengatakan apa-apa.

Sebaliknya membalikkan badan berjalan ke dalam swalayan.

Dia berkeliling sejenak di dalam swalayan, mengambil pena karbon hitam dan buku catatan dari rak.

Markal Chen berjalan ke kasir dan membayar, kemudian, berdiri di sebelah meja kasir, memegang pena, dengan cepat membuat sktesa di buku catatan.

Clara tetap berdiri di luar swalayan, tidak mengerti melihatnya.

Tidak lama kemudian, dia keluar dari toko swalayan, memberikan buku catatan yang ada di tangan pada Clara.

Clara merasa kebingungan sambil membuka buku catatan, pada halama pertama langsung melihat gambar sketsa Evi Pipin.

Mungkin karena waktu terbatas, garis hitam sangat sederhana, tapi kontur sketsa Evi Pipin sangat jelas.

Clara melihat gambar ibunya yang ada di buku catatan, perlahan mata berubah menjadi buram.

“Aku sudah bertahun-tahun tidak bertemu dengan tante Evi, apakah gambarnya mirip?”

Markal Chen bertanya.

“Sangat mirip.”

Suara Clara sedikit serak.

Dia sekuat tenaga menahan, air mata baru tidak jatuh ke bawah.

“Ada beberapa orang, diingat dalam benak, maka selamanya tidak akan dilupakan.”

Markal Chen terus mengatakan, “Kamu merindukan tante Evi, tante Evi juga akan mengingatmu.

Orang-orang yang sudah pergi, sebenarnya mereka tidak pergi, selamanya mereka akan hidup di dalam hati kita.”

Clara mengangguk, menggunakan ujung jari menghapus jejak air mata di sudut mata.

Dia harus mengakuinya, Markal Chen sangat pintar menghibur orang.

“Untuk kamu saja.”

Dia menunjuk buku catatan, sambil berkata.

Clara mengangguk sambil tersenyum, kemudian, memberikan teh susu yang ada di tangannya.

“Etiket dalam saling memberi hadiah, tidak ada yang bisa aku berikan padamu, ini untukmu saja, aku belum meminumnya, hanya saja, sudah sedikit dingin.”

Markal Chen mengulurkan tangan menerimanya, wajah tampan penuh senyuman lembut.

“Aku belum pernah minum minuman semacam ini, apakah enak?”

Novel Terkait

Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu