Suami Misterius - Bab 1305 Pernikahan Baru

Keyra menemani Alfy memancing selama hampir dua jam, pada akhirnya, tidak mendapatkan apa-apa dan kesabarannya juga habis.

Sambil memegang ember kosong, Keyra berkata dengan tidak berdaya "Katanya malam ini akan ada sup ikan, di mana ikannya? Suamiku tersayang."

Alfy tertawa, mengulurkan lengan memeluk Keyra, lalu menundukkan kepalanya mematuk bibir Keyra. "Suamimu tersayang hanya ingin menciummu, mana bisa fokus memancing."

Pipi Keyra memerah, bibirnya melengkung dan membalas ciuman Alfy.

Setelah ciuman lembut, Alfy meletakkan pancingnya dan memerintahkan pelayan untuk menangkap beberapa ekor ikan. Alfy telah berjanji untuk memasak sup ikan untuk Keyra. Tentu saja, Alfy harus menepati janji di hari pertama pernikahannya.

Dua orang itu meninggalkan kolam, Keyra berniat ingin bermain golf.

Keyra mengenakan gaun merah, berdiri di lapangan golf hijau tampak seperti bunga merah kecil yang mekar di padang rumput hijau, benar-benar mempesona.

Keyra tidak tahu cara bermain golf, jadi dirinya meminta Alfy untuk mengajarinya. Alfy berdiri di belakangnya, kedua tangan Alfy memeluknya dan mengajarinya hal-hal penting dalam bermain golf dengan sangat cermat.

Keyra sama sekali tidak menaruh perhatian dan pikirannya pada bola, jika tidak, Keyra tidak akan mengenakan gaun untuk bermain golf.

Keyra terjebak dalam pelukan Alfy. Keyra merasakan suara detak jantung Alfy di belakang punggungnya, bahkan suara napas dan aroma samar tubuh Alfy menyebar di udara di sekitarnya.

“Ingat saja hal-hal penting ini sudah cukup, Key, kamu coba ayunkan.” Setelah Alfy selesai berbicara, Keyra tertegun sejenak, kemudian baru menjawabnya, lalu mengayunkan tangannya dengan santai. Alhasilnya, stick golfnya tidak dipegang dengan erat, lalu bola dan stick golfnya terlempar keluar secara bersamaan dan lucunya, dengan kebetulan sekali stick golf itu mengenai lubang bola.

Alfy "..."

Alfy tidak bisa menahan tawa, mengulurkan tangan mengusap kepala Keyra. Datang ke lapangan golf dengan mengenakan gaun, lalu melemparkan stick golf ke dalam lubang, Keyra juga bisa dianggap sebagai orang yang cakap.

“Alfy, apakah kamu menertawakanku!” Keyra mengerutkan bibir merahnya, wajahnya yang halus memerah dan berkata dengan marah.

“Tidak.” Alfy menggelengkan kepalanya dan menjawab, tapi senyuman di bibirnya semakin terlihat.

"Jangan tertawa" Keyra berkata dengan suara keras. Tapi semakin Keyra berbicara, Alfy semakin ingin tertawa.

Keyra cemas, mengulurkan tangan menutupi mulut Alfy, tetapi Alfy meraih tangan Keyra, lalu meletakkannya di sudut bibir dan mengecupnya.

Setelah itu, Keyra ditarik ke dalam pelukannya, Alfy menundukkan kepala dan menciumnya.

Ciuman yang ringan, tapi seperti percikan api bintang yang akan segera membakar padang rumput.

Alfy bingung dan melepaskannya dengan tidak berdaya, membalikkan punggungnya, setelah menenangkan api dan emosi di tubuhnya, Alfy berbalik lagi dan meraih tangan lembut Keyra.

Tadi malam, mereka juga sudah sangat sibuk, Alfy tidak ingin terlihat terlalu bersemangat karena khawatir akan menakuti Keyra dan takut Keyra kelelahan.

Keyra sudah menjadi istri sahnya sekarang dan Alfy lebih menginginkan yang selalu ada dan tidak pernah hilang.

“Kembalilah, kurasa kamu tidak tertarik untuk bermain golf.” Alfy berkata sambil tersenyum, jari-jarinya yang panjang mencolek ujung hidung Keyra.

Tangan Keyra memeluk pinggang Alfy, mengangkat wajahnya dan berkata sambil tersenyum "Aku masih lebih tertarik pada suamiku."

Alfy menatapnya dengan mata tertutup sambil tersenyum hangat, tetapi pandangan matanya membawa aura panas. Alfy mengulurkan jari panjangnya, meremas pipinya dengan pelan dan berkata dengan suara yang agak rendah dan serak "Jangan menggodaku, jika tidak, malam ini mungkin akan lebih melelahkan daripada semalam."

Begitu Alfy selesai berbicara, Keyra melepaskan tangannya dengan panik, seperti seekor kelinci kecil yang ketakutan.

Alfy menggelengkan kepalanya dan tertawa lagi.

Keduanya kembali ke halaman sambil berpegangan tangan dan pelayan juga sudah menangkap ikannya.

Alfy hendak pergi mencuci tangannya dan membuat sup, tetapi ada panggilan masuk dari keluarga Sanusi.

Bibi Sanusi berkata di telepon bahwa nenek meminta mereka untuk pergi makan malam di sana.

Menurut etiket, mereka pagi ini harusnya pergi ke rumah Sanusi untuk memberi teh kepada nenek, tapi kemarin pernikahannya sangat sibuk sepanjang hari dan malamnya juga tidak bersantai. Alfy sangat menyayangi istrinya, jadi mengubah waktunya menjadi besok, akibatnya nenek di sana mungkin sudah sangat cemas.

Akhirnya, sup ikannya tidak jadi di masak, Alfy mengemudi mengantar Keyra ke rumah Sanusi.

Saat ini, di rumah keluarga Sanusi tidak begitu banyak orang, hanya ada Nenek Sanusi, Bibi Sanusi, abang sepupu dan ipar sepupu Alfy. Erwin dan kekasih barunya pergi liburan ke Maladewa dan tidak datang.

Nenek Sanusi sudah tidak dapat mengurus putranya, Erwin. Dalam hati orang tua itu, selama Erwin bisa hidup dengan baik dan tidak lagi merasa terlalu lelah untuk hidup itu sudah cukup. Satu-satunya keinginan Nenek Sanusi adalah tidak ingin anggota keluarganya yang lebih muda darinya pergi lebih dulu.

Nenek Sanusi tidak ingin mengurusi yang lain, dirinya tidak bisa mengendalikannya.

Alfy dan Keyra berpegangan tangan memasuki pintu. Pengantin baru Keyra berpakaian sangat menawan, gaun renda merah yang sangat anggun.

Saat Nenek Sanusi melihat cucu dan menantunya, nenek tertawa lebar, mengulurkan tangan menarik Keyra untuk duduk di sebelahnya, sangat perhatian dan hangat.

Keyra menjawab dengan senyuman, sangat menghormati yang lebih tua.

Kemudian, ipar sepupu Alfy secara pribadi membawa cangkir teh kemari.

Keyra menawarkan teh kepada Nenek Sanusi dan berkata sambil tersenyum manis "Nenek, minum teh."

Nenek Sanusi meminum teh cucu menantunya, matanya pun memerah. Selama ini, orang yang paling nenek Sanusi khawatirkan adalah cucunya, Alfy.

Alfy sejak kecil sudah tidak memiliki ibu dan beberapa hubungan asmaranya juga gagal.. Nenek Sanusi sangat takut Alfy akan menghabiskan hidupnya sendirian seperti ini.

Untungnya, Alfy menikahi Keyra. Nenek Sanusi merasa sangat tenang saat meminum secangkir teh ini dari cucu menantunya.

Nenek Sanusi meletakkan cangkir tehnya, memberikan amplop merah tebal kepada Keyra, meraih tangannya dan terus berkata dengan sungguh-sungguh "Setelah menikah, maka sudah menjadi suami istri, suami istri itu saling menyatu, saling berbagi kehormatan dan aib. Mulai sekarang, jalani kehidupan kalian dengan baik."

Keyra mengangguk dengan patuh "Nenek, jangan khawatir, aku akan menjaga Alfy dengan baik."

Setelah selesai berbicara, Keyra mengedipkan matanya ke arah Alfy. Mereka berdua saling memandang, Alfy tersenyum dan tidak mengatakan apa-apa. Kata-kata ini seharusnya didengar secara terbalik, karena yang benar adalah Alfy yang menjaga Keyra.

“Yang paling penting adalah kalian harus bertindak cepat melahirkan seorang anak laki-laki gemuk kepada nenek.” Ipar sepupu Alfy duduk di samping, bercanda.

Nenek Sanusi memegang tangan Keyra dengan sedikit bertenaga, dengan wajah penuh senyuman kasih dan harapan "Jika aku bisa menggendong cicitku tahun depan, wanita tua seperti diriku ini akan merasa tenang saat mati."

Nenek Sanusi mungkin takut Keyra akan salah paham, lalu menambahkan "Nenek juga menyukai cicit perempuan. Di dalam keluarga Sanusi, tidak ada adat yang lebih mendominasikan anak laki-laki."

Keyra hanya bisa tertawa bersamanya, tetapi senyumnya agak terpaksa dan canggung. Tiba-tiba muncul sebuah perasaan seperti didesak, seolah-olah Keyra bersikap kejam dan tidak mau melahirkan seorang anak untuk keluarga Sanusi.

Alfy duduk di seberang mereka, menatap Keyra dengan tatapan mata yang serius, tetapi Keyra menundukkan kepala dan tidak menatap Alfy.

Tatapan mata Alfy perlahan semakin dalam dan sulit dibedakan.

Alfy dan Keyra makan malam di rumah Sanusi.

Makan malamnya sangat mewah. Keyra masih duduk di sebelah Nenek Sanusi. Nenek Sanusi terus menyajikan sayuran untuk Keyra. Dengan wajah penuh kasih memandangnya dan berkata "Makanlah lebih banyak, kamu terlalu kurus. Jaga tubuhmu agar bisa memberi nenek... "

“Nenek, anda makan sayurannya.” Alfy mengambil sumpit dan menaruh beberapa sayuran ke dalam mangkuk Nenek Sanusi dan pada saat yang sama menyela perkataan orang tua itu.

Novel Terkait

Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu