Suami Misterius - Bab 551 Kenapa Mereka Bisa Mengganggumu

“Cepat sekali menemui sutradara dan produser?”

“Hmm.”

Clara mengangguk, “Hanya perkenalan awal saja, memang tidak ada hal penting yang perlu dibicarakan, peran harus menunggu casting baru bisa ditentukan.”

Biasanya, ketika sutradara dan produser memilih aktris, minum-minum dan bersenang-senang dibar adalah hal yang tidak bisa dielakkan.

Namun status Clara berbeda, siapa yang berani memintanya menemani bersenang-senang dan mabuk-mabukkan, tentu saja segera membiarkannya pergi.

Clara duduk di kursi yang ada dieberangnya, ia setengah bersandar ke meja, melihat jarinya yang panjang dan indah menari diatas keyboard.

“Tunggu aku sebentar, masih ada satu dokumen yang harus kuurus.” Rudy berkata dengan lembut.

“Oh.” Clara hanya menjawab singkat lalu menopang dagunya, lalu bertanya dengan asal, “Barusan, kamu ada tamu?”

Tiba-tiba gerakan tangan Rudy yang sedang mengetik terhenti, Rudy mengangkat wajah dan menatapnya, awa senyum tidak berdaya yang mengembang di bibirnya, “Apa yang ingin kamu ketahui tanyakanlah, berputar-putar sama sekali tidak mirip denganmu.”

“aku takut kamu merasa canggung.”

Clara berkata sambil tersenyum nakal, “Ketika aku datang tadi, aku bertemu dengan mantan tunanganmu.”

“Hm.”

Rudy mengangguk, “Dia memang datang tadi, ia mengatakan beberapa hal yang tidak penting. Kenapa? Nyonya Sutedja cemburu?”

“Sudah tahu aku bisa cemburu, lain kali kurangi berhubungan dengannya.” Clara bertolak pinggang sambil berkata dengan nada yang arogan.

Rudy tersenyum sambil berkata, “Baik, lain kali tidak akan berani lagi.”

“Aku ke toilet dulu.”

Clara bangkit berdiri, melangkah keluar dengan santai.

Belakangan ini entah salah makan apa, ia sedikit mengalami diare.

Clara berjalan masuk ke dalam toilet wanita, lalu masuk ke bilik yang berada paling ujung.

Setelah buang air, baru berencana untuk keluar, tiba-tiba terdengar suara langkah orang yang mengenakan sepatu hak tinggi, ada dua orang wanita yang berjalan masuk, lalu berdiri didepan westafel dan membuka keran air, ditengah suara air yang mengalir, terdengar suara mereka yang sedang bicara.

“Mirah, kenapa wajahmu begitu lesu.” Rahma menatap dirinya yang terpantul cermin, lalu refleks memegang wajahnya, “Mungkin karena akhir-akhir ini terlalu sibuk bekerja, sehingga tidak beristirahat dengan baik.”

“Kamu itu ya, aku tidak tahu harus mengatakan apa lagi. Kamu banting tulang demi keluarga Rugos. Kamu sungguh keras kepala.”

“Sirim, kamu jangan membicarakanku lagi.” Rahma tersenyum pahit.

Sirim merupakan temannya semasa kuliah, sekarang bertugas di divisi sekretaris Sutedja Group.

Biasanya mereka berhubungan melalui telfon, sulit sekali bisa bertemu seperti hari ini.

“Kamu barusan, bertemu dengan Nyonya Sutedja yang sekarang?”

“Hm.” Rahma mengangguk.

“Nyonya Sutedja yang sekarang, paling pintar bermanja dan keras kepala, lebih sulit ditenangkan daripada anak kecil. Aku saja sampai merasa lelah melihat Pak Presdir meladeninya. Coba kamu katakan, bukankah semua pria memang memiliki sifat suka tantangan, dulu kamu melayaninya sampai begitu baik tapi dia malah tidak mau, sengaja memilih yang ini.”

“Mungkin karena ketika hidup bersamaku rasanya terlalu datar, ketika bersama dengan gadis ini ia bisa merasa lebih hidup.” Rahma menggeleng sambil tersenyum tidak berdaya.

“Iya juga, pria memang suka sesuatu yang masih fresh, namun ia bisa tahan merasa fresh berapa lama. Meskipun jus terasa segar juga tidak mungkin bisa diminum terus-terusan, yang bisa diminum seumur hidup tetap saja air putih. Aku menunggu hari dimana dia menyesal.”

Rahma hanya tersenyum tampa bicara.

Lalu mereka berdua berjalan keluar dari toilet.

Ketika mereka baru melangkah keluar dari toilet, langsung melihat Rudy yang setengah bersandar di dinding yang tidak jauh dari toilet, tubuhnya yang jenjang begitu tegap.

Rahma dan Sirim refleks menghentikan langkahnya.

Presdir Sutedja Group setiap harinya begitu sibuk, tidak mungkin menunggu didepan toilet wanita tanpa alasan.

Sirim seolah teringat sesuatu, ia menoleh dengan kaku, ketika melihat Clara yang berjalan keluar dari toilet, ia langsung merasa gawat.

“Nyonya Sutedja.” Ketika Clara lewat disampingnya, Sirim menyapa sambil tersenyum.

Clara hanya meliriknya sesaat, lalu berjalan kesamping Rudy, menarik tangannya sambil berkata : “Aku tidak ingin melihat orang ini, Rudy, kamu pecat dia ya?”

Mata tajam Rudy melihat sekilas kearah Sirim, namun, belum menunggunya bicara, Sirim sudah melangkah kehadapan mereka dengan wajah pucat : “Nyonya Sutedja, aku sudah bekerja disini belasan tahun, sudah sangat menguasai pekerjaanku, aku merupakan tulang punggung divisi sekrertaris, anda langsung meminta Presdir memecatku begitu saja, apakah itu tidak terlalu semena-mena.”

Clara mengetatkan bibirnya tidak bicara, tangannya yang merangkul tangan Rudy hanya mengetat.

Dia juga mengerti apa yang ia lakukan sangat tidak bisa dimengerti, namun meninggalkan seseorang karyawan yang menunggu Rudy dipermalukan, membuat Clara sungguh tidak senang.

Telapak tangan Rudy yang hangat menggenggam tangannya, berkata dengan nada yang tenang dan berat : “Aku akan memberitahu bagian keuangan untuk menghitungnya, perusahaan akan memberikan ganti rugi tiga bulan gaji sesuai kontrak. Sebagai Nyonya Sutedjaku, dia punya hak untuk semena-mena.”

Mata Sirim memerah, terlihat jelas kalau dia tidak rela kehilangan pekerjaan ini.

Bagaimana pun di Kota A, tidak ada satu pun perusahaan yang memberikan gaji juga tunjangan sebesar Sutedja Group.

Namun ia tidak bodoh, dia tahu Rudy merupakan orang yang menepati apa yang dikatakannya, kalau dia sudah memutuskan maka tidak akan ada yang bisa merubahnya.

Dia melepas name tag yang tergantung di lehernya, lalu berkata dengan dingin dan penuh cibiran : “Pak presdir demi membuat wanita kesayangannya tersenyum, sungguh rela menghalalkan segala cara rupanya. Namun didunia ini hanya melihat orang baru yang tertawa, tidak pernah mendengarkan tangan orang lama. Nyonya Sutedja, apakah kamu pikir kamu bisa terus fresh, cepat atau lambat kamu akan menjadi tua dan digantikan dengan wanita yang lebih fresh.”

“Aku rasa kamu bukan hanya ingin meninggalkan perusahaan, bahkan Kota A pun sudah tidak ingin tinggal lagi rupanya.” Rudy berlata dengan wajah yang tegas dan alis yang mengangkat.

Nada bicaranya terdengar begitu tegas dan penuh ancaman.

Berdasarkan statusnya sebagai Tuan muda keempat keluarga Sutedja, asalkan dia mengatakan satu kata, maka tidak akan ada orang yang berani memberi pekerjaan pada Sirim.

Ekspresi wajah Sirim langsung berubah, ia tidak berani melawan lagi.

Rahma tahu dia yang membuatnya terseret dalam masalah, ia sungguh merasa tidak enak hati, sehingga berusaha membantu Sirim.

“Rudy, Sirim hanya bicaranya saja yan terlalu gegabah, namun dia sama sekali tidak punya niat jahat, bolehkah kamu memaafkannya?”

Rahma melihatnya tidak bergeming, ia segera mengalihkan pandangan kearah Clara, “Nyonya Sutedja, temanku hanya mulutnya saja yang tajam tapi hatinya tidak seperti itu, dia bukannya sengaja serendahkan anda, anda……”

“Mirah.” Tanpa menunggu ucapannya selesai, Rudy langsung memotong ucapannya dengan dingin.

“Kalau kelak masih ingin bertemu dengan baik-baik, sebaiknya kamu jangan ikut campur. Memecatnya adalah maksud istriku, karena kamu memohon, lalu aku memaafkannya, apakah kamu ingin membuktikan bahwa dirimu lebih penting dari istriku?” cukup satu kata Rudy saja sudah cukup untuk membuat Rahma kehilangan kata-kata.

Setelah Rudy mengatakannya, ia langsung menggandeng tangan Clara lalu pergi.

Keduanya masuk ke dalam lift sampai lift tiba di parkiran basement.

Mobil Bentley Mulsanne Rudy parker tidak jauh dari sana, dia yang mengendarainya sendiri dan membawa Clara pergi.

Mobil berjalan di jalan yang luas dengan stabil, Clara duduk di samping pengemudi, kepalanya bersandar di jendela yang dingin dengan diam.

“Kenapa tidak bicara? Kenapa mereka bisa mengganggumu?”

Rudy memutar setir sambil bertanya dengan nada tenang dan santai.

Clara mengkerutkan bibir merahnya sambil menggeleng, “Tidak, mereka hanya mengatakan hal yang tidak enak didengar saja. aku menyuruhmu memecatnya, itu hanya ingin memperlihatkan sikapku sebagai Nyonya Sutedja saja, aku tidak menyangka kamu akan benar-benar memecatnya. Bukankah Presdir Rudy ini paling professional dalam urusan pekerjaan?”

Rudy tersenyum tipis, tatapan matanya tetap fokus pada jalanan didepan, nada bicaranya terdengar tenang.

“Aku sampai lupa, sekretaris senior di divisi sekretaris ini pernah menjadi teman kuliah Rahma, pantas saja tender desain interior yang masih dalam rencana bias diketahui oleh Rahma, sekretaris yang mulutnya tidak bisa mengetup rapat, tentu saja aku harus menendangnya.”

Setelah Clara mendengarnya, tiba-tiba merasa ingin menangis rasanya.

Sepertinya dia sudah menggantikan pak presdir yang satu ini menjadi orang jahat kali ini.

Novel Terkait

Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu